Crispy

Korsel dan Cina Ribut Lagi Soal Kimchi

  • Korsel secara sepihak mengumumkan nama dalam Bahasa Mandarin untuk kimchi, yaitu xinqi.
  • Publik Cina, lewat media sosial, marah. Perang Kimchi dimulai lagi.
  • Korsel menyebut Kimchi sebagai makanan tradisional-nya.
  • Tiongkok mengatakan di masyarakat Cina makanan itu disebut pao cai.

JERNIH — Perang kimchi antara Korea Selatan (Korsel) dan Cina meletus lagi, menyusul keputusan Otoritas Budaya Korsel memberi keterangan dalam Bahasa Mandarin soal makanan tradisional itu yang memicu kemarahan media sosial Tiongkok.

Kimchi, makanan kubis fermentasi pedas, disebut pao cai dalam Bahasa Cina. Namun, nama pao cai juga digunakan untuk sayur acara yang memiliki kesamaan dengan kimchi tapi beda bahan dan metode persiapan.

Perang Kimchi terjadi di media online dan dunia maya. Korsel dan Cina saling klaim makanan itu sebagai warisan budaya mereka. Intensitas kecaman online mendorong tanggapan resmi para diplomat Korsel di Beijing.

Kontoversi sekali lagi mencuat setelah Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korsel, Kamis 22 Juli, mengumumkan arahan akan istilah baru dalam bahasa Cina untuk kimchi.

Dalam sebuah dokumen yang diunggah di situs web, kementerian mengatakan memutuskan nama Cina untuk kimchi, yaitu xinqi. Sebelumnya, kementerian menyarankan pao cai sebagai terjemahan kimchi dalam Bahasa Mandarin.

Terjemahan baru ini dibuat berdasarkan studi tahun 2013 yang dilakukan Kementerian Pertanian Pangan dan Urusan Pedesaan. Studi itu menganalisis 4.000 suara yang relevan dalam bahasa Mandarin, membandingkan pengucapan antara delapan dialek yang berbeda, serta berkonsultasi dengan pendapat ahli, sebelum menyimpulkan baha xinqi adalah terjemahan bahasa Mandarin yang paling tepat.

“Menggunakan xinqi sebagai terjemahan bahasa Mandarin untuk kimchi, kami berharap dapt membedakan dengan jelas antara kimchi Korea dan pao cai Cina,” kata kementerian itu. “Selanjutnya, kami berharap dapat meningkatkan pemahaman tentang kimchi sebagai makanan tradisional kami di Cina.”

Kemenerian juga mengatakan petunjuk baru akan diterapkan pada situs web dan materi promosi pemerintah pusat dan daerah. Arahan tidak akan dipaksakan kepada sektor swasta.

Industri kimchi dan food servic, kata kementerian, bisa mengacu pada arahan untuk menerjemahkan sesuai lingkungan bisnis masing-masing.

Keputusan itu menghindupkan kembali perselisihan lama Cina-Korsel, yang membawa implikasi komersial dan politik.

Beijing baru-baru ini memenangkan sertifikasi dari Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO) untuk pao cai, hidangan sayuran acar dari Propinsi Sichuan di barat daya Cina.

Klaim itu dibantah ISO, dengan mengatakan sertifikasi itu untuk pao cai bukan kimchi.

Laporan itu mengakui karena peraturan Cina, yang mengharuskan produk makanan asing menggunakan nama familiar bagi konsumen Tiongkok,eksportir kimchi Korea tidak dapat secara sepihak megnubah nama produk dari pao cai menjadi xinqi.

Di media sosial Cina yang sangat disensor dan nasionalistik, ada reaksi terhadap terjemahan Seoul, dengan opik tersebut menarik 160 juta tampil di Weibo.

Upaya kementerian Korsel menciptakan batas yang jelas antara kimchi dan pao cai adalah episode terbaru dalam bentrok budaya berkelanjutanantara Cina dan Korsel.

Kimchi War mungkin hanya satu dari sekian perang budaya Cina-Korsel. Kelak akan ada Samgyetang War, dan lainnya. Samgyetang adalah sup ayam ginseng tradisional Korsel.

Yang juga menjadi sumber perang budaya adalah soal kebangsaan seorang penyair, serta asal-usul pakaian dan praktik akupuntur. Korea tampaknya berusaha melepaskan diri dari masa lalunya sebagai bagian Cina.

Back to top button