Kritik PM Inggris, Pelatih Liverpool: Pemimpin Dipilih Karena Kemampuan, Bukan Potongan Rambut
- Juergen Klopp, pelatih Liverpool, mengecam PM Boris Johnson di podcast Mid-Point.
- Menurut Klopp, kemenangan Donald Trump dan Boris Johnson adalah pertanda buruk bagi dunia.
- Klopp kesal dengan cara PM Boris Johnson tangani pandemi.
JERNIH — Pelatih Liverpool Juergen Klopp mengecam PM Inggris Boris Johnson, dengan mengatakan pemimpin harus dipilih karena jasa dan kemampuan, bukan karena memiliki potongan rambut paling aneh.
Berbicara di podcast Mid-Point dengan Gabby Logan, manajer asal Jerman mengatakan pemilihan Donald Trump dan Boris Johnson adalah pertanda buruk bagi seluruh dunia.
“Semua orang tahu keduanya tidak akan berhasil, tapi kami membiarkan dan saya tidak percaya itu,” kata Klopp. “Yang satu, maksudnya Donald Trump, hilang dan satu lagi masih berjuang. Ini luar biasa.”
Pria berusia 45 tahun itu kemudian menyesali kurangnya orang dengan akal sehat dalam politik. Klopp percaya sistem politik harus dirancang agar pemilih kandidat yang paling memenuhi syarat.
“Kami harus menemukan sistem yang membuat kami mampu membawa masyarakat pada posisi untuk menyelesaikan semua masalah kami,” kata Klopp.
Menurut Klopp, pemimpin terbaik adalah bukan yang paling lucu, atau dengan potongan rambut paling aneh, atau apa pun. “Pasti ada orang di luar sana yang mampu, dan kami hanya memberi merek platform,” lanjut Klopp.
Musim panas lalu, Klopp mengecam cara PM Boris Johnson menangani pandemi virus korona, khususnya keputusan terlambat untuk mewajibkan anggota masyarakat mengenakan masker di dalam ruangan.
“Saya tidak mengerti mengapa kami mulai memakai masker wajah di area tertutup pada 15 Juni, ketika lima atau enam pekan sebelumnya semua negara melakukannya,” kata Klopp.
Pelatih klub berjuluk The Reds itu mengeluhkan fakta bahwa orang di Inggris mengabaikan langkah-langlah pencegahan penyebaran virus korona.
“Ketika saya pergi ke pom bensin, saya satu-satunya yang mengenakan masker dan saya satu-satunya yang memakai sarung tangan, saya seperti alien,” ujar Klopp. “Saya tidak akan berhenti melakukannya sampai seseorang memberi tahu pandemi sudah berakhir.”
Kritik Klopp datang ketika pemerintahan PM Boris Johnson berurusan dengan sejumlah skalndal, yang menyebabkan persetujuan PM jatuh ke rekor terendah. Bulan lalu, penyelidikan beberapa anggota parlemen mengungkapkan respons lambat pemeirntah Inggris selama hari-hari awal pandemi telah menelan ribuan nyawa.
PM Johnson juga menghadapi tuduhan nepotisme setelah Kementerian Kesehatan memberikan kontrak peralatan medis senilai jutaan pound kepada perusahaan milik teman seorang pejabat. PM Johnson juga dituduh menghambur-hamburkan uang pajak untuk renovasi mewah kediaman Downing Street.
Partai Konservatif juga menghadapi tuduhan memberi gelar kebangsawanan sebagai imbalan atas sumbangan besar-besaran dan kesalahan penanganan skandal Owen Paterson.