Kronologi Pertikaian Anji versus Jurnalis Foto
Jernih.co — Perseturuan Erdian Aji Prihartanto atau lebih populer dikenal dengan nama Anji atau Manji dengan sejumlah jurnalis foto masih terus berlangsung.
Pantauan Jernih, sampai hari ini, Senin (20/7/2020), media sosial Twitter dan Instagram (IG) masih sahéng oleh perdebatan menyoal sikap musisi yang besar bersama grup band Drive tersebut.
Muasal kontroversi ini adalah unggahan foto di IG Joshua Irawandi, seorang jurnalis foto yang bekerja untuk National Geographic, yang diunggah pada Rabu (15/7/2020) melalui akun @joshirawandi.
Foto karya Joshua tersebut menggambarkan “sesuatu” yang dibungkus plastik warp, terlentang di atas kasur di sebuah ruangan yang mirip kamar rumah sakit.
Pada keterangan fotonya, Joshua menulis “…the victim of coronavirus in Indonesia… (korban virus corona di Indonesia)”. Dari keterangan itu, yang dimaksud “sesuatu” tersebut diketahui sebagai mayat korban COVID-19.
Tak lama setelah diunggah, foto fenomenal ini sontak membuat geger jagat maya. Baik rekan seprofesi maupun masyarakat lain banyak yang mengomentari dan membagikan foto tersebut.
Dalam sebuah utas di Twitter, akun Nyimas Laula (@NyimasLaula) yang merupakan seorang jurnalis foto, menyebut bahwa “Belum pernah ada yang mengambil foto sejenis.”
Pada Kamis (16/7/2020) pukul 11.40, Adib Hidayat (@AdibHidayat), jurnalis cum redaktur majalah Rolling Stone, “mengekspor” foto tersebut ke linimasa Twitter. Foto itu serangkai dengan tautan artikel dari nationalgeographic.com berjudul “How Devastating Pandemic Change Us (Bagaimana Pandemi Yang Mengancurkan Mengubah Kita)” dalam sebuah utas.
Dua hari berselang, pada Sabtu (18/7/2020), akun IG @duniamaji milik Anji mengunggah tangkapan layar (screenshot) unggahan Joshua tersebut.
Pada keterangannya Anji menyatakan beberapa kejanggalan, yaitu fenomena banyaknya akun ber-follower banyak yang serentak mengunggah ulang dengan caption yang sama yang dikaitkannya dengan penggiringan oponi (key opinion leader) yang biasa dilakukan pendengung (buzzer) dan influencer.
Kejanggalan lain yang ia pertanyakan adalah diperbolehkannya fotografer mengambil gambar tersebut sementara keluarga korban saja dilarang melihat.
Pernyataan Anji inilah yang memicu perdebatan. Ia dinilai sejumlah pihak telah mendeskriditkan profesi jurnalis foto.
Di Twitter, Nyiamas Laula membuat utas yang mengupas argumen-argumen Anji seraya menuntut “burden of proof (tanggung jawab pembuktian)” dari Anji atas penyataan-pernyataannya. Ia juga memberi informasi bagaimana jurnalis foto berkerja di garis depan mengabarkan berita COVID-19.
Utas tersebut juga dilengkapi dengan beberapa foto yang menunjukan penanganan pasien corona di berbagai negara hasil jepretan para jurnalis foto.
Perseteruan ini terus berlanjut hingga pada hari Minggu (19/7/2020), organisasi profesi Pewarta Foto Indonesia (PFI) Pusat membuat penyataan tertulis yang diunggah di IG melalui akun @pewartafotoindonesia di hari yang sama.
Selain menjelaskan bahwa jepretan Joshua yang viral itu merupakan karya jurnalistik yang telah sesuai dengan kode etik jurnalistik, surat itu juga berisi kecaman atas opini yang tidak berimbang dan terkesan dibuat-buat Anji.
Mereka mendesak Anji menghapus postingannya terkait foto tersebut; meminta maaf secara terbuka; meluruskan apa yang terjadi sebelum, saat, dan sesudah “prosesi pengambilan” foto tersebut, dan tidak membandingkan kerja jurnalistik dengan buzzer/influencer sebagaimana kecurigaan Anji.
Senin (20/7/2020) pagi, Anji membuat utas di Twitter terkait perdebatan ini. Ia menyatakan, sejak awal dirinya tidak bermaksud mendeskriditkan profesi jurnalis foto melainkan melihat pola penyebaran foto ini di media sosial dari kaca mata influencer.
“Ini adalah tentang perbedaan sudut pandang. Saya membaca viralnya foto Joshua Irwandi dari banyak akun besar dengan pola caption yang seragam,” tulis Anji.
Guna memperkuat argumennya, ia juga mengunggah tangkapan layar unggahan Bae Wiharta (@baewiharta) di IG menyoal kejadian ini yang diunggah pada Minggu (19//7/2020) siang.
Bae, yang merupakan mantan fotografer Reuters, menyatakan karya Joshua adalah karya jurnalistik yang dibuat untuk menggugah orang tentang begitu berbahayanya covi’. Foto ini bukan pesanan, iklan, atau dibuat semata-mata demi tujuan komersil seperti yang umum dilakukan buzzer/influencer.
Anji mengaku ikut serta dalam Zoom Meeting bersama para “fotografer hebat”, termasuk juga Joshua sendiri. Pada pertemuan maya itu, Anji mengaku mendapat penjelasan mengenai etika jurnalistik dan ia jadi belajar banyak tentang hal itu.
Namun, sejumlah warganet menilai penyataan YouTuber itu bukanlah sebuah pemintaan maaf. Ia justru dinilai seolah menyalahkan pihak lain yang keliru memahami kalimat-kalimatnya.
Pernyataan Anji yang berbunyi “Jika terjadi kesalahan asumsi dalam memahami kalimat saya, saya minta maaf” disebut-sebut sebagai upaya ngeles alih-alih mengaku salah dan meminta maaf.
Baca Juga : Anji Minta Maaf Kepada Pewarta Foto, Gugus Tugas COVID-19 coba Telusuri Foto Mayat di Bungkus Plastik