Lala Hayrettin: Dulu Sinagog, Gereja Orthodoks dan Gereja Katolik, Kini Masjid
- Seorang pengusaha mendanai pemugaran Lala Heyrettin sebagai bakti kepada ibu tercinta.
- Kini, adzan berkumandang lagi dari Masjid Lal Hayrettin seperti 600 tahun lalu.
JERNIH — Jika ke Istanbul, Turki, sempatkan berkunjung ke Lala Hayrettin — tempat ibadah berusia 1.600 tahun yang mungkin paling unik.
Jumat 5 Agustus 2022 lalu adzan shalat Jumat berkumandang dari menara bangunan itu setelah sekian tahun dipugar. Adzan itu menandakan bangunan secara resmi kembali berfungsi sebagai masjid.
Erhan Sarisin, Presiden Asosiasi Perlindungan Artefak dan Budaya Lingkungan Istanbul (ISTED), mengatakan semula bangunan itu adalah sinagog, tempat ibadah orang Yahudi. Bangunan berubah menjadi Gereja Orthodoks dan Katolik.
Tahun 1480 bangunan gereja itu hancur, dan Lala Hayrettin Pasha — seorang petinggi Kekaisaran Ottoman — membangun kembali gedung itu dan mengubahnya menjadi masjid.
Sebagai masjid, menurut Sarisin bangunan itu memiliki fitur sejarah penting, dengan beberapa manuskrip terpenting Al Quran. Menariknya, Hayrettin Pasha tidak menghancurkan jejak sinagog dan gereja di dasar bangunan itu.
Sarisin mengatakan indikasi kekristenan pada bangunan itu adalah tanda Latin pada batu bata persegi di dalam bangunan. Ketika diterjemahkan, ternyata batu bata itu adana perangko abad kelima.
“Ada makam pendeta Kristen masa itu di terowongan yang turun ke dasar tempat ibadah,” kata Sarisin kepada Daily Sabah. “Sayang, makam itu dihancurkan pemburu harta karun selama penggalian ilegal.”
Kembali Menjadi Masjid
Sebagai masjid, Lala Hayrettin melewati periode ratusan tahun dan terpelihara. Tahun 1935, setelah UU tentang klasifikasi masjid, Masjid Lala Hayrettin ditutup, setelah itu terjadi penjarahan.
Tahun 1937, yayasan pengelola masjid menjual menara, kayu, ubin, dan atapnya. Masjid Lala Hayrettin terbengkalai, dan seolah menjadi ikon sejarah terlupa.
“Ketika kami membersihkannya tahun 2018, kami mengeluarkan 50 pohon dan 10 truk sampah dari dalam masjid,” kata Sarasin. “Kami menemukan seorang pengusaha yang bersedia mambiayai pemugaran.”
Menurut Sarasin, pengerjaan pemugaran — mulai dari pembersihan, desain ulang, dan pembangunan kembali, berlangsung satu tahun. Setelah itu bangunan melewati sentuhan akhir sampai muncul dalam bentuk saat ini.
Untuk Ibu Tercinta
Melih Bilgili, pengusaha yang membiayai pemugaran Lala Heyrettin, semula berniat membangun masjid untuk menghormati Emile Bilgili sang ibunda tercinta.
“Niat itu saya urungkan, dan saya memutuskan membangun kembali masjid bersejarah Lalay Hayrettin,” kata Melih Bilgili.
Melih tidak sendiri. Ia menggandeng Osman Bilgili, saudara laki-lakinya yang juga pengusaha.
“Osman setuju merestorasi masjid yang merupakan pusaka nenek moyang, dan membukanya kembali untuk ibadah,” Melih Bilgili mengakhiri.