Lewat Pesan Video, Cina Ancam Jatuhkan Bom Nuklir di Jepang Jika Membela Taiwan
- Video diunggah di Xiqua, platform media sosial mirip YouTube.
- Setelah ditonton dua juga orang, video dihapus.
- Kelompok hak asasi manusia sempat mengunduh video itu.
- Video hasil uduhan diberi teks Bahasa Inggris diunggah ke YouTube.
JERNIH — Komite Partai Komunis Cina (PKC), lewat sebuah video yang diposting ulang Minggu 11 Juli, mengancam akan menggunakan bom nuklir terhadap Jepang jika negara Matahari Terbit itu mengganggu invasi Tiongkok ke Taiwan.
Taiwan News memberitakan video diproduksi komite PKC Kotapraja Baoji dan diposting di Xiqua, platform mirip YouTube. Dalam video berdurasi lima menit itu, dengan narasi Liujun Taolue, menyerukan serangan nuklir terhadap Jepang jika membela Taiwan dari serangan Cina. Taolue mengusulkan apa yang disebut Teori Pengecualian Jepang.
Video dimulai dengan mengatakan jika Jepang berani campur tangan dengan kekuatan ketika Cina membebaskan Taiwan, Beijing akan mereskpon dengan perang habis-habisan melawan Jepang.
Tentara Pembebasan Rakyat akan melakukan serangan pertama terhadap Jepang dengan bom nuklir, dan akan terus menggunakan senjata yang sama sampai Jepang menyerah tanpa syarat untuk kali kedua.
Narator dalam video itu mengatakan; “Kami dengan sungguh-sungguh mengajukan Teori Pengecualian Jepang.” Teori ini menunjukan Jepang menjadi pengecualian terhadap kebijakan perang nuklir yang disebut no first use (NFU) yang dideklarasikan Cina tahun 1964.
Usai mengajukan Teori Pengecualian Jepang, narator mengingatkan penonton akan masa lalu. Terutama pada kekejaman tentara Jepang terhadap rakyat Cina selana dua perang Sino-Jepang.
Jika perang Sino-Jepang ketiga pecah, narator mengingatkan, orang-orang Cina akan membalas dendam unsuk skor lama dan baru. Ini menunjukan Jepang adalah satu-satunya negara di dunia yang mengalami serangan niklir. Jadi, kata narator, melepas senjata nuklir ke Jepang akan memberikan hasil dua kali lipat dengan setengah usaha.
Video dengan cepat memperoleh dua juta tampilan, tapi kemudian dihapus. Sebelum dihapus, netizen mempostinnya di platform media sosial YouTube dan Twitter.
Aktivis hak asasi manusia Jennifer Zeng menambahkan teks Bahasa Inggris ke dalam video, dan mengunggahnya ke akun Twitter-nya pada 13 Juli. Zeng juga mengunduh video lanjutan sebelum dihapus.
Dalam video ketua, atau lanjutan, narator fokus pada keunggulan numerik dan kemauan bertarung prajurit PLA dibandingkan tentara Jepang. Video itu mengklaim setelah Jepang dikalahkan, Cina akan memecah empat pulau utama negeri itu menjadi negara-negara merdeka di bawah pengawasan Cina dan Rusia.
Jika kini hanya ada pangkalan militer AS di Jepang, kelak garnisun Cina dan Rusia akan ditempatkan di negara itu.
Narator menambahkan Okinawa akan dipisahkan dari Jepang dan dikelola Cina, serta akan dijadikan negara merdeka. Video diakhiri dengan sumpah untuk menghukum PM Jepang Yoshihide Suga, mantan PM Shinzo Abe, dan wakil PM Aso Taro, dan memaksa Partai Demokrat Liberal Jepang (LDP) dan partai-partai sayap kanan Jepang membayar perbaikan perang.