Crispy

Lost on the Frontline: 600 Pekerja Medis AS Tewas Akibat Covid-19

  • Lost on the Frontline mendokumentasikan seluruh kematian, kondisi yang dihadapi pekerja medis sebelum kematian, dan kisah-kisah kepahlawanan mereka.
  • Proyek ini juga merekam kegagalan sistem kesehatan AS menghadapi pandemi, dan kekeliruan pemerintah.
  • Banyak petugas kesehatan terinfeksi karena menggunakan masker berkali-kali. Mereka dengan penuh dedikasi, sampai nyawa hilang dari raga.

New York — Hampir 600 pekerja kesehatan garis depan meninggal akibat Covid-19, menurut Lost of the Frontline.

Lost on the Frontline adalah proyek yang diluncurkan Guardian dan Kaiser Health News (KHN) yang bertujuan menghitung, memverifikasi, dan mengenang, setiap petugas kesehatan yang meninggal selama pandemi.

Petugas kesehatan yang dimaksud terdiri dari dokter, perawat, paramedis, serta staf pendukung; petugas kebersihan rumah askit, administrator, dan pekerja rumah jompo.

Mereka adalah orang-orang yang mempertaruhkan hidup selama pandemi, untuk merawat orang lain. Lost on the Frontline telah menerbitkan nama dan berita kematian lebih 100 pekerja medis.

Mayoritas diidentifikasi dan didokumentasikan sebagai orang kulit berwarna, kebanyakan Afro-Amerika dan Kepulauan Karibia/Pasifik. Profil korban baru, dengan jumlah terus diperbarui, akan ditambahkan ke situs dua kali dalam sepekan.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menghitung 368 kematian petugas medis selama pandemi, tapi mengakui perhitungan mereka tidak menyeluruh. CDC tidak mengidentifikasi individu.

The Guardian dan KHN sedang membangun basis data interaktif, yang melacak faktor-faktor seperti ras dan etnis, usia, profesi, lokasi, dan apakah pekerja memiliki akses memadai ke alat pelindung. Basis data akan dirilis musim panas ini, untuk menawarkan wawasan tentang cara kerja dan kegagalan sistem perawatan kesehatan AS selama pandemi.

Selain melacak kematian, Lost on the Frontline melaporkan tantangan yang dihadapi petugas kesehatan selama pandemi. Banyak yang terpaksa menggunakan masker berkali-kali, akibat kekurangan masker.

Ada yang menggunakan kantong sampah untuk melindungi diri. Beberapa kematian membisukan penguasa, atau menghadapi penolakan karena diketahui terinfeksi di tempat kerja.

Jumlah kematian petugas medis di AS saat ini mencapai 586, dan terekam di basis data Lost on the Frontline. Data korban diperoleh dari keluarga, teman, kolega almarhum, laporan media, serikat pekerja, dan sumber lain.

Wartawan Guardian dan KHN secara independen mengkonfirmasi setiap kematian dengan menghubungi anggota keluarga, majikan, pemeriksa medis, dan lainnya, sebelum menerbitkan nama dan berita kematian.

Proyek ini bertujuan menangkap kisah manusia tentang kasih dan kepahlawanan di balik statistik. Tak satu pun petugas kesehatan yang dihormati mulai tahun 2020 tahu bahwa sekedar datang ke tempat kerja dapat terinfeksi dan tewas.

Ketika krisis melanda, mereka menghadapi tantangan. Mereka menguatkan diri melawan waktu. Teknisi medis darurat bergegas ke ambulans untuk membantu. Yang lain melakukan pekerjaan pembersihan, pemeliharaan, atau transportasi.

Mereka melakukan pekerjaan dengan penuh semangat dan dedikasi. Di antara mereka terdapat Dr Priya Khanna, nephrologis yang terus memantau grafik pasiennya sampai dia memakai ventilator. Ayahnya pensiunan ahli bedah dan menyerah pada penyakit beberapa hari setelah Priya meninggal.

Susana Pabato, satu dari ribuan pekerja kesehatan Filipina di AS, menjadi perawat berusia akhir 40-an yang meninggal. Susana meningggal, hanya beberapa hari setelah suaminya meninggal akibat Covid-19.

Beberapa yang meninggal diketahui menghadapi kondisi memprihatinkan di tempat kerja. Rose Harrison, usia 60, tidak mengenakan masker saat merawat pasien Covid-19 di panti jompo Alabama.

Menurut putrinya, Harrison merasa tertekan bekerja sampai hari dia dirawat di rumah sakit. Panti Jompo tidak menanggapi permintaan komentar.

Lost on the Frontline juga mendokumentasikan tren mengkhawatirkan lainnya. Petugas kesehatan di seluruh AS mengatakan kegagalan berkomunikasi membuat mereka tidak sadar bekerja bersama orang terinfeksi.

Para ahli keselamatan kerja meningkatkan kekhawatiran akan panduan CDC, yang mengijinkan pekerja merawat pasien Covid-19 dengan menggunakan masker bedah, yang tidak protektif dibanding masker N95.

Biro Keselamatan dan Kesehatan Kerja, agen federal yang bertanggung jawab melindungi pekerja, meluncurkan puluhan investigasi kematian. Namun memo agen agen itu menimbulkan keraguan bahwa banyak pengusaha akan dianggap bertanggung jawab atas kelalaian.

Back to top button