Crispy

Marc Guéhi, Benteng Palace yang Diperebutkan Dunia

Marc Guéhi melewati akademi Chelsea hingga jadi kapten di Crystal Palace. Ia  kini menjadi incaran klub-klub top seperti Liverpool, Real Madrid, hingga Bayern Munich.

JERNIH – Bek tengah bukan lagi sekadar tembok yang berdiri di depan kiper di era sepak bola modern. Mereka adalah arsitek pertahanan, pembangun serangan, bahkan simbol ketenangan di tengah badai. Dari Inggris, muncul satu nama yang kini jadi rebutan klub-klub raksasa Eropa: Marc Guéhi.

Namanya mungkin tidak sepopuler Erling Haaland atau Jude Bellingham, tapi bagi para pencari pemain sejati, Guéhi adalah harta langka — seorang bek yang memadukan disiplin, kecerdasan, dan ketenangan, tiga hal yang sulit ditemukan dalam satu tubuh.

Marc Guéhi lahir di Abidjan, Pantai Gading, namun tumbuh besar di Inggris. Ia menempuh perjalanan klasik yang penuh ujian: bergabung dengan akademi Chelsea, bersaing dengan puluhan bakat muda, dan menunggu kesempatan yang tak kunjung datang.

Di klub sebesar Chelsea, jalan menuju tim utama seringkali tertutup oleh nama-nama besar dan pemain impor. Maka, ketika kesempatan itu tak muncul, Guéhi memilih jalan berbeda — pindah ke Crystal Palace pada 2021.

Keputusan yang berani itu justru menjadi titik balik kariernya. Di Palace, Guéhi bukan sekadar pemain. Ia tumbuh menjadi pemimpin muda, seorang bek yang dihormati karena ketenangan dan kedewasaannya di lapangan. Di usia dua puluh empat tahun, ia sudah mengenakan ban kapten, menjadi jangkar pertahanan tim yang berjuang dengan semangat, bukan nama besar.

Setiap musim, Premier League melahirkan bintang baru. Namun Guéhi berbeda. Ia tidak mencetak gol spektakuler, tidak memancing sorotan lewat gestur flamboyan. Daya tariknya justru terletak pada hal-hal yang jarang dirayakan: disiplin, posisi tubuh yang tepat, intersepsi yang bersih, dan keputusan yang tenang di bawah tekanan.

Dalam dunia sepak bola yang semakin menghargai gaya di atas substansi, Guéhi menjadi simbol kebalikan: ia efisien, diam, tapi efektif.

Tak heran jika para pengamat menyebutnya sebagai “the most wanted defender in England.” Klub-klub besar seperti Liverpool, Real Madrid, Barcelona, hingga Bayern Munich disebut-sebut berebut tanda tangannya. Bahkan Chelsea, tempat ia dibesarkan, konon menyesal pernah melepaskannya dan kini ingin membawanya pulang.

Apa alasannya? Sederhana: bek seperti Guéhi semakin langka.

Ia tidak hanya bertahan dengan tubuh, tetapi juga dengan pikiran. Ia membaca arah bola seperti seorang caturis memprediksi langkah lawan. Ia tahu kapan harus maju, kapan harus menunggu, dan kapan harus menutup ruang. Dalam diri Guéhi, banyak klub melihat masa depan lini belakang mereka.

Ketika sebuah klub ingin membeli pemain, mereka tidak hanya menilai kemampuan — tapi juga nilai. Dalam kasus Marc Guéhi, harga dan kualitas seolah berjalan seimbang.

Menurut laporan Transfermarkt, nilai pasar Guéhi kini berkisar di angka 45 juta euro (sekitar Rp 780 miliar). Situs FootballTransfers memperkirakan kisaran realistisnya antara 36,9–45 juta euro, sementara Soccerzz mencatat sekitar 37 juta euro.

Namun Crystal Palace tak ingin melepas murah. Klub London Selatan itu kabarnya hanya mau bernegosiasi jika ada tawaran di atas 40 juta pounds— sekitar 47 juta euro, atau Rp 820 miliar.

Bahkan tawaran Liverpool senilai 35 juta euro plus bonus pernah ditolak mentah-mentah, karena Palace menilai sang kapten adalah bagian vital dari proyek jangka panjang mereka. Beberapa laporan di Inggris menyebut Palace baru akan melepas Guéhi jika ada klub yang berani mencapai angka 50 juta euro (lebih dari Rp 870 miliar).

Angka fantastis itu bukan hanya mencerminkan kemampuan Guéhi di lapangan, tetapi juga statusnya sebagai pemimpin muda Inggris yang sudah teruji di level tertinggi.

Guéhi bukan pemain yang tiba-tiba bersinar. Ia membangun reputasinya pelan, lewat kerja keras dan konsistensi. Di Euro 2024, ia menjadi bagian penting dari skuad Inggris yang mencapai final. Meski tak banyak bicara di media, kehadirannya memberi rasa aman di lini belakang.

Di level klub, ia membantu Crystal Palace menorehkan sejarah dengan meraih Piala FA 2025 dan Community Shield — pencapaian luar biasa bagi klub dengan sumber daya terbatas.

Bagi Palace, Guéhi adalah jantung pertahanan. Bagi Inggris, ia adalah masa depan. Dan bagi dunia sepak bola, ia adalah simbol generasi baru bek modern yang berpikir dulu sebelum bertindak.

Kini, masa depan Guéhi menjadi topik yang hangat. Kontraknya di Palace akan habis pada 2026. Itu berarti waktu semakin sempit bagi klub untuk mempertahankannya — atau melepasnya dengan harga tinggi.

Di satu sisi, Palace tahu nilai Guéhi lebih dari sekadar uang. Ia adalah identitas tim, pemimpin di ruang ganti, dan representasi filosofi kerja keras. Tapi di sisi lain, ambisi adalah bagian alami dari karier seorang pemain.(*)

BACA JUGA: Leny Yoro, Bek Masa Depan Pembawa Harapan Manchester United

Back to top button