Ma’ruf Amin: Diperkirakan 2030 Dunia Mengalami Kelangkaan Air Bersih
“Diperkirakan di tahun 2025, setengah dari populasi dunia akan mengalami kelangkaan air atau water scarcity. Di tahun 2030, sekitar 700 juta orang dapat mengungsi karena kelangkaan air”
JERNIH – Diperkirakan dunia akan menghadapi kelangkaan air bersih pada tahun 2030 mendatang. Bahkan dari data UNICEF, pada tahun 2040 kira-kira satu dari empat anak di seluruh dunia, bakal tinggal di daerah yang tingkat kesulitan mendapatkan airnya sangat tinggi.
Hal tersebut dikatakan Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin, saat menghadiri acara Asia International Water Week (AIWW) ke-2 tahun 2022, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (14/3).
“Salah satu isu yang mengemuka dan membutuhkan perhatian di tingkat internasional, yaitu ketersediaan air bersih,” ujarnya.
“Diperkirakan di tahun 2025, setengah dari populasi dunia akan mengalami kelangkaan air atau water scarcity. Di tahun 2030, sekitar 700 juta orang dapat mengungsi karena kelangkaan air,” lanjut dia.
Baca Lagi: Jenazah Dokter Orang Miskin Itu Diantar Warga Yang Menyemut Tiga Kilometer
Ia menambahkan, kawasan Asia Pasifik hanya memiliki 36 persen sumber daya air dunia, sehingga menjadikan ketersediaan air per kapitanya terendah di dunia.
Masalah tersebut diperburuk dengan tingkat pencemaran air yang tinggi, dengan lebih dari 80 persen air limbah yang dihasilkan di negara-negara berkembang di kawasan tidak diolah.
Tak hanya itu, lanjut Ma’ruf, pengambilan air tawar yang tidak berkelanjutan, melebihi setengah dari total ketersediaan air. Sementara berdasarkan penelitian, menunjukkan penggunaan air tanah akan meningkat 30 persen pada tahun 2050.
Ketersediaan air bersih berkorelasi pada beberapa masalah yang saat ini menjadi fokus pemerintah. Di antaranya terkait penghapusan kemiskinan ekstrem hingga penurunan angka stunting.
“Rendahnya akses terhadap infrastruktur dasar yang meliputi air bersih, sanitasi, dan listrik, sangat berkorelasi pada penanganan tiga permasalahan yang saat ini menjadi fokus kerja Pemerintah Indonesia, yaitu; pertama, penghapusan kemiskinan ekstrem, kedua, pembangunan SDM unggul, dan ketiga, penurunan angka stunting,” katanya.
Menurut dia, tidak adanya air bersih menandai kemisikinan di suatu wilayah. Bahkan pada wilayah miskin ekstrem akses air bersih sangat rendah.
Ada 35 kabupaten Indonesia pada tahun 2021 masuk pada tingkat kemiskinan ekstrem. Dimana hal ini ditandai dengan tidak adanya akses air minum layak.
“Dari 35 kabupaten di Indonesia dengan kemiskinan ekstrem pada 2021, seluruhnya ditandai dengan fakta adanya penduduk yang tidak memiliki akses air minum layak. Angkanya berkisar antara 4,48 persen sampai dengan 97,21 persen,” ujar dia.
Ia menilai, akses air bersih dan sanitasi yang layak menjadi faktor kunci penentu kualitas kesehatan.
“Akses terhadap air bersih serta sanitasi yang layak juga menjadi faktor kunci penentu kualitas kesehatan seseorang,” kata dia.
“Kesehatan prima dan pendidikan berkualitas adalah prasyarat utama SDM unggul yang saat ini juga menjadi prioritas Pemerintah Indonesia,” tambahnya.