Mempersetankan Harga Diri, Timor Leste Kini Mengemis Bantuan Australia
Bantuan 1,9 juta dolar Australia itu masih jauh dari cukup karena Perdana Menteri Timor memperkirakan kehancuran akan menelan biaya lebih dari 132 juta dolar Australia.
JERNIH—Setelah negeri dilanda papa dan nyeri akibat banjir bandang, Timor Lorosa’e meminta bantuan Australia. Setelah disapu banjir, negeri itu kemungkinan juga akan menghadapi ancaman wabah penyakit lain.
Menteri Luar Negeri Timor Lorosa’e kini ditekan untuk meminta bantuan segera dari Australia dan negara-negara lainnya demi cepat pulih dari bencana banjir, tanah longsor, serta COVID-19 yang mengkhawatirkan.
Dilaporkan The Sidney Morning Herald, ada 42 kematian yang tercatat di negara itu sejak Topan Tropis Seroja meluluhlantakkan negara tersebut pekan ini, dengan 70 korban masih hilang. Sementara, di Indonesia, 163 lainnya telah meninggal dan 45 lainnya raib di NTT.
Dalam pertemuan pejabat pemerintah pada Jumat kemarin, pemerintah Australia mengatakan telah mengalokasikan 1,9 juta dolar Australia dari anggaran negara untuk upaya pemulihan awal dari bencana alam, termasuk untuk persediaan makanan dan pembangunan kembali jalan dan jembatan.
Namun, itu masih jauh dari cukup karena Perdana Menteri Timor memperkirakan kehancuran akan menelan biaya lebih dari 132 juta dolar Australia. Di luar kehancuran, ada kekhawatiran besar tentang lonjakan kasus COVID-19 dan virus menyebar lebih cepat di dalam 40 pusat evakuasi Dili, yang menampung antara 7.000 dan 10.000 orang.
Fidelis Leite Magalhaes, Menteri Kepresidenan Dewan Menteri dan juru bicara pemerintah, mengatakan kepada The Sydney Morning Herald dan The Age, sebagai bagian dari keadaan bencana yang diumumkan, Menteri Luar Negeri Adaljiza Magno telah menjangkau “negara-negara sahabat, termasuk Australia, dan terutama mungkin Australia” guna mencari bantuan.
Dia memperingatkan tentang “efek yang lebih merusak” dari banjir yang membuat Dili terendam air awal pekan ini, termasuk lonjakan penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera, demam berdarah, dan malaria, selain virus corona yang kini menjadi pandemi dunia.
Timor Leste sebagian besar telah menahan virus hingga bulan lalu ketika peningkatan jumlah yang mengkhawatirkan memaksa Dili untuk mengunci diri dan setelah negara itu menyaksikan kematian COVID-19 pertamanya pada Selasa – yang dialami seorang perempuan berusia 44 tahun–ada 98 kasus virus baru.
“Dalam beberapa bulan terakhir kami benar-benar berjuang keras untuk menahan COVID-19. Ketakutan kami adalah kemungkinan (menggilanya) wabah di tempat penampungan darurat,” katanya.
Sebagai informasi, Timor Leste menerima gelombang pertama kedatangan vaksin COVID-19 pada hari Senin dengan kedatangan 24.000 dosis AstraZeneca melalui skema COVAX untuk negara-negara berkembang. Ada pula pengiriman pada Rabu dari Australia, berupa alat pelindung diri untuk mengisi kembali persediaan yang hilang akibat banjir.
Di tempat terpisah, Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, Jumat lalu mengatakan, dosis vaksin tambahan akan dialihkan ke Timor Leste serta Papua Nugini, yang sistem kesehatannya telah hancur oleh wabah virus.
Alex Tilman, koordinator pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Dili, mengatakan Timor Lorosa’e “tidak memiliki sumber daya yang diperlukan untuk mengatasi bencana alam baru-baru ini”. “Banyak orang yang masih kehilangan tempat tinggal saat ini,”ujar Tilman.
Masalah lain, menurut Dageng Liu, Country Director Program Pangan Dunia di Timor Leste, lockdown Dili dari Maret lalu telah memicu kenaikan harga pangan, yang mendorong pemerintah untuk mendistribusikan 1.000 ton beras untuk menurunkan harga.
Di Indonesia, Doni Monardo, kepala badan penanggulangan bencana alam atau BNPB, mengatakan helikopter serta anjing pencari dan penyelamat masih dikerahkan untuk menemukan 45 orang yang hilang sejak topan melanda Kota Kupang dan 21 kabupaten lainnya di pulau-pulau yang membentuk Provinsi Nusa Tenggara Timur.
BMKG Indonesia juga memperingatkan bahaya lebih lanjut dari topan lain yang mendekat dari Samudera Hindia. [Sidney Morning Herald]