CrispyDesportare

Mengapa Brasil hanya menang 4-1 lawan Korsel?

  • Brasil pernah merasakan bagaimana sakitnya dipermalukan. Kini, mereka tidak ingin mempermalukan tim lain.
  • Bagi tim-tim hebat, bertanding adalah saling mengalahkan, bukan mempermalukan.

JERNIH — Seluruh dari empat gol Brasil tercipta di babak pertama. Vinicius Jr, Neymar, Richarlison, dan Luis Paqueta, seolah tanpa kesulitan menceploskan bola ke gawang Korsel.

Itu artinya Brasil outclass Korsel. Kalo begitu mengapa Brasil tak menambah gol di babak kedua?

Mari kita sejenak melihat tragedi Mineirazo di Piala Dunia 2014. Saat itu Brasil menjadi tuan rumah, tapi susah payah mencapai semifinal meski Neymar sedang berada di puncak keemasan.

Di semifinal, Brasil bertemu Jerman dan petaka itu terjadi. Di babak pertama, Jerman tanpa kesulitan mencetak lima gol. Brasil belum mencetak satu pun.

Di ruang ganti, sekian menit sebelum babak kedua dimulai, pelatih Jerman Joachim Low mengumpulkan seluruh pemainnya dan memberi perintah; “Bermain bertahan saja, jangan permalukan Brasil dengan menambah gol.”

Sialnya, tidak semua pemain Jerman mendengar perintah itu. Striker Andrea Schurlee tidak berada di tempat saat itu, karena sedang asyik buang air kecil.

Schurlee, yang butuh gol Piala Dunia untuk menaikan nilai jual dirinya, seolah mengamuk sendirian di babak kedua dan mencetak dua gol. Di pinggir lapangan Low marah-marah, sampai akhirnya Mesut Ozil memperingatkan Schurlee.

Menit ke-90, entah bagaimana Jerman memberi gol hiburan kepada Brasil.

Ada semacam konvensi, atau peraturan tak tertulis, untuk tidak mempermalukan — apalagi sampai mempecundangi — lawan. Bertanding itu saling mengalahkan bukan mempecundangi.

Bagi Jerman, Brasil adalah negara terhormat di peta sepak bola dunia. Mempermalukan Brasil adalah bentuk ketidak-hormatan.

Bagi Brasil, Korea Selatan adalah tim terhormat di Asia, bersama Jepang dan Iran. Brasil tidak layak mempermalukan Korsel, cukup mengalahkannya.

Back to top button