Crispy

Mengenang Thaksin, Politik Warna, dan Sukses Pita Limjaroenrat Memenangkan Pemilu Thailand

  • Thaksin Shinawatra mengawali politik warna, ketika pendukungnya mengenakan kaos merah turun ke jalan tahun 2006.
  • Dua tahun kemudian muncul gerakan anti-Thaksin yang mengenakan kaos kuning.
  • Pita Limjaroenrat mengoplos warna merah-kuning, dan memunculkan oranye. Namun, dia tetap merah.

JERNIH — Gelombang oranye menyapu jalan-jalan Bangkok, ketika Move Forward dinyatakan sebagai pemenang pemilu Thailand.

Kalimat di atas adalah judul berita Channel News Asia edisi 15 Mei 2023. Bagi kebanyakan orang, judul panjang berita itu mungkin tidak aneh. Namun sebagian orang, terutama yang mengamati perkembangan politik Thailand, mungkin mengatakan; “Oh….! Ada warna baru dalam politik Thailand.

Mitos Warna di Masyarakat Thailand

Selama bertahun-tahun orang Thailand percaya akan mitos warna dan keberuntungan. Seiring waktu, mitos warna bercampur dengan mitos lain, yaitu hari keberuntungan.

Hari Senin, misalnya, diasosiasikan dengan warna kuning. Selasa warna pink, Rabu hijau, Kamis oranye, Jumat dengan biru, Sabtu warna ungu, dan Minggu adalah merah.

Sebelum tahun 2010, jangan heran jika orang-orang Thailand akan mengenakan baju warna kuning setiap Senin, pink saat Selasa, dan seterusnya.

Namun mitos itu perlahan menghilang, meski masih banyak generasi tua Thailand yang masih percaya. Di kalangan generasi muda, yang masih bertahan adalah keberuntungan ditentukan hari lahir dan warna pakaian yang digunakan.

Jika Anda lahir hari Jumat, usahakan selalu mengenakan baju warna biru, atau baju ada warna biru jika tidak ingin bosan mengenakan pakaian warna dominan biru setiap hari.

Thaksin dan Politik Warna

Meski tidak sedikit yang mempertahankan kepercayaan terhadap mitos warna, segalanya berubah sejak 2006 — tepatnya ketika PM Thaksin Shinawattra digulingkan dalam kudea militer. Pendukung Thaksin yang mengenakan kaos merah menggelar aksi protes.

Bangkok menjadi lautan merah. Pendukung Thaksin, yang notabene berasal dari petani di pedesaan di Thailand utara, tidak lagi mengenakan kaos merah pada hari Minggu, tapi setiap hari. Merah menjadi warna politik.

Dua tahun kemudian muncul gerakan anti-Thaksin, terdiri dari kalangan intelektual dan kelas menengah perkotaan, yang mengorganisir diri dengan kaos warna kuning.

Desember 2008 kelompok kaos kuning (Yellow Shirts) menjadi berita utama ketika mereka menduduki bandara untuk memaksa aliansi pro-Thaksin turun dari kekuasaannya. Sejak itu, kaos merah dan kuning mewarnai perjalanan politik Thailand.

Merah dan kuning menyingkirkan warna lain yang menghiasi hari-hari Thailand, serta memantik kebingungan banyak orang. Wisatawan harus berkonsultasi dengan pegawai hotel tentang warna pakaian yang harus dikenakan agar terhindar dari tuduhan berpihak ke salah satu kelompok.

Sejumlah situs pariwisata Thailand terpaksa mengeluarkan panduan berbusana bagi orang asing. Fans Manchester United, Liverpool, dan Arsenal, tidak lagi mengenakan kostum tim kesayangan mereka karena khawatir dianggap pro-Thaksin.

Menariknya, orang Thailand kerap menghindari konflik fisik terbuka di jalan-jalan. Ini terlihat dari pilihan warna pakaian setiap hari. Mereka lebih memilih warna yang tak merepresentasikan politik, yaitu kuning dan merah. Sebagai gantinya, mereka memilih biru dan pink sebagai warna favorit.

Oranye dan Kemenangan Pita Limjaroenrat

Orang Thailand kenal warna oranye, tapi tak pernah — apalagi menganggapnya mitos — mengenakannya. Oranye bukan warna primer, tapi campuran merah dan kuning.

Pemilu 2023, yang dimenangkan Move Forward pimpinan Pita Limjaroenrat, memunculkan oranye sebagai warna baru dalam politik Taiwan.

Pertanyaannya, mengapa oranye?

Kita tahu oranye adalah hasil pencampuran warna merah dan kuning. Maka, kita sah-sah saja mengatakan oranye adalah warna politik Pita Limjaroenrat yang ingin menyatukan dan melebur warna kuning dan merah.

Jika asumsi itu dikemukakan akan muncul pertanyaan lain, yaitu apa warna dasar politik Move Forward? Lebih spesifik lagi, apa warna asli Pita Limjaroenrat?

Lahir di Bangkok 5 September 1980, Pita berasal dari keluarga kelas menengah berpengaruh. Ayah dan pamannya adalah penasehat pemerintah Thailand. Terakhir, keduanya menjadi pembantu dekat PM Thailand Thaksin Shinwatra. Jadi, warna dasar Pita Limjaroenrat adalah merah.

Tidak ada laporan Pita Limjaroenrat pernah mengenakan kaos merah dan turun ke jalan untuk mendukung Thaksin Shinawatira, karena saat kisruh itu terjadi ia sibuk menyelamatkan Agrifood – bisnis keluarga yang sekarat akibat utang – dari kebangkrutan.

Pita kembali ke Thailand tahun 2005, setelah menghabiskan masa remaja di Selandia Baru, kuliah di tigauniversitas di AS; Universitas Texas, Universitas Harvard, dan Insititut Teknologi Massachussets. Ketika Thaksin Shinawatra digulingkan tahun 2006, ia berusaha fokus karier bisnis. Ia beruntung upayanya menyelamatkan Agriffod tidak terganggu kisruh politik.

Sukses menyelamatkan Agrifood, Pita menerima tawaran menjadi direktur eksekutif Grab Thailand. Antara 2017 dan 2018 Pita mengelola Grab Thailand, unit usaha Grab Holding Inc.

Pita mengawali karier politik dengan membentuk Future Forward. Tahun 2020 Mahkamah Konstitusi Thailand membubarkan partai itu.

Menolak putus asa, Pita membentu Move Forward tiga tahun lalu. Ia berkampanye dengan bahasa pemilih muda Thailand dan menyedot banyak dukungan.

Kepada generasi muda, Pita memperlihatkan warna ‘merah’ politiknya dengan menjanjikan dua hal; penghapusan wajib militer dan mengakhiri hukum lese-majeste yang mengkriminalisasi siapa pun yang mengkritik monarki.

Dua janji ini membuatnya tak banyak mendapat simpati generasi tua Thailand, yang notabene pendukung monarki dan mengenakan kaos kuning.

Dalam sistem pemilu sederhana, Pita dengan Move Forward-nya disebut pemenang. Namun, dia tidak meraih suara mayoritas.

Move Forward meraih 151 dari 500 kursi parlemen. Pheu Thai meraih 141 kursi, United Thai Nation 36 kursi, Palang Pracharath 40 kursi, Bhumjaithai — partai yang isu kampanyenya hanya legalisasi ganja — meraih 70 kursi.

Apakah Pita Limjaroenrat sukses menyatukan kuning dan merah? Waktu yang akan menjawab. Sebab, dia harus membentuk pemerintahan koalisi, dan militer menunggu peluang untuk kudeta lagi jika merah terlalu mendominasi politi Thailand dan membahayakan monarki.

Back to top button