Menirukan Gaya Tari BTS, Tiga Prajurit Korut Dijebloskan ke Kamp Kerja Paksa
- Ketiganya dalam perjalanan ke Gunung Paekdu untuk indoktrinasi.
- Di Stasiun Sokhu kereta berhenti karena listrik padam.
- Ketiganya diberi waktu istirahat dan dimanfaatkan untuk menari.
JERNIH — Tiga prajurit unit Komando Angkatan Udara anti-Serangan Udara Korea Utara (Korut) ditangkap dan dijebloskan ke penjara akibat tertangkap tangan meniru gerakan tari boy band K-Pop BTS.
Insiden terjadi selama tur Gunung Paekdu pada 5 Agustus 2020. Saat itu ketiganya sedang berada di Stasiun Sokhu di Propinsi Hamgyong Selatan.
Ketiganya berasal dari Pyongyang. Mereka berada di stasiun itu dalam perjalanan ke Hyesan. Pemadaman listrik membuat kereta berhenti di stasiun terdekat.
Prajurit diberikan waktu rekreasi. Tiga prajurit menirukan tarian BTS dalam video Blood Sweat & Tears. Belum lagi ketiganya menyelesaikan tarian, petugas propganda menangkap ketiganya.
Seorang petugas propaganda dari Departemen Propaganda Biro Politik Umum dan seorang kepala seksi Komando Keamanan Militer, keduanya berada di kereta untuk menemani prajurit selama perjalanan, melihat tarian itu dan memanggil petugas keamanan stasiun untuk menyuruh orang-orang itu diseret.
Awalnya, mereka dibawa ke unit mereka. Ternyata, mereka diserahkan ke Komando Keamanan Militer.
Dalam laporan tertulis tiga prajurit itu ditangkap karena meniru tarian dekaden dari Chosun (Korea) Selatan selama perjalanan ke Gunung Paekdu, tempat suci revolusi komunis Korut.
Selama di Gunung Paekdu, prajurit akan diindoktrinasi tentang semangat revolusioner para martir patriotik. Tidak boleh ada prajurit yang mengikuti perjalanan ke Gunung Paekdu terkontaminasi semangat penjahat borjuis.
Menariknya, menurut Daily NK, ketiganya adalah prajurit teladan dalam kehidupan militer dan selama pelatihan. Departemen Propaganda Biro Politik Umum tidak mau tahu, dan menghadapkan ketiganya ke pengadilan militer.
Sidang pendahuluan berlangsung sejak Agustus 2020 sampai Februari 2021. Komando Keamanan Militer melucuti ‘kehormatan politik’ dan hak-hak sipil dan mengirim mereka ke Kamp Penjara Politik Kaechon, yang dioperasikan Kementerian Keamanan Sosial.
Hukuman untuk ketiganya di luar dugaan. Semula banyak yang mengira ketiganya hanya akan menghadapi ancaman pemecatan tidak hormat atau hukuman enam bulan kerja disipliner. Sebab mereka adalah prajurit terbaik.
Komando Keamanan Militer punya alasan menghukum ketiganya lebih berat. Pertama, mereka membuat masalah besar karena meniru fenomena dekaden ideologi dan budaya reaksioner.
Kedua, ketiganya adalah contoh pertama personel militer yang diadili atas kejahatan terkait budaya reaksioner, setelah Korut memberlakukan undang-undang baru yang menyeru penoakan ideologi dan budaya reaksioner.
Militer Korut merespon insiden itu dengan memperkuat upaya pendidikan Biro Politik Umum, mendistribusikan materi pendidikan politik kepada militer, yang berjudul Ideologi dan Budaya Kapitalis dan Isu Prajurit Muda Generasi Baru.