
Kiai Haji Ahmad Dahlan mungkin akan tersenyum demi melihat organisasi kemasyarakatan yang ia dirikan pada 18 November 1912 besar dan menjalankan amanah umat.
JERNIH – Pendirian Muhammadiyah dilatarbelakangi oleh keprihatinan K.H. Ahmad Dahlan terhadap kemunduran umat Islam di tengah derasnya arus modernisasi dan penjajahan. Secara spesifik, ia melihat percampuran praktik keagamaan yang dianggapnya tidak sesuai dengan ajaran Islam murni (bid’ah, khurafat, takhayul). Di sisi lain muncul kelemahan umat Islam dalam menghadapi dunia modern, terutama di bidang pendidikan dan sosial-ekonomi.
Hingga tujuan utama Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Cara yang ditempuh adalah melalui pembaharuan ajaran dan amal usaha di bidang pendidikan, sosial, dan kesehatan.

Muhammadyah tidak hanya tumbuh secara horisontal menggapai umat muslim di berbagai penjuru tanah air. Secara vertikal pun nyata, bahkan kemudian menjadi organisasi kemasyarakatan yang mandiri.
Di balik identitasnya sebagai salah satu organisasi Islam besar di dunia, Muhammadiyah menjalankan ekosistem ekonomi nirlaba berskala raksasa melalui jaringan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Beroperasi lebih dari satu abad, AUM tumbuh menjadi salah satu sistem layanan publik non-pemerintah terbesar di Indonesia, menjangkau pendidikan, kesehatan, hingga ekonomi mikro.
Tidak seperti korporasi yang mengejar profit untuk pemegang saham, seluruh pendapatan Muhammadiyah dikembalikan untuk pengembangan lembaga dan kepentingan sosial. Model ini menjadikan Muhammadiyah sering disebut sebagai “non-profit conglomerate” terbesar di Asia Tenggara.
Pendidikan
Sektor pendidikan menjadi pilar utama dan tertua dalam struktur ekonomi Muhammadiyah. Organisasi ini mengelola puluhan ribu sekolah dari tingkat PAUD hingga SMA, menjadikannya jaringan pendidikan swasta terbesar di tanah air. Selain itu, terdapat 172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ’Aisyiyah (PTMA), jauh melampaui jumlah perguruan tinggi swasta milik organisasi lain.

Beberapa kampus besar seperti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Ahmad Dahlan (UAD), dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) masuk daftar kampus swasta unggulan secara nasional. Sejumlah PTMA membuka kerja sama internasional dan program studi bersama kampus luar negeri, bahkan beberapa telah berekspansi hingga Malaysia.
Output akademik ini mencetak jutaan alumni, dari tenaga kesehatan, akademisi, birokrat, hingga profesional di sektor industri.
Kesehatan
Di sektor kesehatan, Muhammadiyah menjadi salah satu operator layanan kesehatan terbesar di Indonesia. Lebih dari 400 rumah sakit dan klinik beroperasi di bawah jaringan AUM, termasuk Rumah Sakit PKU Muhammadiyah yang dikenal memiliki fasilitas modern.

Fasilitas kesehatan ini menjadi mitra besar program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan melayani jutaan pasien setiap tahun. Sejumlah RS PKU di Yogyakarta, Surakarta, dan Gamping kerap masuk dalam daftar rumah sakit swasta dengan tingkat kunjungan tertinggi di daerah masing-masing.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah rumah sakit Muhammadiyah juga memperkuat layanan spesialis, termasuk jantung, bedah saraf, dan onkologi, melalui investasi alat kesehatan canggih seperti CT-scan 128 slice dan sistem ICU modern.
Sosial dan Ekonomi Mikro
Di luar dua sektor utama, Muhammadiyah mengelola ratusan lembaga sosial seperti panti asuhan, panti jompo, dan balai rehabilitasi.
Di sektor ekonomi, Muhammadiyah mengoperasikan lembaga keuangan mikro seperti BPRS, koperasi syariah, dan BMT yang berfokus pada pemberdayaan pelaku usaha kecil.

Organisasi ini juga memiliki ekosistem media seperti Suara Muhammadiyah, salah satu penerbit tertua di Indonesia, serta radio dan televisi lokal. Selain itu, biro penyelenggara haji dan umrah Muhammadiyah menjadi salah satu lini layanan yang terus berkembang.
Di bidang kebencanaan, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dikenal sebagai salah satu lembaga penanggulangan bencana non-pemerintah paling aktif, baik dalam respon cepat domestik maupun misi kemanusiaan internasional.
Pendanaan Muhammadiyah berasal dari berbagai sumber, seluruhnya dikelola dengan prinsip akuntabilitas dan tidak didistribusikan sebagai keuntungan pribadi.
Sumber utama pendapatan di antaranya biaya layanan AUM yang berasal dari SPP sekolah dan kampus, biaya medis rumah sakit, serta layanan administrasi. Kemudian ada zakat, infak, dan sedekah melalui LazisMu, salah satu penghimpun ZIS nasional terbesar.
Termasuk Iuran anggota yang menopang aktivitas dakwah dan operasional organisasi. Ada pula hibah dan kerja sama dari sektor swasta, pemerintah, hingga mitra internasional.
Surplus operasional AUM kemudian digunakan untuk pembangunan fasilitas baru, peningkatan kualitas layanan, pengembangan SDM, maupun program sosial dan kemanusiaan
Sistem subsidi silang menjadi ciri khas AUM. Yang mapan ikut menopang AUM yang masih berkembang di daerah lain.
Semuanya dioperasikan secara profesional dan mandiri. Kemudan melahirkan dampak menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan ekonomi daerah.
Ekosistem AUM menggerakkan ekonomi dengan skala yang sangat besar. Berbagai estimasi menyebutkan jumlah tenaga kerja Muhammadiyah mencapai ratusan ribu hingga mendekati satu juta orang—meliputi dosen, guru, dokter, perawat, teknisi, dan staf administrasi di seluruh Indonesia. Ini menjadikan Muhammadiyah salah satu penyedia lapangan kerja non-pemerintah terbesar di Indonesia.
Aktivitas ekonomi yang ditimbulkan AUM—pembangunan kampus, pengadaan alat kesehatan, gaji pegawai, dan pembelian logistik—memiliki kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional.
Yang paling penting, jaringan AUM membawa dampak pemerataan: pendidikan dan kesehatan berkualitas hadir hingga daerah yang selama ini kurang terlayani.
Di usia 113 tahun, jarang terdengar Muhammadyah mengalami konflik baik internal maupun suku usahanya. Selamat milad Muhammadyah. (*)
BACA JUGA: Muhammadyah Pastikan Sikap Mereka Terhadap Isu Uighur Tidak Berubah





