Mohammad Deif, Orang Suci Misterius Arsitek Serangan Kejutan Hamas ke Israel
- Tidak ada yang tahu, termasuk anggota Hamas, wajah Mohammad Deif.
- Deif hanya bicara tiga kali dalam sembilan tahun, dan tak pernah muncul ke depan publik tiga dekade.
JERNIH — Setiap kali konflik Hamas-Israel meletus, sosok Mohammed Deif selalu menjadi perbincangan media sebagai sosok paling dicari. Israel memburunya, dan Deif nyaris tak terlacak.
Deif hanya membuat tiga pernyataan dalam sembilan tahun terakhir. Ia tak pernah muncul di depan publik selama hampir tiga dekade, dan hanya ada dua foto buram dirinya — yang entah kapan foto itu diproduksi — mengenakan keffiyeh Palestina, serta penampilan silhuet.
Israel yakin suara yang di balik rekaman video yang dirilis beberapa jam setelah serangan kejutan Hamas, Sabtu 7 Oktober, adalah suara orang paling dicari. Serangan Sabtu 7 Oktober disebut-sebut paling mematikan sejak Perang Yom Kippur setengah abad lalu.
Deif adalah komandan Brigade Izz el-Deen al-Qassam. Ia dalang berbagai serangan terhadap Israel selama bertahun-tahun.
Tamu Paling Ditakuti
Deif adalah kata dalam Bahasa Arab yang artinya tamu. Nama ini mengacu pada praktek militan Palestina yang tak pernah menetap lama di satu lokasi untuk menghindari deteksi Israel.
Lahir tahun 1960-an dan keluarganya yang miskin memberi nama Mohammed Diab Ibrahim al-Masri. Ia dibesarkan di kamp pengingsi Palestina di Khan Younis di Gaza.
Arab Asharq Al-Awsat, surat kabar berbahasa Arab, menulis Deif harus meninggalkan sekolah untuk membantu keuangan keluarga. Ia memegang beberapa pekerjaan, mengemudi, pengurus peternakan unggas, dan tukang pelapis kain.
Gaza saat itu berada di bawah kendali Mesir. Seorang pejabat Israel yang mengetahui arsip Deif mengatakan kepada The Financial Times bahwa tahun 1950-an paman dan ayah buronan pasukan Yahudi ini sesekali ikut serta dalam penggrebekan bersenjata.
Ketika Hamas dibentuk akhir 1980-an untuk memerangi pendudukan Israel di Jalur Gaza, Deif berusia 20 tahun. Deif, menurut Arab Asharq Al-Awsat, menulis Deif bergabung tahun 1987, sebelum kembali ke sekolah dan mendapat gelar dari Universitas Islam Gaza tahun 1988.
Dief berkomitmen penuh pada tujuan Hamas, menghancurkan Israel lewat perang dan mendirikan negara Palestina. Ia cepat naik pangkat dan anak didik langsung Yehya Ayyash, pembuat bom yang dikenal sebagai The Engineer.
Ayyash disalahkan dalam serangakaian pemboman bus mematikan di awal 1990-an. Ia diburu Israel dan tewas tahun 1996. Namun, pemboman bus tak berhenti. Saat itulah Deif ditengarai berada di balik aksi itu.
Motif Deif adalah balas dendam atas kematian sang guru. Ia mengerahkan orang-orangnya untuk terus melakukan pemboman.
Deif disebut-sebut berada di balik pembuatan roket pertama Hamas, dan berjasa mendesain roket Qassam. Lebih 3.000 roket ditembakan ke Israel, yang membuat sistem pertahanan udara Iron Dome kewalahan. The Financial Times memperkirakan Hamas kini memiliki puluhan ribu roket, yang cukup untuk membakar Israel.
Tahun 2021 Hamas menembakan sejumlah roket sebagai upaya melumpuhkan sistem pertahanan udara Israel yang saat itu kehabisan amunisi. Namun, niat Deif terhalang kesepakatan gencatan senjata.
Itu menunjukan kemampuan Deif untuk terus berkembang, seiring pencapaian teknologi militer Israel.
Deif juga sosok di balik gagasan terowongan di bawah Gaza, yang digunakan menyelundupkan senjata, bahan bakar, dan barang-barang lainnya ke seluruh Mesir. Deif diperkirakan menghabiskan seluruh waktunya di terowongan. Ia menghindari deteksi Israel, dan mengarahkan seluruh operasi Hamas.
Orang Suci yang tak Dikenal
Kecuali keluarga dan segelintir anggota Hamas, Deif nyaris tak dikenal siapa pun di Jalur Gaza. Penduduk hanya mendengar Deif adalah komandan militer Hamas sejak 2002. Deif adalah misteri.
Warga Gaza yang dijumpai wartawan dan ditanya tentang Deif mengatakan; “Jika sekarang dia berada di sini, kami pasti tidak tahu karena tidak mengenalnya.”
Israel mencoba membunuh Deif setidaknya lima kali. Terakhir, menurut Daily Mail, Israel mendapat informasi keberadaan Deif, coba membunuhnya, dan gagal.
Kabarnya, Deif nyaris terbunuh dalam serangan duara 20 tahun lalu. Ia kehilangan dua anggota badan dan bergerak dengan kursi roda. Namun, kemampuannya untuk tidak sekedar bertahan hidup, dan selangkah lebih maju dari Israel, membuatnya dihormati sesama militan Palestina.
“Deif seperti orang suci. Ia sangat dihormati oleh Hamas dan Palestina,” kata Mkhaimar Abusada, profesor politik Universitas Al Azhar di Gaza, kepada The Financial Times. “Operasi terbesarnya saat ini mengubah sosok Deif tidak ubahnya dewa bagi generasi muda.”
Cita-cita Deif
“Ini adalah pertempuran terbesar untuk mengakhiri pendudukan terakhir di Bumi,” kata Deif dalam video yang dipublikasikan Sabtu lalu.
Deif tidak tertarik berdamai dengan Israel. Menurutnya, seperti disebutkan dalam artikel tahun 2010, Palestina akan tetap menjadi milik kami termasuk Al Quds, Al Aqsa, dan desa-desa dari Mediteranea sampai Sungai Yordan. Israel, kata Deif, tidak punya hak satu inci pun.
The Financial Times melaporkan Deif memandang Perjanjian Oslo 1993 adalah pengkhianatan atas perlawanan dan tujuan awal; menggantikan Israel dengan negara Palestina.
Perjanjian Oslo 1993 memberikan sebagian kendali sipil kepada Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Tepi Barat dan Jalur Gaza. PLO masih berkuasa di Tepi Barat. Di Jalur Gaza, Hamas mengambil kendali sejak 2007.
Deif meminta Tepi Barat dan Yerusalem bergerak. Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas, juga berharap demikian. Namun, Israel lebih mengkhawatirkan militan Hizbullah yang didukung Iran.
Israel tampaknya merencanakan serangan darat besar-besaran untuk melumpuhkan Hamas di Jalur Gaza. Indikasinya, Israel memanggil 300 ribu pasukan cadangan yang tersebar di seluruh Eropa dan Amerika.
Israel kali terakhir melakukan serangan darat ke Jalur Gaza tahun 2014, dan harus membayar mahal dengan banyak serdadu mereka tewas. Hamas, tentunya Brigade Al Qassam, telah siap untuk itu.