Negara Palestina: Dari Proklamasi Yasser Arafat di Aljazair Sampai Diakui 145 Negara
- Yasser Arafat memproklamirkan negara Palestina 36 tahun lalu. Aljazair menjadi negara pertama yang mengakui.
- Kini, tinggal sekutu AS dan sekutunya yang masih malu-malu melakukan hal serupa.
JERNIH — Perang di Gaza, yang dimulai dengan serangah Hamas bertajuk Banjir al-Aqsa, menghidupkan kembali dorongan global agar Palestina memiliki negara sendiri.
Perang yang diwarnai ketidak-seimbangan persenjataan; Israel yang mendapat pasokan amunisi, senjata, dan teknologi dari AS dan negara-negara Eropa Barat, menghadapi Palestina yang mengandalkan senjata buatan tangan dari pabrik-pabrik di bawah tanah.
Akibatnya, yang terjadi adalah perang genosida. Israel menjatuhkan bom tanpa henti ke sekujur Gaza, menciptakan kelaparan, dengan melarang masuknya bantuan pangan, serta menciptakan kematian bagi korban luka dengan menghancurkan seluruh rumah sakit.
Terakhir, Israel membom tanda pengungsi di Rafah, yang membakar hidup-hidup 45 warga sipil. Dunia mengecam, dan PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan serangan ke Rafah kesalahan terburuk.
Norwegia, Spanyol, dan Irlandia, Selasa 28 Mei, secara resmi menjadi negara terbaru yang mengakui Palestina. Pengakuan ketiganya mematahkan pandangan lama negara-negara Barat bahwa Palestina hanya bisa merdeka dan berstatus negara melalui perundingan dengan Israel.
Israel marah, tapi tidak bisa apa-apa kecuali mengusir perwakilan tiga negara itu. Di sisi lain jumlah negara anggota PBB yang mengakui negara Palestina menjadi 145 dari 193 negara.
Negara yang mengakui Palestina kebanyakan dari Timur Tengah, Afrika, dan Asia. AS, Kanada, sebagian Eropa Barat, Australia, Jepang, dan Korea Selatan, belum mengeluarkan pengakuan.
April lalu, AS menggunakan hak veto-nya di Dewan Keamanan PBB untuk mencegah upaya menjadikan Palestina menjadi anggota penuh PBB. Berikut perjuangan diplomati Palestina untuk diakui dunia.
1988 Arafat Prokamirkan Negara Palestina
Pada 15 November 1988, selama intifada pertama, pemimpin Yasser Arafat secara sepihak memproklamirkan kemerdekaan Palestina dengan Yerusalem sebagai itu kota.
Proklamasi itu disampaikan di Aljazair pada pertemuan Dewan Nasional Palestina di pengasingan, yang mengadopsi solusi dua negara sebagai tujuan. Artinya, Palestina dan Israel berdiri berdampingan.
Tak lama kemudian Aljazair menjadi negara pertama yang secara resmi mengakui Palestina merdeka. Dalam beberapa pekan setelah itu, negara-negara Arab, India, Turki, sebagian besar negara Afrika, beberapa negara Eropa Tengah dan timur, melakukan hal serupa.
Gelombang pengakuan berikut terjadi 2010 dan awal 2011, saat terjadi krisis proses perdamaian Timur Tengah. Negara Amerika Selatan; Argentina, Brazil, dan Cile, menjawab seruan Palestina untuk mendukung mereka.
Ini terjadi sebagai respon keputusan Israel mengakhiri larangan pembangunan permukiman Yahudi di Tebi Barat yang diduduki.
Pengakuan PBB
Pada 2011, ketika perundingan perdamaian terhenti, Palestina melanjutkan kampanye untuk menjadi anggota penuh PBB sebagai negara.
Upaya itu gagal. Namun, Palestina melakukan langkah terobosan pada 31 Oktober 2011. UNESCO, badan PBB untuk pendidikan dan kebudayaan, menjadikan Palestina sebagai anggota penuh.
Israel dan AS bereaksi keras dengan menangguhkan pendanaan untuk UNESCO. Keduanya keluar dari UNESCO tahun 2018, tapi AS masuk lagi pada tahun yang sama.
Akhir November 2012, bendera Palestina berkibar kali pertama di depan kantor PBB di New York setelah Majelis Umum memutuskan meningkatkan status Palestina menjadi negara pengamat non-anggota.
Tiga tahun kemudian, Mahkamah Kriminal Internasional menerima Palestina sebagai negara sepihak.
Swedia, Negara Eropa Barat Pertama
Tahun 2014, Swedia — negara Eropa Barat dengan komunitas Palestina yang besar di dalamnya — menjadi anggota Uni Eropa pertama yang mengakui negara Palestina.
Tindakan ini dilakukan menyusul bentrokan hampir setiap hari selama berbulan-bulan di Yerusalem Timur, wilayah yang dianeksasi Israel.
Sebelumnya, negara Palestina diakui enam negara Eropa lainnya; Bulgaria, Siprus, Republik Cek, Hongaria, Polandia, dan Rumania.
Israel bereaksi. Menlu Israel Avigdor Lieberman mengatakan; “Hubungan di Timur Tengah jauh lebih kompleks dari sekedar furniture buatan IKEA.”
2024: Dorongan Baru Eropa
Sampai saat ini Israel telah membunuh 36.050 penduduk sipil Palestina di Gaza, sebagai pembalasan Banjir al-Aqsa yang menewaskan 1.170 orang. Prang brutal itu di luar dugaan meningkatkan dukungan Eropa terhadap Palestina.
Norwegia, Spanyol, dan Irlandia akhirnya mengambil langkah mengakui negar Palestina secara resmi. PM Spanyol Pedro Sanchez menggambarkan pengakuan ini sebagai keadilan bersejarah.
Malta dan Slovenia juga menyatakan siap mengakui negara Palestina. Keduanya masih menunggu waktu yang tepat.
Australia juga kemungkinan melakukan hal serupa. Presiden Emmanuel Macron mengatakan pertanyaan apakah Prancis akan mengakui negara Palestina bukan lagi sesuatu yang tabu. Menurutnya, pengakuan itu harus dilakukan pada saat yang tepat.