CrispyVeritas

Negara Perbarui Narasi Sejarah: Buku Sejarah Indonesia Diluncurkan Bertepatan Hari Sejarah

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan, penulisan buku ini dimaksudkan untuk memperkaya pemahaman publik tentang perjalanan bangsa Indonesia hingga periode mutakhir. “Dalam kurun dua dekade terakhir telah lahir banyak penelitian sejarah dan arkeologi dengan temuan-temuan baru yang penting untuk dikonstruksikan kembali dalam narasi sejarah bangsa,” ujar Menbud Fadli.

JERNIH– Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia melakukan soft launching buku “Sejarah Indonesia: Dinamika Kebangsaan dalam Arus Global” bertepatan dengan peringatan Hari Sejarah Nasional, Sabtu, 14 Desember 2025. Peluncuran itu menandai upaya negara memperkuat kesadaran sejarah nasional sekaligus merawat memori kolektif bangsa di tengah perubahan global yang kian cepat.

Buku sejarah berjilid ini disusun sebagai respons atas aspirasi para sejarawan yang sejak lama mendorong pembaruan penulisan sejarah Indonesia secara komprehensif. Selama dua dekade terakhir, berbagai riset sejarah dan arkeologi melahirkan temuan-temuan penting yang belum sepenuhnya terintegrasi dalam narasi sejarah nasional.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan, penulisan buku ini dimaksudkan untuk memperkaya pemahaman publik tentang perjalanan bangsa Indonesia hingga periode mutakhir. “Dalam kurun dua dekade terakhir telah lahir banyak penelitian sejarah dan arkeologi dengan temuan-temuan baru yang penting untuk dikonstruksikan kembali dalam narasi sejarah bangsa,” ujar Menbud Fadli.

Ia menegaskan, Kementerian Kebudayaan berperan sebagai fasilitator, bukan penentu isi. Substansi dan metodologi penulisan sepenuhnya ditentukan secara independen oleh tim penulis, editor jilid, dan editor umum. Pendekatan ini dipilih untuk menjamin otonomi akademik serta menjaga objektivitas narasi sejarah yang disusun.

Buku “Sejarah Indonesia: Dinamika Kebangsaan dalam Arus Global” disusun dalam sepuluh jilid utama dan satu jilid faktaneka serta indeks. Proses penulisannya berlangsung intensif selama satu tahun penuh, melibatkan 123 orang yang terdiri atas penulis, editor jilid, dan editor umum dari 34 perguruan tinggi serta 11 lembaga non-perguruan tinggi. Total keseluruhan karya mencapai 7.958 halaman dalam 11 jilid.

Menurut tim penyusun, buku ini tidak dimaksudkan sebagai buku teks konvensional. Narasi yang dibangun berupaya menempatkan sejarah Indonesia sebagai proses dinamis—penuh kesinambungan, perubahan, dan perjumpaan—bukan sekadar deretan peristiwa kronologis.

Dalam konstruksi narasinya, Indonesia ditempatkan sebagai subjek utama sejarah. Akar peradaban bangsa ditelusuri sejak ribuan tahun lalu melalui dinamika geososio-historis, mulai dari temuan manusia purba, persebaran budaya, hingga kemampuan masyarakat Nusantara bertransformasi melalui perjumpaan dengan peradaban India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Barat. Pendekatan ini menegaskan otonomi historis bangsa Indonesia, bahwa arah sejarahnya tidak semata ditentukan oleh kekuatan eksternal, melainkan oleh daya cipta dan ketahanan internal masyarakatnya sendiri.

Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan, menjelaskan bahwa penyusunan buku ini melalui tahapan panjang, ketat, dan terukur sepanjang Januari hingga November 2025. Proses tersebut melibatkan editor umum Prof. Dr. Susanto Zuhdi, M.Hum., Prof. Dr. Singgih Tri Sulistyono, M.Hum., dan Prof. Dr. Jajat Burhanuddin, M.A., serta para editor jilid, penulis, dan editor bahasa.

“Kami memastikan setiap tahap penulisan berjalan sesuai kaidah akademik, mulai dari sinkronisasi metodologi, penyuntingan substansi, diskusi publik, hingga penyelarasan bibliografi,” ujar Restu. Ia menambahkan bahwa proses tersebut mencerminkan komitmen terhadap akurasi, kualitas, dan keterbukaan akademik.

Soft launching buku ini juga bertepatan dengan penetapan Hari Sejarah Nasional melalui Keputusan Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 206/M/2025, yang ditandatangani pada 8 Desember 2025. Tanggal 14 Desember dipilih dengan merujuk pada pelaksanaan Seminar Sejarah Indonesia pertama pada 14–18 Desember 1957 di Yogyakarta, sebuah tonggak penting dalam sejarah historiografi Indonesia.

Fadli Zon menyatakan bahwa penetapan Hari Sejarah dan peluncuran buku ini memiliki makna simbolik dan substantif yang saling menguatkan. “Soft launching buku ini pada 14 Desember bukan hanya perayaan intelektual, tetapi juga penegasan bahwa negara memiliki tanggung jawab untuk merawat ingatan kolektif bangsa. Sejarah adalah fondasi; kehilangan sejarah berarti kehilangan arah kebangsaan,” katanya.

Lebih jauh, buku ini diharapkan menjadi rujukan penting dalam membangun kesadaran tentang asal-usul bangsa, kesinambungan dan perubahan sejarah, identitas dan jati diri nasional, serta kesadaran kritis terhadap masa depan Indonesia. Melalui proyek ini, Kementerian Kebudayaan menegaskan komitmennya untuk terus mendukung penelitian, penulisan, dan publikasi sejarah yang ilmiah, inklusif, dan relevan dengan perkembangan zaman.

Kegiatan peringatan Hari Sejarah dan soft launching buku Sejarah Indonesia: Dinamika Kebangsaan dalam Arus Global dihadiri oleh para sejarawan, akademisi, penulis dan editor buku sejarah, perwakilan perguruan tinggi, komunitas pemerhati sejarah dan budaya, serta Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah. Hadir pula unsur kementerian dan lembaga terkait, menandai dukungan bersama terhadap penguatan kesadaran sejarah nasional dan pengembangan historiografi Indonesia yang berakar pada ilmu pengetahuan sekaligus terbuka terhadap tantangan masa depan. [ ]

Back to top button