Nusantara Punya Makna Spiritual dan Historis, Kata Al Zastrouw Ngatawi
Secara spiritual, Nusantara memiliki makna perjuangan secara sungguh-sungguh dan tekad yang kuat untuk mempersatukan bangsa. Sementara pada sisi historis, Nusantara bermakna mengingatkan bangsa akan sejarah yang terdiri dari berbagai pulau, suku, ras, agama, dan budaya dari Sabang sampai Merauke yang bisa bersatu padu menjadi satu kesatuan.
BOGOR – Terdapat makna spiritual dan historis dibalik pemilihan nama Ibu Kota Nusantara setelah pemerintah resmi mensahkan Undang-undang (UU) Ibu Kota Negara (IKN).
Demikian dikatakan orang dekat mendiang mantan Presiden Gus Dur Al Zastrouw Ngatawi, di Bogor, Rabu (26/1).
Menurut dia, secara spiritual, Nusantara memiliki makna perjuangan secara sungguh-sungguh dan tekad yang kuat untuk mempersatukan bangsa. Sementara pada sisi historis, Nusantara bermakna mengingatkan bangsa akan sejarah yang terdiri dari berbagai pulau, suku, ras, agama, dan budaya dari Sabang sampai Merauke yang bisa bersatu padu menjadi satu kesatuan.
Ngatawi menilai, pemilihan nama Nusantara mengandung cita-cita dan optimisme untuk mengembalikan kejayaan nusantara.
”Sudah pasti merupakan do’a dan harapan agar kejayaan Nusantara sebagaimana yang terjadi pada zaman dulu, bisa kembali diwujudkan oleh bangsa Indonesia dalam konteks kekinian,” katanya.
Banyaknya opini dan sentimen negatif yang beredar di masyarakat, lanjut dia, situasi itu dapat menjadi ancaman kedepan bagi bangsa. Bahkan dapat menggoyahkan semangat persatuan jika dibiarkan.
”Pro-kontra adalah hal yang biasa. Pemicunya karena perbedaan pemikiran, ketidakpahaman, ada yang mencari perhatian publik serta politik dan yang paling bahaya adalah yang dipicu alasan ideologis. Ini yang bahaya,” kata dia.
Kelompok yang berusaha menggiring opini berlandaskan alasan ideologis tersebut, jika dibiarkan dan tidak dikelola dengan baik dikhawatirkan mengalami peningkatan.
Menurut dia, perlu menumbuhkan spirit kejayaan Nusantara dengan cara mengajarkan kembali nilai-nilai sejarah Nusantara kepada generasi muda dengan cara kreatif dan menarik.
Terkhusus generasi muda, lanjut Ngatawi, jika telah memiliki pemahaman dan pengertian baik, maka mereka dapat mengaktualisasikan nilai tersebut, bahkan bisa menjadi inspirasi dalam menghadapi realitas kekinian.
Karena itu, Ngatawi mengimbau masyarakatmengingat dan mengambil hikmah sejarah di masa lalu yang pernah dicetus Mahapatih Gadjah Mada dengan Sumpah Palapa-nya yang ingin mempersatukan Nusantara.
“Perlu adanya sosialisasi tentang sosok Gajah Mada beserta kiprahnya, untuk mengiliminir kesalahpahaman terhadap makna dan spirit sumpah Palapa,” ujar dia.