Pahlawan di Film Hotel Rwanda Divonis Terlibat Genosida 1994
- Paul Rusesabagina menggunakan popularitasnya untuk mengkritik Paul Kagame, presiden Rwanda saat ini.
- Ia diculik di Dubai, dibawa ke Rwanda, dan divonis terlibat genosida 1994 yang menewaskan 800 ribu etnis Tutsi.
- Pengadilan Rusesabagina dilihat banyak aktivis dunia sebagai cara Kagame membungkan oposisi diaspora.
JERNIH — Dalam film Hotel Rwanda, sosok Paul Rusesabagina — yang diperankan aktor Hollywood Don Cheadle — adalah pahlawan yang menyelamatkan banyak orang dari genosida 1994.
Senin, 20 September, hakim pengadilan kasus genosida menjatuhkan hukuman 25 tahun penjara kepada Rusesabagina. Lelaki usia 67 tahun mantan manajer hotel itu disebut bagian penting kelompok bersenjata yang melakukan pembantaian etnis.
Genosida Rwanda menelan korban 800 ribu etnis minoritas Tutsi yang memberontak terhadap pemerintahan mayoritas Hutu. Korban pembantaian tidak hanya Tutsi, tapi juga kelompok Hutu moderat.
Hotel Rwanda, Politik Rwanda
Paul Rusesabagina dalam Hotel Rwanda, film produksi Hollywood tahun 2004, adalah pengusaha hotel. Dikisahkan, pengusaha hotel itu menyelamatkan lebih 1.200 orang Tutsi selama genosida 100 hari.
Hotel Rwanda sukses di pasaran. Rusesabagina menjadi selebriti internasional. Ia berstatus warga negara Belgia, tapi bermukim di AS. Ia menerima medali presiden AS atas perannya menyelamatkan banyak orang.
Don Cheadle masuk nominasi Oscar berkat perannya sebagai Paul Rusesabagina.
Dari AS, Rusesabagina menggunakan ketenarannya untuk mengkritik apa yang digambarkan sebagai pelanggaran hak asasi manusia oleh pemerintah Paul Kagame, presiden Rwanda saat ini.
Kagame adalah komandan pemberontak Tutsi yang mengambil alih kekuasaan setelah pasukannya merebut Kigali, dan menghentikan genosida.
Agustus 2020, Rusesabagina ditangkap di Dubai dan diterbangkan ke Kigali. Namun Rusesabagina menyebut penangkapannya sebagai penculikan oleh otoritas Rwanda.
Pendukung Rusesabagina juga mengatakan mantan pengusaha hotel itu diculik. Pemerintah Rwanda mengatakan Rusesabagina kena tipu untuk naik pesawat pribadi.
Human Rights Watch mengatakan penangkapan Rusesabagina adalah penghilangan paksa, dan merupakan pelanggaran serius hukum internasional.
Pengadilan Rusesabagina dimulai Februari 2021, enam bulan setelah tiba di Kigali. Ia menghadapi tuduhan mendukung sayap bersenjata dari platform politik oposisi Gerakan Rwanda untuk Perubahan Demokratis.
Kelompok ini mengklaim bertanggung jawab atas serangan 2018 dan 2019 di selatan Rwanda, yang menewaskan sembilan orang.
“Dia mendirikan organisasi teroris yang menyerang Rwanda,” kata Hakim Beatrice Mukamurenzi tentang Rusesbagina. “Dia secara finansial berkontribusi pada kegiatan teroris.”
Jaksa meminta hukuman seumur hidup untuk Rusesabagina. Hakim Mukamurenzi mengatakan hukuman dikurangi menjadi 25 tahun karena ini hukuman pertamanya.
Menolak Semua Tuduhan
Rusesabagina menolak semua tuduhan atas dirinya. Pendukungnya mengatakan persidangan itu bukti kekejaman Kagame terhadap lawan poltiik.
Pemerintah Rwanda mengatakan Rusesbagina akan mendapatkan pengadilan yang adil, tapi dunia tak mau dengar. Desember 2020, 36 senator AS menulis surat ke Kagame, berisi desakan agar Rusesabagina dibebaskan.
“Ini sidang pertunjukan, bukan penyelidikan yudisial yang adil,” kata Geoffrey Robertson QC, pakah TrianWatch Yayasan Clooney. “Bukti penuntutannya diungkapkan tapi tidak ditentang. Mengingat kesehatan Rusesabagina yang buruk, hukuman berat akan menjadi hukuman mati.”
Keluar Persidangan
Rusesabagina keluar dari persidangan setelah vonis dibacakan. Ia tetap menolak semua tuduhan. Namun apa yang dilakukannya sia-sia.
Di Brussels, ibu kota Belgia, Carine Kanimba — putri Paul Rusesabagina — meratapi apa kabar tentang ayahnya. “Keluarga sangat khawatir tentang kesehatan ayah,” kata Kanimba.
Kepada Al Jazeera, Kanimba mengatakan; “Setiap Jumat kami melakukan panggilan telepon lima menit dengan ayah. Dia kelihatan tidak tenang. Otoritas penjara seolah menekannya, mencegahnya untuk mengatakan apa yang dia ingin katakan.”
Secara emosional, menurut Kanimba, Rusesabagina sangat kuat. Secara fisik, keluaga sangat mengkhawatirkannya.
Penulis Michela Wrong, yang baru-baru ini menerbitkan buku tentang Rwanda, mengatakan vonis itu merupakan pesan kepada pihak oposisi.
“Vonis itu semata untuk membungkam perbedaan pendapat,” kata Wrong. “Kagame ingin memastikan siapa pun yang menantangnya tidak akan berhadapan dengan pengadilan.”
Menurut Wrong, putusan itu menjelaskan bahwa Kagame bisa mendapatkan siapa pun yang mengkritik pemerintah Rwanda dan menjebloskannya ke penjara.
“Rusesabagina adalah target lama,” kata Wrong.