Pemain Liga Belanda Protes Rasisme
Amsterdam — Pemain sepakbola Belanda akan menghening cipta satu menit sebelum laga, sebagai protes atas rasisme dalam pertandingan.
Dua Liga Belanda; Eredivisie dan Eerste Divisie, sepakat menunda laga satu menit, setelah wasit meniup peluit dimulainya pertandingan. Slogan mereka; ‘Rasisme. Maka kita tidak akan bermain sepakbola.’ Slogan akan ditampilkan di layar lebar di stadionl.
Penundaan satu menit akan ditambahkan ke babak pertama. Jadi, laga pertama akan berlangsung 46 menit.
“Kami ingin penggemar sadar bahwa sepakbola milik semua orang,” demikian pernyataan Eredivisie. “Sepakbola milik dunia, terlepas latar budaya, agama, atau preferensi seksual.”
Protes muncul setelah pertandingan Eerste Divisie antara FC Den Bosch versus Excelsior dihentikan karena dugaan pelecehan ras. Laga berlangsung awal bulan ini.
Ahmad Mendes Moreira, pemain sayap Excelsior, menjadi sasaran rasis pendukung tuan rumah FC Den Bosch. Ada nyanyian Black Pete, dan karikatur rasis yang dalam beberapa tahun terakhir menuai protes di sekujur Belanda.
KNVB Mendukung
Asosiasi Sepakbola Belanda (KNVB) mendukung aksi protes ini, dan menguraikan protokol untuk mengatasi diskriminasi dalam permainan.
“Inisiatif ini memperkuat kami dalam diskusi dengan politisi dan mitra sosial kami,” demikian pernyataan KNVB.
Menurut KNVB, rasisme hanya bisa diatasi dengan bersama dan benar. Rasisme menjijikan dan tidak termasuk dalam sepakbola. Rasisme harus keluar dari dunia.
KNVB juga menginvestigasi insiden Moreira. Giorgino Wijnaldum, pemain Liverpool, menulis di Twitter-nya; “Cukuplah.”
Selasa lalu, saat mencetak gol untuk tim nasional Belanda, Wijnaldum melampiaskan kegembiraan bersama Frankie De Jong seraya menunjuk kulitnya.
Jaap de Groot, penulis sepakbola Belanda, mengatakan insiden Moreira membangunkan seluruh negeri untuk memerangi rasisme.
“Frank Rijkaar dan Ruud Gullit adalah contoh fantastis tentang bagaimana pemain dari latar budaya dan ras berbeda berintegrasi,” kata De Groot.
Ia juga mengingatkan Belanda tidak terbiasa dengan rasisme.