Pemimpin Milisi Gaza Akui Dipersenjatai dan Dilindungi Israel untuk Melawan Hamas

Dukungan Israel terhadap faksi-faksi bersenjata di Gaza bukan tanpa polemik internal. Pada Juni 2025, sejumlah politisi Israel menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyetujui pemberian senjata kepada kelompok-kelompok tersebut tanpa otorisasi resmi.
JERNIH – Sebuah tabir gelap dalam perang di Jalur Gaza tersingkap. Shawqi Abu Nassira, pemimpin milisi lokal yang beroperasi di wilayah Khan Younis, secara terang-terangan mengakui bahwa kelompoknya menerima dukungan penuh dari Israel, mulai dari persenjataan, logistik, hingga perlindungan keamanan tingkat tinggi.
Pengakuan ini disampaikan langsung oleh Abu Nassira dalam sebuah wawancara dengan media sayap kanan Israel, Channel 14 News, yang mempertegas upaya Tel Aviv untuk memperketat kendali di wilayah kantong tersebut melalui tangan-tangan lokal.
Kelompok pimpinan Abu Nassira, yang menamakan diri mereka Angkatan Darat Rakyat untuk Tanah Air Bebas, beroperasi di area-area Gaza yang berada di bawah kendali militer Israel (di sebelah timur wilayah yang disebut Israel sebagai “Garis Kuning”).
Saat ditanya mengenai hubungannya dengan militer Israel, Abu Nassira memberikan jawaban yang lugas. “Mereka menyediakan senjata, makanan, minuman, dan pakaian bagi kami. Kami memiliki koordinasi keamanan di tingkat tertinggi,” ujar Abu Nassira kepada reporter Channel 14, Ahikam Himmelfarb.
Laporan tersebut juga menyertakan rekaman para pejuang milisi pimpinan Abu Nassira yang bergerak bebas di zona-zona yang dijaga ketat oleh militer Israel.
Sosok Abu Nassira bukanlah orang baru dalam konflik Palestina-Israel. Ia merupakan mantan anggota dinas keamanan Otoritas Palestina (PA) dan pernah ditahan Israel pada tahun 1984 dan dijatuhi hukuman lima kali seumur hidup. Selama perang Gaza saat ini, ia terhubung dengan jaringan Yasser Abu Shabab, pemimpin milisi pro-Israel yang tewas awal tahun ini, serta tentara bayaran Ashraf al Mansi.
Hubungan Abu Nassira dengan jaringan ini dilaporkan memicu kecaman luas dan kemarahan di seluruh Jalur Gaza, di mana masyarakat menganggap mereka sebagai kolaborator.
Dukungan Israel terhadap faksi-faksi bersenjata di Gaza bukan tanpa polemik internal. Pada Juni 2025, sejumlah politisi Israel menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyetujui pemberian senjata kepada kelompok-kelompok tersebut tanpa otorisasi resmi.
Netanyahu kemudian mengakui adanya pasokan senjata ke faksi-faksi tertentu di Gaza. Namun, pengakuan ini justru menambah ketegangan karena para pejabat Israel sendiri mengaitkan banyak dari kelompok tersebut dengan aktivitas kriminal terorganisir, penjarahan bantuan kemanusiaan serta afiliasi dengan kelompok ekstremis seperti ISIS.
Meskipun terdapat gencatan senjata, Israel terus melakukan serangan dan memperluas kendali fisiknya hingga kini mencakup lebih dari separuh wilayah Jalur Gaza.
Namun, tantangan besar tetap ada di lapangan. Mayoritas penduduk Gaza masih berada di wilayah-wilayah yang dikendalikan oleh Hamas, yang hingga kini secara tegas menolak tuntutan Israel dan Amerika Serikat untuk melucuti senjata mereka. Aliansi Israel dengan milisi lokal seperti pimpinan Abu Nassira dipandang sebagai upaya untuk menciptakan “pemerintahan tandingan” guna menggerus pengaruh Hamas dari dalam.






