Crispy

Pemukim Israel Melepaskan Anjing, Memburu Petani Palestina yang Sedang Panen Zaitun

Panen zaitun dalam beberapa tahun terakhir ditandai dengan meningkatnya kekerasan dari pemukim dan pasukan Israel. Insiden ini sudah didokumentasikan secara luas oleh petani Palestina dan aktivis internasional.

JERNIH – Tiga petani Palestina terluka setelah diserang oleh pemukim Israel di wilayah selatan Nablus di Tepi Barat yang diduduki, di tengah meningkatnya insiden kekerasan pemukim selama panen zaitun tahun ini.

Kantor berita Palestina Wafa melaporkan kemarin, pemukim bersenjata menyerang pemetik zaitun dengan tongkat dan anjing yang dilepaskan di daerah Wadi al-Hajj Issa di Aqraba, melukai tiga orang dan memaksa petani meninggalkan tanah mereka. Serangan terbaru ini membuat jumlah total warga Palestina yang terluka akibat serangan pemukim hingga akhir pekan lalu menjadi sepuluh orang.

“Di Kota Duma yang berdekatan, tentara Israel terus mencegah warga Palestina mencapai kebun zaitun mereka,” kata Kepala Dewan Desa Suleiman Dawabsha. Para pemukim telah berulang kali menyerang petani lokal, mencuri zaitun, merusak pohon, dan menggembalakan ternak di lahan pribadi, ujar Dawabsha kepada Anadolu .

Menurut AFP, setidaknya enam insiden terpisah telah dicatat selama panen zaitun tahun 2025 melibatkan warga Palestina yang ditolak aksesnya ke tanah mereka, diserang oleh pemukim, atau mengalami vandalisme.

Serangan Israel terhadap warga Palestina di daerah pedesaan dilaporkan telah mencapai puncaknya tahun ini, dipicu oleh meluasnya permukiman dan pertumbuhan populasi pemukim.  Menteri Pertanian Otoritas Palestina telah meminta masyarakat internasional untuk melindungi petani dan pemanen.

“Ini musim terburuk dalam 60 tahun terakhir,” ujar Menteri Pertanian Rizq Salimia dalam jumpa pers, seraya menambahkan bahwa panen tahun ini sudah buruk akibat kondisi cuaca buruk.

Ajith Sunghay, kepala Kantor Hak Asasi Manusia PBB di wilayah Palestina, mengutuk apa yang ia sebut sebagai serangan berat selama panen tahun ini dan mengecam tingkat impunitas yang berbahaya bagi para pelaku.

Panen zaitun dalam beberapa tahun terakhir ditandai dengan meningkatnya kekerasan dari pemukim dan pasukan Israel. Insiden ini sudah didokumentasikan secara luas oleh petani Palestina dan aktivis internasional.

Musim panen, yang dimulai pada bulan Oktober dan berlangsung hingga pertengahan November, memiliki makna budaya dan nasional yang mendalam bagi warga Palestina, yang memandang pohon zaitun sebagai simbol ketahanan dan identitas.

Tepi Barat yang diduduki adalah rumah bagi lebih dari delapan juta pohon zaitun, yang melayani sekitar tiga juta warga Palestina, menurut sensus Kementerian Pertanian tahun 2021. Setiap musim gugur, petani Palestina – bersama dengan penduduk kota yang keluarganya memiliki beberapa pohon – pergi ke ladang untuk memetik buah zaitun dengan tangan.

Badan kemanusiaan PBB OCHA melaporkan bahwa 27 desa di Tepi Barat terkena dampak serangan terkait panen antara tanggal 7 dan 13 Oktober saja.  “Insiden-insiden tersebut meliputi serangan terhadap para pemanen, pencurian hasil panen dan peralatan, serta vandalisme pohon zaitun, yang mengakibatkan korban jiwa, kerusakan properti, atau keduanya,” kata OCHA.

Pada minggu pertama panen zaitun tahun ini saja, lebih dari 150 serangan pemukim tercatat, dan lebih dari 700 pohon zaitun tumbang, patah, atau diracuni, menurut Muayyad Shaaban, kepala kantor Otoritas Palestina yang memantau aktivitas permukiman.

Kekerasan pemukim telah melonjak di Tepi Barat, terutama sejak pecahnya perang Israel di Gaza pada 7 Oktober 2023.  Ketika kekhawatiran meningkat di kalangan badan PBB dan kelompok hak asasi manusia atas keselamatan petani Palestina, insiden baru-baru ini telah menggarisbawahi betapa parahnya kekerasan pemukim selama waktu ini. 

Serangan minggu lalu di Kota Turmus Ayya menyebabkan para pemanen zaitun dan aktivis Palestina diserang oleh para pemukim yang membawa pentungan, menyebabkan sedikitnya seorang wanita dirawat di rumah sakit dengan luka serius.

Back to top button