Peneliti: Media Barat Terbitkan 784 Ribu Artikel anti-Islam Dalam 20 Tahun
- Islamofobia mendorong fitnah dan kekerasan, serta mendong sistuasi seperti anti-Semitisme sebelum dan selama Holocaust.
- Memerangi liputan negatif tentang Islam menjadi penting.
JERNIH — Dua ilmuwan politik; Profesor Erik Bleich dan Maurits van der Veen, secara meyakinkan menemukan media Barat meliput Islam secara lebih negatif dibanding kelompok agama lain dalam dua dekade.
Keduanya, seperti ditulis Daily Sabah, mencapai kesimpulan itu setelah menganalisis 784 ribu artikel surat kabar terbitan AS, Inggris, Kanada, dan Australia, dalam 21 tahun.
Rincinya, 265 ribu artikel media AS, 528 ribu artikel publikasi Inggris, Kanada, dan Australia. Artikel-artikel itu diterbitkan antara 1996 sampai 2016.
Keduanya menemukan pers Barat menyalah-artikan Muslim dan Islam lebih dari kelompok agama lain, yang akhirnya mengarah pada sentimen anti-Muslim dan berdampak buruk terhadap komunitas pemeluk Islam di negara-negara Barat.
Temuan dua akademisi ini dilaporkan conversation.com dalam sebuah artikel yang ditulis Prof Bleich dan Van der Veen.
“Temuan utama kami adalah rata-rata artikel menyebut Muslim dan Islam di AS secara lebih negatif daripada 84 persen artikel dalam sampel acak,” kata keduanya.
Ini berarti, tulis keduanya, seseorang kemungkinan harus membaca enam artikel di surat kabar AS utnuk menemukan satu yang sama negatifnya dengan arta-rata artikel yang menyentuh Muslim.
Di AS, pers menyebut Muslim cenderung negatif dibanding Katolik Yahudi, Hindu, dan kelmpok agama lain. “Proporsi artikel positif dan negatif mendekati 50:50 (Katolik, Yahudi, dan Hindu),” kata keduanya. “Sebaliknya, 80 pesen dari semua artikel yang berhubungan dengan Muslim adalah negatif.”
Keduanya juga menulis; “Pekerjaan kami menunjukan bahwa media tidak cenderung mempublikasikan cerita negatif ketika menulis agama minoritas lainnya, tapi sangat mungkin melakukannya ketika menulis tentang Muslim.”
Pembelajaran
Studi ini mengumpulkan dan menganalisis artikel dari surat kabar AS, Inggris, Australia, dan Kanada, yang tidak hanya terkait dengan Muslim tapi juga Katolik, Yahudi, dan Hindu, dan membuat berbagai perbandingan tentang bagaimana agama diwakili dalam artikel berdasarkan agama dan negara.
Contoh konkret bias Islamofobia dalam sebuah artikel surat kabar yang khas tentang Muslim adalah penulis memberi contoh berikut; “Perimbangkan kalimat berikut untuk memiliki nada rata-rata artikel Muslim; Orang Rusia dibuat percaya oleh agen yang menyamar bahwa mater radioaktif akan dikirim ke organisasi Muslim.”
Kalimat itu mengandung dua kata sangat negatif, yaitu menyamar dan radioaktif, serta menyiratkan bahwa organisasi Muslim memiliki tujuan jahat.
Perbandingan AS, Australia, Kanada
Tidak hanya AS, penulis juga membandingkan artikel surat kabar yang diterbitkan negara-negara Anglosphere, atau pengguna Bahasa Inggrs, seperti Australia, Kanada, dan Inggris, serta menganalisis 528.444 artikel.
Keduanya menemukan bahwa proporsi artikel negatif-positif di tiga negara ini hapir persis sama dengan di AS. Persentase artikel surat kabar di AS, Inggris, Kanada, dan Australia yang menyebut keyakinan Muslim adalah negatif masing-masing 80, 79, 79, dan 77 pesen.
Secara keseluruhan mereka menemukan liputan sangat negatif tentang Muslim di AS, Kanada, dan Australia.
Penulis menarik hubungan antara liputan negatif dan bahaya bagi Muslim, dengan merujuk pada hasil penelitian sebelumnya. Mereka menemukan studi lain yang melihat dampak informasi negatif tentang Muslim juga menemukan peningkatan dukungan untuk kebijakan yang merugikan Muslim, seperti pengawasan rahasia terhadap Muslim AS, atau penggunaan serangan drone di negara-negara Muslim.
Keduanya juga membuat perbandingan dunia nyata baru-baru ini yang menyebut sambutan hangat yang diberikan AS dan Eropa kepada Ukraina pada 2022, yang kontras dengan ekbijakan tidak teratur dan bermjsuhan terhadap pengungsi Suriah tahun 2010-an.
Penulis percaya mengakui dan menangani negatif sistemik liputan media tentang Muslim dan Islam adalah penting untuk memerangi stigmatisasi yang meluas terhadap Muslim.
Mereka juga menyeru perlunya menciptakan peluang untuk kebijakan lebih manusiawi dan adil bagi semua orang, terlepas dari keyakinan mereka.
Berdasarkan bukti-bukti ini, penulis sampai pada kesimpulan tren Islamofobia mendorong fitnah dan kekerasan lebih lanjut terhadap Muslim yang tinggal di Barat. Trend ini akan menjadi sedemikian besar seperti anti-Semitisme sebelum dan selama Holocaust.