Crispy

Peneliti Temukan Puing Roket V2 Nazi Jerman

  • Roket Supersonic V2 adalah dadu terakhir Adolf Hitler untuk membalikan situasi perang.
  • Roket tak sempurna. Melesat lima kali kecepatan suara tapi melenceng dari sasaran.
  • Kini, peneliti mencari puing-puingnya untuk diteliti.

JERNIH — Tim arkeolog menemukan sisa-sisa senjata supersonik pertama, atau roket V2 Nazi Jerman, di sebuah lapangan di tenggara Inggris.

Roket V2, menurut pakar di HE Services Plant, jatuh dan meledak sebelum mencapai sasarannya, yaitu London. Live Sciences melaporkan sejauh ini peneliti mengumpulkan 1.760 pon puing-puing di situs itu.

Di antara puing-puing itu terdapat ruang bakar, yang ditemukan di kedalaman hampir enam meter di lokasi tidak jauh dari St Mary’s Platt.

Roket V2 adalah senjata Nazi Jerman paling menakutkan. Roket ditembakan dari Den Haag sekitar pukul 12:25 pada 14 Februari 1945, dan mencapai Inggris dalam waktu lima menit.

Roket mencapai lima kali kecepatan suara dalam satu menit setelah peluncuran. Setelah itu mesin roket mati secara otomatis. Roket meluncur sejauh 55 mil di atas permukaan Bumi, atau nyaris memasuki ruang angkasa atau garis Karma.

Setelah itu roket menghujam ke tanah dengan kecelatan tiga setengah kali kecepatan suara. Roket ditujukan ke London, tapi melenceng ke luar jalur terbang. Tidak ada yang cedera atau tewas, karena roket jatuh di hamparan tanah kosong.

Ini adalah peggalian keenam situs V2 oleh para arkeolog bersama Colin dan Sean Welch, dua bersaudara yang menghabiskan satu dekade mencari senjata tercanggih Nazi Jerman.

“Roket akan memasuki Bumi dengan sudut sekitar 45 derajat,” kata Colin dalam wawancara dengan Kent Online.

“Kami biasanya berharap menemukan sisa-sisa paling banyak di sisi terjauh dari titik masuk,” lanjutnya. “Saat kami menggali, ternyata tidak ada apa-apa.”

Menurut Sean, V2 melaju sangat cepat. Jika jatuh ke sasaran dengan banyak penduduk, kita tidak tahu apa yang terjadi.

Sekitar 1.500 roket V2, kependekan dari Vergeltungswaffe yang artinya Senjata Pembalasan, ditembakan ke London dan tenggara Inggris. Sekutu menyebutnya lemparan dadu terakhir Adolf Hitler.

Sebuah peta interaktif dibuat, yang menunjukan London menanggung beban serangan V2, termasuk serangan ke Chiswick, di sebelah barat ibu kota Inggris.

Selain roket V2, peneliti di Prancis juga menggali sejumlah situs untuk menemukan sisa-sisa bom terbang V1. Berbeda dengan V2, bom terbang V1 digunakan sepanjang tahun 1944.

Sean dan Colin menghabiskan empat hari pada akhir September untuk menggali dengan menggunakan sekop mekanik. Keduanya akan menghabiskan 18 bulan untuk melestarikan fragmen dan menulis laporan untuk arsip sejarah negara.

Roket V2, bersama bom terbang V1, adalah bagian upaya terakhir Nazi membalikan situasi perang. Saat itu, Nazi tertekan hebat akibat kalah di semua front pertempuran dan sekutu terus bergerak mendekati Berlin.

V2 juga dikenal sebagai Vergeltungswaffe Zwei atau senjata pembalasan dua. Senjata ini diumumkan kepada publik November 1944, dua bulan setelah penempatan pertama sebagai senjata.

Setidaknya 10 ribu pekerja kamp konsentrasi tewas selama proses pembuatannya. Setelah Perang Dunia II, AS dan Uni Soviet membawa roket V2 ke negara masing-masing untuk dikembangkan menjadi roket buatan sendiri yang lebih canggih.

Menurut Sean, V2 adalah senjata supersonik pertama yang sangat menakutkan. Senjata datang bisa didengar karena meluncur tiga sampai lima kali kecepatan suara.

“Roket juga tidak dapat dicegat oleh pesawat saat itu,” kata Sean.

Welch mengatakan roket V2 kemungkinan diluncurkan malam hari untuk menghindari serangan pesawat sekutu terhadap lokasi peluncuran. Meski akurasi sangat buruk, dan banyak tidak mencapai sasaran, V2 adalah sejarah senjata modern.

Roket-roket itu membutuhkan alkohol dalam jumlah besar untuk satu peluncuran. Setidaknya, butuh 30 ton kentang — yang diubah menjadi alkohol — untuk satu peluncuran. Akibatnya, terjadi krisis pangan yang buruk di Jerman saat itu.

“Nilai roket ini mungih lebih psikologis. Roket ini memberi harapan setelah perang berbalik, dan Jerman di ambang kekalahan,” kata Sean Kent Online.

Dari sisa-sisa roket V2 itu peneliti akan mencari di mana komponen roket dibuat, sebelum dikirim ke Nordhausen — pabrik bawah tanah di Pegunungan Hartz.

Sebelumnya sejarawan berpikir semua komponen V2 diubat di Nordhausen. Padahal, Nordhausen hanya jalur perakitan.

Back to top button