CrispyVeritas

Perahu Firaun Khufu Dirakit di Hadapan Publik di Museum Mesir Agung

Proses perakitan kembali perahu kerajaan miliknya di Museum Mesir Agung bukan sekadar proyek restorasi, melainkan upaya menghidupkan kembali kisah seorang firaun yang membangun keabadian bagi dirinya—dan meninggalkan jejak abadi bagi sejarah umat manusia.

WWW.JERNIH.CO – Sebuah perahu kuno milik firaun Mesir, Raja Khufu, kini tengah dirakit secara terbuka di aula pameran Museum Mesir Agung (Grand Egyptian Museum/GEM). Proses perakitan yang dimulai pada Selasa pagi itu menarik perhatian puluhan pengunjung yang menyaksikan langsung salah satu proyek restorasi arkeologi paling ambisius di dunia.

Perahu yang dirakit terbuat dari kayu cedar dan merupakan salah satu dari dua perahu yang ditemukan sebagai milik Raja Khufu. Panjangnya mencapai sekitar 42 meter, dan tersusun dari 1.650 potongan kayu yang telah dikubur selama ribuan tahun. Perahu ini akan dipamerkan berdampingan dengan perahu kembarannya yang telah lebih dulu dirakit dan dipamerkan kepada publik.

Menurut Issa Zeidan, Kepala Departemen Restorasi Museum Mesir Agung, proses perakitan diperkirakan akan memakan waktu sekitar empat tahun. Ia menjelaskan bahwa setiap potongan kayu harus ditangani dengan sangat hati-hati mengingat usia dan nilai sejarahnya yang luar biasa.

Raja Khufu memerintah Mesir Kuno sekitar tahun 2589–2566 SM pada masa Dinasti Keempat. Ia merupakan salah satu firaun paling terkenal dalam sejarah Mesir karena membangun Piramida Agung Giza—satu-satunya dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno yang masih bertahan hingga kini. Piramida tersebut menjadi simbol puncak kemajuan arsitektur dan teknik Mesir Kuno lebih dari 4.500 tahun lalu.

Khufu adalah putra dari Raja Sneferu—firaun besar yang merevolusi teknik pembangunan piramida—dan Ratu Hetepheres I.

Nama Khufu dalam bahasa Mesir Kuno berarti “Khnum melindungiku”, merujuk pada dewa pencipta Khnum. Dalam tradisi Yunani, ia dikenal dengan nama Cheops, sebagaimana dicatat oleh sejarawan Yunani Herodotus. Namun, catatan Herodotus yang menggambarkan Khufu sebagai penguasa kejam dan tiran kini dipandang para sejarawan modern sebagai gambaran yang berlebihan dan tidak sepenuhnya akurat.

Pada masa Khufu, konsep firaun sebagai perwujudan dewa di bumi semakin menguat. Raja tidak hanya berperan sebagai pemimpin politik, tetapi juga sebagai penjaga keseimbangan kosmik (maat). Setelah wafat, Khufu diyakini akan bersatu dengan dewa matahari Ra, dan melanjutkan perjalanan abadi di langit.

Keyakinan inilah yang menjelaskan keberadaan perahu-perahu kerajaan, termasuk perahu kayu cedar yang kini dirakit di Museum Mesir Agung. Perahu tersebut dipandang sebagai sarana simbolis bagi jiwa raja untuk mengarungi langit bersama matahari, atau sebagai kendaraan sakral dalam ritual pemakaman.

Menteri Pariwisata dan Purbakala Mesir, Sherif Fathy, yang hadir dalam acara perakitan tersebut, menyebut proyek ini sebagai tonggak penting dalam dunia pelestarian warisan budaya. “Hari ini Anda menyaksikan salah satu proyek restorasi terpenting di abad ke-21,” ujarnya.

Museum Mesir Agung sendiri dibangun dengan biaya kurang lebih Rp16,5 triliun. Museum yang diresmikan secara megah bulan lalu ini kerap disebut sebagai museum arkeologi terbesar di dunia. GEM menyimpan hampir 50.000 artefak, termasuk koleksi harta karun Raja Tutankhamun yang legendaris dan ditemukan pada tahun 1922.

Terletak di dekat kompleks Piramida Giza, di pinggiran Kairo, museum ini diharapkan mampu mendongkrak sektor pariwisata Mesir sekaligus membantu pemulihan ekonomi negara tersebut yang sempat tertekan dalam beberapa tahun terakhir.

Dua perahu Raja Khufu pertama kali ditemukan pada tahun 1954 di lubang khusus di sisi selatan Piramida Agung. Namun, penggalian dan pemindahan bagian-bagian kayunya baru dilakukan secara bertahap, dengan proyek besar dimulai pada tahun 2014.

Hingga kini, tujuan pasti perahu-perahu tersebut masih menjadi perdebatan. Para ahli meyakini perahu ini digunakan untuk mengangkut jenazah Raja Khufu dalam prosesi pemakamannya, atau sebagai “perahu matahari” yang akan membawanya menempuh perjalanan spiritual menuju alam baka bersama dewa matahari Ra—sebuah keyakinan penting dalam kosmologi Mesir Kuno.(*)

BACA JUGA: Lukisan Firaun Kuno Menghilang dari Pekuburan Saqqara Mesir

Back to top button