Crispy

Pertahanan Sipil Gaza Melaporkan Setidaknya 50 Orang Tewas dalam Serangan Israel Semalam

Rumah sakit utama Al-Shifa di wilayah itu mengatakan salah satu serangan menghantam halaman belakangnya. Rumah Sakit Al-Awda melaporkan telah menerima beberapa jenazah, termasuk empat anak-anak, yang tewas dalam pemboman kamp pengungsi Nuseirat di pusat Gaza.

JERNIH – Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan puluhan serangan Israel semalam menewaskan sedikitnya 50 orang di wilayah Palestina, beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan tidak ada hal yang akan membahayakan perjanjian gencatan senjata hasil mediasinya.

Juru bicara pertahanan sipil Mahmoud Bassal mengutip AFP Rabu (29/10/2025) mengatakan, 22 anak-anak termasuk di antara mereka yang tewas, serta wanita dan orang tua, dan sekitar 200 orang terluka. Ia menggambarkan situasi di Gaza sebagai “katastrofik dan mengerikan,” menyebut serangan itu pelanggaran yang jelas dan mencolok terhadap perjanjian gencatan senjata.

“Serangan Israel menargetkan tenda-tenda untuk orang-orang yang mengungsi, rumah-rumah, dan sekitar rumah sakit di Jalur Gaza,” katanya kepada AFP.

Israel mulai melakukan serangan udara sejak kemarin setelah menuduh Hamas menyerang pasukan Israel di Gaza dan melanggar gencatan senjata. Sementara Israel tidak mengatakan di mana pasukannya diserang, Hamas mengatakan pejuangnya “tidak memiliki hubungan dengan insiden penembakan di Rafah” dan menegaskan kembali komitmennya terhadap gencatan senjata yang ditengahi AS.

Tentara Israel mengatakan, salah satu tentaranya — Yona Efraim Feldbaum yang berusia 37 tahun — tewas selama pertempuran di Jalur Gaza selatan sehari sebelumnya, dan keluarganya telah diberitahu.

Trump membela tindakan Israel pada hari Rabu, dengan mengatakan bahwa Israel harus membalas, tetapi menambahkan bahwa “tidak ada yang akan membahayakan” gencatan senjata. “Mereka membunuh seorang tentara Israel. Jadi Israel membalas. Dan mereka harus membalas,” kata Trump kepada wartawan di Air Force One selama turnya di Asia.

Wakil Presiden AS JD Vance sebelumnya mengatakan gencatan senjata tetap berlaku meskipun ada “pertempuran kecil.”

Rumah sakit utama Al-Shifa di wilayah itu mengatakan salah satu serangan menghantam halaman belakangnya. Rumah Sakit Al-Awda melaporkan telah menerima beberapa jenazah, termasuk empat anak-anak, yang tewas dalam pemboman kamp pengungsi Nuseirat di pusat Gaza.

Hamas mengumumkan akan menunda penyerahan jenazah sandera lainnya, yang dijadwalkan pada hari Selasa, dengan mengatakan bahwa “eskalasi Israel akan menghambat pencarian, penggalian, dan pemulihan jenazah.”

Militan Hamas telah menyandera 251 orang selama serangan 7 Oktober 2023 di Israel yang memicu perang. Perselisihan mengenai jenazah terakhir para sandera yang meninggal mengancam menggagalkan perjanjian gencatan senjata.

Israel menuduh Hamas mengingkari dengan tidak mengembalikan mereka, tetapi kelompok Palestina itu mengatakan akan membutuhkan waktu untuk menemukan jenazah yang terkubur di reruntuhan Gaza yang dilanda perang.

Hamas kemudian mengatakan di Telegram bahwa mereka telah menemukan jenazah dua sandera pada hari Selasa, tetapi tidak menyebutkan kapan mereka akan menyerahkan mereka.

Hamas berada di bawah tekanan yang meningkat pada hari Senin setelah mengembalikan sebagian jenazah seorang tawanan yang sebelumnya ditemukan, yang menurut Israel merupakan pelanggaran gencatan senjata.

Hamas mengatakan jenazah itu adalah jenazah ke-16 dari 28 jenazah sandera yang telah disetujui untuk dikembalikan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, yang mulai berlaku pada 10 Oktober.

Juru bicara Hamas Hazem Qassem menolak klaim bahwa kelompok itu tahu di mana jenazah-jenazah yang tersisa berada, dengan alasan bahwa pemboman Israel selama perang dua tahun telah membuat lokasi-lokasi tersebut tidak dapat dikenali. “Gerakan (Hamas) bertekad untuk menyerahkan jenazah para tawanan Israel sesegera mungkin setelah mereka ditemukan,” ujarnya kepada AFP.

Kelompok militan Palestina tersebut telah memulangkan seluruh 20 sandera yang masih hidup sesuai kesepakatan gencatan senjata. Meskipun ada gencatan senjata, jumlah korban terus bertambah karena semakin banyak jenazah ditemukan di bawah reruntuhan.

Di Gaza, Abdul-Hayy Al-Hajj Ahmed yang berusia 60 tahun mengatakan kepada AFP bahwa ia khawatir perang akan kembali terjadi. “Sekarang mereka menuduh Hamas mengulur waktu, dan itu adalah dalih untuk eskalasi dan perang yang baru,” ujarnya. “Kami ingin beristirahat. Saya yakin perang akan kembali.”

Back to top button