Crispy
Trending

Politisi Inggris Luncurkan Versi AI untuk Layani Konstituen

Seorang politisi Inggris menciptakan versi kecerdasan buatan (AI) dari dirinya sendiri untuk berinteraksi dengan para pemilih. Mark Sewards, Anggota Parlemen (MP) dari Partai Buruh untuk daerah pemilihan Leeds South West dan Morley, bekerja sama dengan perusahaan rintisan AI Neural Voice untuk membuat representasi virtual pribadinya.

Chatbot tersebut, yang disebut sebagai “MP virtual pertama di Inggris”, mampu merespons dengan suara Sewards untuk memberikan saran, dukungan, atau meneruskan pesan langsung ke timnya. Menurut Sewards, teknologi ini dirancang untuk “memperkuat hubungan antara kantor seorang MP dan konstituen yang kami layani” serta memungkinkan warga mengakses dukungan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, sepanjang tahun.

Saat ini, chatbot tersebut masih berstatus prototipe dan akan terus disesuaikan berdasarkan kebutuhan. Sewards mengajak masyarakat untuk mencoba teknologi ini, sambil menegaskan pentingnya menerima perkembangan AI.

 “Revolusi AI sedang terjadi. Kita harus memanfaatkannya atau tertinggal. Saya ingin membuat sesuatu yang benar-benar bermanfaat bagi konstituen saya. Satu-satunya cara adalah dengan terjun langsung dan menggunakannya,” ujarnya.

Meski inovatif, langkah ini menuai pro dan kontra. Beberapa pihak mempertanyakan apakah teknologi tersebut benar-benar akan mempererat hubungan politisi dengan publik, atau justru membuat warga merasa kurang didengarkan.

Dr. Susan Oman, dosen senior bidang data dan AI, mengingatkan adanya risiko dari pendekatan ini.  “Niatnya mungkin untuk membuat pelayanan lebih cepat dan mudah diakses, tapi efek sampingnya bisa membuat masyarakat merasa tidak mendapatkan perhatian langsung,” jelasnya.

Kekhawatiran lain mencakup privasi dan keamanan data, kurangnya sentuhan manusia, hingga keraguan atas kemampuan chatbot menyelesaikan masalah kompleks. Menurut Dr. Oman, hal ini bisa menjadi tantangan khususnya bagi generasi yang lebih tua.

“Banyak yang mungkin tidak sadar bahwa mereka berbicara dengan bot. Ini bisa menimbulkan kebingungan, bahkan pengalaman yang meresahkan,” tambahnya.

Senada, Victoria Honeyman, dosen politik Inggris di Universitas Leeds, menilai chatbot berpotensi menyulitkan warga yang membawa persoalan emosional atau rumit.

“Berinteraksi dengan bot, meski sebentar, bisa membuat masalah terasa lebih berat. Chatbot tetap dibuat oleh manusia, sehingga bisa saja melakukan kesalahan yang berakibat pada hilangnya kepercayaan publik,” tegasnya.(*)

BACA JUGA: Suleiman Al Obaid, “Pele” Palestina Itu Gugur di Rafah

Back to top button