Crispy

Purnawirawan di Kancah Politik, Ingat Bertolt Brecht

Ada pernyataan Brecht yang terkenal. “Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik.”

JERNIH–“Purnawirawan silakan berpolitik, itu hak konstitusi sebagai warga negara. Bagi yang berminat, salurkan melalui partai politik yang ada,” ujar Ketua Umum PP PPAD, Letjen TNI Purn Doni Monardo. Ia menyampaikan hal itu pada “Diskusi Panel Pembekalan Politik Bagi Purnawirawan TNI AD”.

Diskusi berlangsung di Aula Soeryadi, Gedung PPAD, Matraman, Jakarta Timur, Kamis (15/9) lalu, dalam kesempatan itu, panitia menghadirkan tiga orang purnawirawan yang sudah terjun di politik, dan berhasil menjadi wakil rakyat di DPR RI, sebagai narasumber.

Mereka, antara lain Letjen TNI Purn Lodewijk Paulus (sekjen Golkar), Mayjen TNI Purn Supiadin A.S. (Nasdem), Mayjen TNI Purn TB Hasanuddin (PDIP).

Dalam pengantar, Doni Monardo menegaskan, yang dilarang berpolitik praktis adalah “pengurus” PPAD. “Pengurus, sesuai AD/ART organisasi, dilarang berpolitik praktis. Jadi kalau ada yang mau dan berminat terjun ke politik, silakan mundur sebagai pengurus PPAD,” kata kepala BNPB 2019 – 2021 itu.

Doni menyampaikan pentingnya sebagai warga negara untuk mengerti dunia politik.  Diskusi pagi ini adalah salah satu  alat mitigasi agar para purnawirawan tidak terjerembab dalam politik yang salah jalan.

Lebih lanjut, Doni mengingatkan pesan Bertolt Brecht, dramawan terkemuka, seorang penyair Jerman yang hidup di abad ke-20 (1898-1956).  Pada saat Nazi berkuasa di Jerman, Brecht melakukan perlawanan menentang ideologi Nazi. Akan tetapi, karena memberontak, ia melarikan diri ke Amerika Serikat.

Pada akhir Perang Dunia II, Brecht kembali ke Jerman dan tinggal di sana sampai akhir hayatnya.

Ada pernyataan Brecht yang terkenal. “Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik.”

“Orang buta politik begitu bodoh, sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya seraya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, dan rusaknya perusahaan nasional serta multinasional yang menguras kekayaan negeri.”

Anggota PPAD tidak boleh buta politik. Harus tahu peta politik, harus peka pada suhu politik.

Pagi itu, ketiga tokoh purnawirawan memberikan resep-resepnya, jurus-jurusnya, tips-tipsnya, agar para anggota PPAD yang tertarik terjun ke kancah politik praktis bisa mendapat kisi-kisi dalam menentukan pilihan politik serta jalan politik.

Letjen TNI Purn Lodewijk Paulus, membagikan pengalamannya ketika terjun sebagai caleg daerah pemilihan Lampung. Demikian pula Mayjen TNI Purn Supiadin A. S. (Nasdem) dan Mayjen TNI Purn TB Hasanuddin (PDIP) menceritakan lika liku mendulang suara di daerah pemilihan Jawa Barat. [ rsd]

Back to top button