Rafflesia Hasseltii, “Cendawan Harimau” yang Kembali Viral di Hutan Sumatera

Bunga Rafflesia sering kali identik dengan Rafflesia arnoldii (Puspa Langka Nasional). Namun, tahukah Anda bahwa Indonesia memiliki spesies lain yang tak kalah memukau dan jauh lebih misterius? Ia adalah Rafflesia hasseltii.
JERNIH – Hutan hujan tropis Sumatera kembali mengungkap rahasia tersembunyinya. Baru-baru ini, jagat maya dan dunia botani internasional dihebohkan oleh penemuan emosional spesies langka, Rafflesia hasseltii. Penemuan pada November 2025 ini menjadi sorotan dunia, bukan hanya karena keindahan bunganya yang memukau, melainkan kisah perjuangan panjang di baliknya.
Kabar gembira ini datang dari pedalaman hutan Sumpur Kudus, Sumatera Barat. Seorang ahli botani ternama dari Universitas Oxford, Chris Thorogood, bersama rekannya yang juga aktivis lingkungan lokal, Septian Andriki, berhasil menemukan Rafflesia hasseltii yang sedang mekar sempurna.
Momen tersebut seketika menjadi viral di media sosial. Video detik-detik penemuan yang tersebar di platform X (Twitter) dan TikTok memperlihatkan luapan emosi para peneliti. Bagi Thorogood, ini adalah akhir dari penantian panjang; ia dikabarkan telah menghabiskan waktu selama 13 tahun untuk mencari spesies spesifik ini.
Lokasi penemuan pun tak main-main. Bunga tersebut tumbuh di area yang sangat terpencil dan sulit diakses, sebuah kawasan yang oleh masyarakat setempat sering disebut sebagai area jelajah harimau Sumatera. Tak heran jika keberhasilan mendokumentasikan spesies ini dianggap sebagai sebuah “keajaiban” bagi dunia botani, mengingat bunga ini sering dianggap sebagai “mitos” karena saking sulitnya ditemui dalam kondisi mekar.
Fenomena mekarnya Rafflesia hasseltii tahun ini tampaknya sedang mencapai puncaknya. Selain di Sumatera Barat, laporan mekarnya bunga ini juga tercatat di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) dan Muara Enim, Sumatera Selatan, sepanjang pertengahan tahun 2025. Hal ini menandakan bahwa hutan bagian selatan Sumatera masih menjadi benteng pertahanan terakhir bagi kelestarian spesies ini.
Masyarakat lokal dan para peneliti kerap menyematkan julukan unik pada bunga ini: Cendawan Harimau (Tiger Fungus). Julukan ini bukan tanpa alasan. Jika dilihat dari dekat, Rafflesia hasseltii memiliki karakteristik fisik yang membedakannya dari jenis Rafflesia lain.

Rafflesia hasseltii adalah tumbuhan parasit obligat. Ia tidak memiliki daun, batang, atau akar, dan tidak melakukan fotosintesis. Hidupnya bergantung sepenuhnya pada tanaman inang, yaitu liana (tumbuhan merambat) dari genus Tetrastigma.
Karena ketergantungannya pada inang tertentu dan habitat hutan hujan primer yang spesifik, R. hasseltii sangat rentan terhadap kepunahan akibat deforestasi. Mekarnya bunga ini tidak dapat diprediksi dan hanya bertahan 5-7 hari sebelum membusuk hitam.
Saat ini, kawasan seperti Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan hutan lindung di Sumatera Selatan menjadi lokasi kunci pelestariannya. Penemuan viral baru-baru ini diharapkan dapat mendorong pemerintah daerah untuk memperketat perlindungan kawasan hutan non-konservasi (Hutan Produksi/Areal Penggunaan Lain) tempat bunga ini sering kali tumbuh secara tak terduga.
Secara fisik, bunga ini memiliki lima kelopak utama dengan lubang tengah (diafragma) yang relatif lebar. Daya tarik utamanya terletak pada warnanya yang merah hati (marun) cerah dengan bercak-bercak putih besar (blotches) yang kontras. Bercak-bercak ini menyatu di atas latar merah, menciptakan motif indah namun garang yang menyerupai corak kulit harimau. Ukurannya sendiri berkisar antara 35 hingga 70 sentimeter.
Meski sama-sama dari genus Rafflesia, R. hasseltii sering kali salah dikenali sebagai saudaranya yang lebih populer, Rafflesia arnoldii. Padahal, jika ditelaah lebih dalam, keduanya memiliki perbedaan yang cukup mencolok.
Perbedaan pertama terletak pada ukuran dan status. Jika Rafflesia arnoldii dikenal sebagai Puspa Langka Nasional dengan ukuran raksasa yang bisa melebihi 1 meter, R. hasseltii adalah spesies endemik langka dengan ukuran yang lebih “mungil” (sedang).
Perbedaan kedua yang paling mudah diamati adalah pola kelopaknya. R. arnoldii identik dengan bintik-bintik kecil yang tersebar merata. Sebaliknya, R. hasseltii memiliki motif bercak putih besar yang menyatu atau mengeblok, memberikan tampilan yang lebih dramatis.
Terakhir adalah soal habitat. Walaupun keduanya berbagi rumah di pulau Sumatera, R. hasseltii memiliki sebaran habitat utama yang meliputi Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, hingga Riau. Sementara itu, R. arnoldii lebih sering ditemukan dan menjadi ikon di wilayah Bengkulu dan Sumatera Barat.
Penemuan ini menjadi pengingat penting bagi kita semua akan kekayaan biodiversitas Indonesia yang tak ternilai, sekaligus tantangan untuk terus menjaga hutan habitat asli “Cendawan Harimau” ini agar tidak punah.(*)
BACA JUGA: Menjaga Permata Khatulistiwa: Refleksi Hari Puspa dan Satwa Nasional
