Crispy
Trending

Rahasia Bali Terungkap: Nuanu, Pererenan, dan Desa Utara yang Belum Anda Kenal

JERNIH –  Mencari lokasi wisata yang segar di Pulau Dewata adalah sebuah perjalanan menyingkap wajah Bali yang lain—lebih intim, lebih otentik, dan lebih berbisik ketimbang berteriak. Di sanalah lahir pesona baru: Nuanu Creative City, sebuah kota kreatif futuristik yang merajut seni, inovasi, dan wellness dalam satu tarikan napas; Pererenan, desa pesisir tenang yang memeluk tradisi sekaligus membuka diri pada aroma kafe modern dan keramahan warganya; hingga Les, Sudaji, dan Pemuteran di utara, di mana air terjun, pantai, dan ritual desa berpadu dalam lanskap ekowisata yang berkelanjutan.

Menjelajah kawasan-kawasan ini bukan sekadar berlibur, melainkan memasuki babak baru dalam memahami Bali yang terus menata diri di antara masa lalu dan masa depan. Ada kesegaran yang berbeda—dari alpaka yang jinak di Tabanan, sawah hijau yang masih berbisik di Pererenan, hingga terumbu karang yang hidup kembali di Pemuteran—semuanya seperti mozaik yang menegaskan bahwa Bali adalah tanah yang tak pernah berhenti bercerita. Di tiap sudutnya, para pengelana menemukan bukan hanya pemandangan, melainkan pengalaman; bukan hanya tempat singgah, melainkan ruang untuk meresapi makna perjalanan itu sendiri.

Nuanu Creative City (Nyanyi, Tabanan)

Kawasan kreatif seluas 44 hektar ini baru dibuka untuk wisatawan dan masih relatif baru, sehingga belum banyak terekspos. Lokasinya hanya sekitar 30 menit dari Canggu dan 1 jam dari bandara Ngurah Rai.

Nuanu dirancang sebagai “kota kreatif” yang memadukan unsur budaya, seni modern, wellness, serta hiburan dalam satu area. Di dalamnya terdapat Beach club dengan konsep artistik dan ramah lingkungan. Lalu hotel inovatif dengan arsitektur modern yang tetap berpadu dengan nuansa tropis.

Ada pula taman media tempat berbagai event, pertunjukan seni, dan instalasi kreatif ditampilkan. Peternakan alpaka yang menjadi daya tarik unik, jarang ditemukan di Bali.

Spa tematik dengan pengalaman holistik, menggabungkan ritual tradisional Bali dengan pendekatan wellness modern.

Kenapa menarik?

Kawasan ini bergaya futuristik dan kreatif. Dirancang untuk menjadi “hub” seni, inovasi, dan budaya global. Nuansa segar, berbeda dengan Bali pada umumnya yang identik dengan pantai atau pura, Nuanu memberi warna baru sebagai pusat gaya hidup modern.

Betebar spot Instagrammable seperti arsitektur ikonik dan instalasi seni menjadikannya salah satu destinasi baru yang fotogenik. Lokasinya ramah komunitas, sebab banyak acara seni, musik, hingga workshop yang terbuka untuk publik dan mendukung kolaborasi kreatif.

Walaupun eksklusif tapi inklusif. Meski berkelas, kawasan ini tetap mengundang wisatawan lokal maupun internasional untuk merasakan atmosfer baru Bali.

Pererenan (Dekat Canggu)

Pererenan adalah desa pesisir yang tenang dan otentik, hanya beberapa menit dari area komersial Canggu. Uniknya, desa ini mampu menjaga keseimbangan antara tradisi lokal dan perkembangan modern, berkat kolaborasi masyarakat adat (banjar) dengan pemerintah desa. Hal ini membuat Pererenan tetap asri dan tidak mudah “terserbu” pembangunan masif seperti di Seminyak atau Canggu.

Kini, kawasan ini mulai berkembang dengan kafe dan restoran modern seperti Kilo Kitchen dan Shelter, yang menyajikan kuliner internasional namun tetap berpadu dengan suasana tropis pedesaan. Further Hotel, akomodasi dengan konsep “diffused hotel” yang unik—setiap kamar berada di bangunan terpisah di dalam desa, sehingga tamu dapat merasakan langsung kehidupan masyarakat lokal.

Sejumlah resor berkelanjutan yang menawarkan aktivitas komunitas seperti kelas memasak, yoga, dan workshop kerajinan, mendukung pariwisata berbasis budaya.

Kenapa menarik?

Di sinilah nuansa Bali yang otentik tanpa keramaian. Pengalaman desa pesisir yang masih alami, dengan sawah hijau dan pantai yang lebih sepi dibanding tetangganya. Kuliner dan gaya hidup modern, hadirnya kafe kreatif dan hotel unik menjadikannya destinasi baru untuk wisatawan yang mencari keseimbangan antara tradisional dan kontemporer.

Di sini keaslian budaya terjaga. Kehidupan adat masih kental, dari upacara keagamaan hingga arsitektur rumah tradisional. Komunitas ramah dan inklusif. Wisatawan dapat ikut serta dalam kegiatan lokal, menjadikannya tempat ideal untuk “slow travel” atau tinggal lebih lama.

Walaupun dekat tapi berbeda dari Canggu. Cocok bagi yang ingin akses ke fasilitas modern Canggu, tapi menginap di tempat yang lebih tenang.

Desa Les, Sudaji dan Pemuteran (Bali Utara)

Tiga desa ini dipilih untuk mewakili Bali dalam kompetisi Best Tourism Village 2025 oleh UN Tourism Agency, karena memiliki kombinasi alam, budaya, dan pengembangan pariwisata berkelanjutan yang kuat. Kawasan Bali Utara sendiri masih relatif sepi wisatawan dibanding selatan, sehingga atmosfernya lebih alami dan otentik.

1. Desa Les (Tejakula, Buleleng)

Dikenal dengan air terjun Yeh Mampeh, salah satu yang tertinggi di Bali (±30 meter) dengan suasana alami. Memiliki spot snorkeling dengan terumbu karang yang masih terjaga. Warga desa mengembangkan bengkel seni tradisional—mulai dari anyaman, ukiran, hingga seni pertunjukan, yang bisa diikuti wisatawan. Ada juga program ekowisata berbasis masyarakat yang mendukung konservasi laut.

2. Desa Sudaji (Buleleng)

Desa pegunungan dengan panorama sawah berundak, sungai jernih, dan suasana pedesaan Bali kuno. Tersedia homestay komunitas yang dikelola masyarakat setempat, memberi pengalaman tinggal bersama keluarga lokal. Kegiatan populer seperti trekking sawah, belajar membuat kuliner tradisional, serta mengikuti upacara adat.Sudaji juga dikenal dengan ritual spiritual dan suasana yang cocok untuk wisata wellness.

3. Desa Pemuteran (Buleleng Barat)

Terkenal dengan pantai berpasir hitam yang tenang, cocok untuk snorkeling dan diving. Salah satu pusat konservasi karang terbesar di dunia (Biorock Project)—inisiatif warga lokal untuk menyelamatkan ekosistem laut. Memiliki nuansa desa nelayan yang masih kental, berpadu dengan resort eco-friendly yang mendukung konservasi.Dekat dengan Taman Nasional Bali Barat, sehingga cocok untuk wisata alam liar dan birdwatching.

Kenapa menarik?

Merupakan kawasan Bali yang jarang terjamah. Jauh dari keramaian selatan, memberi ketenangan dan pengalaman autentik. Budaya dan alam berpadu dimana wisatawan bisa snorkeling di laut, trekking sawah, hingga ikut ritual desa dalam satu perjalanan.

Ekowisata berkelanjutan dengan proyek konservasi laut, homestay komunitas, hingga workshop seni membuat desa ini ramah lingkungan dan sosial. Variasi lanskap mulai pantai (Pemuteran), air terjun dan laut (Les), hingga sawah dan pegunungan (Sudaji).(*)

BACA JUGA: Merampas Aset, Mengembalikan Kepercayaan

Back to top button