Relawan Ukraina Bikin Drone Kamikaze Mini yang Bikin Prajurit Rusia Kelabakan
- Drone mampu membawa peledak 1,5 kilogram dan terbang 60 kilometer per jam.
- Drone masuk ke parit perlindungan prajurit Rusia, ke kolong kendaraan, atau ruang sempit, dan meledak.
JERNIH — Sejumlah relawan dari kota Ivano-Frankivsk merakit dan mengoperasikan drone tempur mini yang mampu membawa 1,5 kilogram peledak ke garis depan pertempuran, melumpuhkan kendaraan ringan, dan membunuh tentara Rusia.
Drone dibuat dari suku cadang Cina. Harga per unit sekitar 400 dolar AS, atau Rp 6 juta. Seorang relawan mengatakan anak kecil pun, yang punya ketrampilan menyolder, bisa merakit drone setelah diberi sedikit pelatihan.
Burung Pembunuh
Ukraina membutuhkan banyak drone tempur di garis depan. Bukan drone canggih yang dipasok dari luar, tapi quadcopter yang bisa dirakit bocah lulusan SD sekali pun.
Relawan Ukraina segera merekrut banyak penduduk, mengajari mereka merakit dan mengoperasikan drone. Sesuai namanya, first-person vehicle, drone diberi nama FPV.
Musim semi ini relawan Port Frankivsk mulai membuat drone semacam itu. Sebelumnya, para anggota relawan membeli amunisi taktis, suku cadang, dan barang-barang lain yang digunakan di garis dpan.
“Pada titik tertentu kami mulai menerima banyak permintaan,” kata Roman Kapii, salah satu pendiri Yayasan Port Frankivsk kepada situs Ukrainska Pravda.
Tidak ada anggota tim yang punya pengalaman merakit drone, tapi mereka punya inisiatif. Mereka adalah pekerja budaya, pengusaha, profesional IT, dan lainnya.
Setiap relawan merogoh kocek sendiri untuk membiaya perakitan. Belakangan donasi datang, yang digunakan untuk membeli komponen bagi pembautan drone gelombang pertama.
Mereka tidak mengiklankan inisiatif mereka sampai 20 drone dibuat dan diuji di medan tempur. Pada Mei 2023, ketika perangkat baru dikirim ke medan tempur, Yayasan Port Prankivsk mengumumkan penggalangan dana untuk membuat 70 drone tempur adn tujuh repeater sinyal.
Drone mampu terbang dengan kecepatan 60 kilometer per jam sejauh delapan kilometer dengan membawa 1,5 kilogram peledak. Mereka terbang di atas parit tentara Rusia dan meledakan diri, atau masuk ke dalam palka kendaraan ringan, mobil, dan truk berisi tentara lawan.
FPV juga mampu terbang di medan yang sulit dan sempit, serta menghindari tembakan lawan. Jika terjadi perang kota, drone mampu meliuk-liuk di reruntuhan bangunan, dan meledakan diri di jendela tempat tentara lawan bersembunyi.
Drone Olahraga
FPV sebenarnya drone hiburan, dan tak jarang digunakan untuk olahraga. Suku cadang drone tersedia melimpah di pasar bebas, dan diproduksi hanya sesuai pesanan tentara di garis depan.
“Kami tidak benar-benar memproduksi drone ini, hanya merakit,” kata Kapii. “Tidak ada inovasi teknologi pada drone ini. Kami memesan semua modul dari Cina, dan siswa sekolah dasar pun bisa merakit drone jika diberi pelatihan singkat.”
Menurut Kapii, drone FPV dibuat berdasar versi dasar drone Cina, lalu dipasang video berperforma tinggi yang sangat penting untuk jangkauan kendali done. “Kami juga menambahkan antena, melepas GPS, mem-flash-nya, dan UAV siap digunakan dalam kondisi non-protokol,” lanjut Kapii.
Liuba Shypovych, pendiri Dignitas Fund yang mendukung proyek ini, mengatakan banyak perusahaan IT mengubah kantor mereka menjadi tempat perkitan drone.
“Mereka punya uang untuk membeli suku cadang dan staf berpendidikan,” kata Shypovych. “Kini, setiap bulan antara 10 ribu sampai 12 ribu drone dibuat dan siap dikerahkan ke medan tempur.”