Crispy

Rezim Militer Myanmar Rencana Lepas Tahanan untuk Cegah klaster Tahanan

Diperkirakan perintah pembebasan itu, tidak berlaku bagi tahanan penentang rezim yang telah ditahan sejak militer merebut kekuasaan.

JERNIH-Rezim militer Myanmar berencana membebas tahanan di tengah lonjakan kasus infeksi di Myanmar. Kebijakan tersebut diambil untuk mencegah merebaknya kasus infeksi Covid-19 pada para tahanan.

Adapun mereka yang dibebaskan termasuk narapidana yang didakwa melakukan tindak pidana sebelum kudeta 1 Februari, sebagaimana diumumkan rezim militer Myanmar, pada Rabu (21/7/2021).

Rezim militer juga akan membatalkan semua kasus pidana terhadap mereka termasuk yang menghadapi persidangan atas 11 tuduhan berbeda, termasuk perjudian, pelanggaran terkait narkoba, dan prostitusi.

Perintah pembebasan itu, tidak berlaku bagi penentang rezim yang telah ditahan sejak militer merebut kekuasaan. Jika merujuk pada dakwaan sebelum 1 Februari, besar kemungkinan ribuan orang yang ditahan lantaran menentang kudeta militer, termasuk para tokoh politik dan aktivis, akan tetap berada di dalam tahanan.

Hingga kini tidak didapat data berapa banyak tahanan yang akan dibebaskan berdasarkan perintah tersebut. Tidak ada pembebasan yang dilakukan pada Rabu malam, menurut otoritas penjara.

“Kami hanya bisa membebaskan mereka jika (rezim) menolak tuduhan itu. Ketika mereka melakukannya, kami dapat segera membebaskan merekam” kata seorang petugas penjara yang dihubungi oleh Myanmar Now, seperti dikutip Kamis 22 Juli.

Untuk menentukan siapa yang memenuhi syarat untuk dibebaskan, maka pengadilan akan memeriksa dan menentukan tahanan yang dibebaskan.

“Kami hanya bisa melepaskan mereka ketika kami mendapatkan perintah rilis. Karena para tahanan (yang akan dibebaskan) bukan narapidana tetap, kami belum mengetahui jumlah pastinya,” kata petugas tersebut lebih lanjut.

Khin Maung Zaw, pengacara dari tim pembela untuk para pemimpin pemerintah sipil Myanmar yang digulingkan melontarkan kritik terkait siapa saja yang akan dibebaskan.

“Jika mereka khawatir narapidana terkena Covid-19, bukankah mereka harus membebaskan semua orang? Pelacur dan pecandu narkoba bukan satu-satunya yang terkena dampak pandemi,” kata Khin.

Diperkirakan lebih dari 5.300 orang ditangkap rezim militer karena kegiatan anti-kudeta dan saat ini masih ditahan di penjara-penjara Myanmar.

Selama ini rezim militer Myanmar mengklaim hanya ada enam narapidana di Penjara Insein, pusat penahanan terbesar di Negeri Seribu Pagoda yang terjangkit Covid-19.

Nyan Win, seorang anggota eksekutif partai berkuasa yang digulingkan Liga Nasional untuk Demokrasi, termasuk yang terinfeksi Covid-19 dalam tahanan. Nyang meninggal pada Selasa pagi setelah dipindahkan dari penjara Insein ke Rumah Sakit Umum Yangon. (tvl)

Back to top button