Salam Pancasila Tak Menggantikan Salam Lainnya, Kata BPIP
JAKARTA – Rasa kebangsaan sangat penting untuk dimiliki, guna memperkuat seluruh masyarakat sebagai bangsa dan negara. Karenanya, i’tikad membangun bangsa yang satu adalah tetap menghargai perbedaan bukan menyeragamkan perbedaan.
Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Romo Benny Susetyo, menjelaskan Pancasila sangat perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Bahkan salam Pancasila yang tengah buming, sejak lama telah ada.
“Sebenarnya salam Pancasila itu sudah lama ada. Karena itu untuk memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya di Jakarta, Rabu (26/2/2020).
Salam Pancasila muncul untuk membatinkan Pancasila, agar perilaku tercermin sila-sila dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Sebab dari sila pertama hingga kelima, masing-masing sila adalah satu kesatuan yang utuh dan tidak bisa dilihat secara parsial.
“Ketika seseorang makin mencintai Tuhannya, maka harusnya dia menghormati martabat manusia dengan menjaga persatuan yang kemudian membawa kita mencintai Bhineka Tunggal Ika dan segala perbedaannya,” kata Romo.
Untuk dapat mencintai Bhineka Tunggal Ika, lanjut Romo, diperlukan musyawarah mufakat untuk mencari solusi terbaik. Karena ketika musyawarah mufakat tercipta, maka keadilan akan muncul.
“Adil bukan sama rasa, sama rata. Tapi adil terwujudnya masyarakat yang sejahtera. Masyarakat yang tanpa diskriminasi yang hidupnya aman, tentram, damai, yang kebutuhan-kebutuhan dasarnya terpenuhi,” kata dia.
Semua itu bisa diwujudkan dengan melakukan gotong royong. Oleh karena itu, menurutnya salam Pancasila harus disosialisasikan agar bisa menjadi kesadaran bersama.
Menurutnya, salam Pancasila tak perlu dianggap bakal menggantikan salam yang lain, karena merupakan salam kebangsaan. Sebab hal tersebut telah berdasarkan maklumat Presiden.
Oleh karena itu, baginya perlu peran media menyosialisasikan makna sebenarnya dari salam Pancasila, dan bagaimana aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
“BPIP juga melakukan tugas menyosialisasikan bagaimana Pancasila itu menjadi kebijakan publik, dan Pancasila itu menjadi ideologi bangsa dengan metode yang kekinian. Bukan berarti metode yang lama dibuang, tidak seperti itu,” katanya.
Romo berharap, sosialisasi itu dapat menggunakan teknologi kekinian untuk menyasar milenial, seperti penggunaan aplikasi, media sosial, dan komunitas milenial.
Bisa juga mungkin pakai aplikasi Tik Tok dan sebagainya. Karena menurut hasil riset, milenial menyukai hal-hal yang sifatnya fun dan menarik,” ujarnya. [Fan]