Sastrawan Felix Nesi Rusak Fasilitas Sekolah Karena ‘Romo’ Tak Kunjung Pindah
NTT — Sastrawan Felix Nesi dibebaskan pada Sabtu (4/7/2020) setelah semalam “menginap” di Markas Polisi Sektor (Mapolsek) Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak Jumat.
“Saya sampai ke rumah sekitar pukul 14.00 tadi (Sabtu, 4/7) setelah semalaman ditahan di kantor polisi. Sebelumnya, saya tanda tangan BAP (Berita Acara Pemeriksaan) sendirian,” terangnya, dikutip Jawa Pos.
Herman Efrianto Tanouf, kawan Felix dari Komunitas Leko, Kupang menyampaikan laporan tersebut belum dicabut.
“Laporannya belum dicabut,” kata Herman. Oleh karena itu, Felix Nesi, sastrawan pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2018 itu masih akan menjalani proses hukum lanjutan.
Ia dijemput pihak berwajib dari kediamannya di Kelurahan Bitauni, Kecamatan Insana selang beberapa saat usai dilaporkan komunitas Pastoran SMK Bitauni, Paroki Kiupukan, Keuskupan Atambua ke pihak berwajib atas pengerusakan kaca jendela dan kursi pastoran.
Kejadian itu dijelaskan Felix dalam akun Facebook-nya yang diunggah pada 3 Juli pukul 23.06. Ia menjelaskan bahwa tindakannya merupakan luapan kekecewaan kepada pihak Pastoran dan Keuskupan yang dianggap telah “melindungi kebusukan pastor lain”.
Awal mula kekecewaanya muncul saat seorang pastor, yang ia sebut Romo A, dipindahkan ke Pastoran SMK Bintauni pada Januari/Februari 2020. Menurut unggahan yang telah 2.834 kali dibagikan (per hari Minggu,5/5/2020, pukul 15.10 WIB) itu, pastor tersebut dipindahkan dari paroki Turkuneno karena “berbuat salah kepada perempuan”.
“Saat tahu bahwa sesudah bermasalah dengan perempuan di sekolah paroki, ia langsung dipindahkan saja ke sekolah menengah yang penuh dengan perempuan, saya datang ke SMK Bitauni. Dekat saja, kan. Saat itu saya bertemu dengan Romo Kepala Sekolah. Saya bilang, tolong, Romo Kepala, pindahkan kembali si Romo A dari sini.” Ungkap penulis novel Orang-Orang Oetimu itu.
Menurutnya, Romo Kepala Sekolah mengatakan bahwa Surat Keputusan (SK) penugasan Romo A di SMK yang berjarak sekitar 700 meter dari kediaman Felix ini hanya sementara, yakni satu atau dua bulan.
Berkali-kali Felix menyampaikan keberatannya atas keberadaan pastor tersebut. Bahkan, menurutnya, ia pernah menyampaikan hal tersebut langsung di depan Uskup Emeirtus Atambua Mgr. Anton Pain Ratu dan Romo A itu sendiri pada bulan April/Mei tahun ini.
Namun, setelah berulang kali menyampaikan aspirasi, Felix akhirnya meradang ketika mendapati Romo A masih berada di SMK Bitauni hingga bulan Juli. Padahal, menurutnya, Romo Kepala sendiri yang mengatakan bahwa ia hanya di sana satu atau dua bulan (sejak Januari/Februari).
Puncak kekesalannya ia lampiaskan pada Jumat malam. Ia menghancurkan kaca jendela pastoran dengan helm sementara kursi-kursi plastik yang terdapat di sana dibantingnya hingga hancur.
Dalam tulisan yang telah direpon 8.241 tersebut, keberadaan Romo A dan sikap pihak pastoran mengingatkannya pada novel Orang-Orang Oetimu yang ditulisnya.
“Saya kecewa sekali. Di novel saya, Orang-Orang Oetimu, saya menulis tentang pastor yang sukanya melindungi kebusukan pastor lain. Apakah saya baru saja melihatnya di dunia nyata ini? Saat menggarap novel, saya pernah mewawancarai seorang bapak yang mengasingkan anak perempuannya ke kampung sesudah anak tunggalnya itu dihamili seorang pastor—pastor itu tetap di kota anaknya yang ‘disembunyikan”.
Sejak diunggah, tak sedikit rekan dan sastrawan lain yang memberi dukungan moril kepadanya, seperti cerpenis Sunlie Thomas Alexander dan novelis Okky Madasari. Namun, sejumlah pihak mengkritik serta menyayangkan tindakannya yang dinilai emosional. [ ]