Satelit Rusia dan Roket Cina Diramalkan Tabrakan 16 Oktober
- Kedua rongsokan itu bergerak dengan kecepatan 52.920 kilometer per jam. Kecepatan peluru 2.736 kilometer.
- Puing hasil tabrakan tidak membahayakan manusia, tapi membahayakan operasional satelit orbit rendah.
Moskwa — LeoLabs, layanan pelacakan puing-puing luar angkasa, memperkirakan roket Cina dan satelit militer Rusia yang mati sejak pergantian milenium akan berada sangat dekat dan kemungkinan saling tabrak pada Jumat 16 Oktober ini hari.
Kedua rongsokan luar angkasa itu akan berada pada jarak sangat dekat, yaitu 12 meter pada 16 Oktober pukul 00:56 UTC. Menurut perhitungan saat ini, ada lebih 10 persen kemungkinan saling tabrak pada ketinggian 991 kilometer di atas Laut Weddell, di lepas pantai Semenanjung Antartika.
Alice Gorman, arkeolog luar angkasa Universitas Flinders di Australia, mengatakan; “Ini mungkin tabrakan tidak disengaja yang berpotensi terburuk yang pernah kita lihat.”
Kedua rongsokan itu memiliki massa gabungan 2.800 kilogram, dan bergerak dengan kecepatan 14,7 kilometer per detik, atau 52,920 kilometer per jam. Bandingkan dengan kecepatan peluru yang hanya 2.736 kilometer per jam.
Long March 4B, roket Republik Rakyat Cina, diluncurkan 10 Mei 1999. Parus, satelit militer Rusia, telah menjadi bangkai sejak 22 Februari 1989. Terakhir, Parus digunakan untuk komunikasi dan navigasi.
Parus emmiliki boom 17 meter, yang membuat faktor risiko tambahan pada situasi itu. Lebih buruk lagi, tidak ada obyek yang dapat digerakan dari Bumi, karena sampah luar angkasa itu tidak bisa dioperasikan.
Peringatan akan kemungkinan tabrakan keduanya kali pertama disampaikan Januari 2020. Keduanya adalah satu dari seratus satelit yang akan bertabrakan.
Perkiraan itu tidak menjadi kenyataan. Kedua rongsokan bertemu, tapi hanya saling melewati.
Puing yang dihasilkan akibat benturan tidak akan mengancam penduduk bumi, tapi berpotensi menimbulkan ancaman besar bagi operasional satelit dan berbagai macam pesawat angkasa yang sedang mengorbit.
Ketika sampah ruang angkasa terjebak di orbit, hanya masalah waktu sebelum efek kaskade terjadi, yaitu awan puing-puing sangat besar dapat membuat petak orbit rendah Bumi menjadi tidak berguna bagi umat manusia.
Situasi ini dikenal sebagai Sindrom Kessler, berasal dari mantan astrofisikawan NASA Donald Kessler tahun 1978. “Optimisme saya ini tidak akan terjadi, tapi kita tunggu saja,” ujar Gorman.