Sebuah Masjid Palestina di Al Bireh Dibakar Ekstremis Yahudi di Tepi Barat
Intimidasi pembakaran dan vandalisme rasis kepadahak milik warga Palestina oleh para pemukim Israel dikenal sebagai ‘serangan harga’, sebuah eufimisme untuk kejahatan dan kebencian fundamentalis yang dilindungi Israel karena para pelakunya jarang ditangkap.
Al Bireh (Palestina) — Sebuah masjid Palestina di kota Al-Bireh yang berjarak sekitar 12 km dari kota Ramallah, dibakar oleh para perusuh Israel yang menduduki wilayah Tepi Barat, Senin (27/7/2020)
Kantor berita Wafa mengabarkan bahwa para pemukim Israel telah merusak bagian kamar mandi Masjid Al-Bir wa al-Ehsan pada hari Senin. Dalam kejadian itu dilaporkan tidak ada korban yang terluka.
Selain membakar kamar mandi, mereka juga melakukan vandalisme dengan mencorat coret dinding masjid dengan cat semprot. Coretan tersebut berisi ujaran rasis yang berbunyi : “Pengepungan untuk orang Arab, bukan orang Yahudi” dan “Tanah ini untuk orang Yahudi”.
Hal tersebut disampaikan oleh Wali Kota Al-Bireh, Azzam Ismail kepada Wafa bahwa pada hari senin dini hari, kota Al-Bireh dimasuki para perusuh Israel. Mereka langsung melakukan aksi pembakaran dan vandalisme rasis.
Adanya kobaran api dari masjid disaksikan oleh warga sekitar pukul 03.00 dini hari waktu setempat. Pemadam kebakaran kemudian tiba dan Polisi Palestina datang menyelidiki kejadian tersebut.
Wilayah Al-Bireh telah terkurung oleh pemukiman Israel yang menghuni blok Biet El di bagian utara dan Psagot di bagian selatan. Psagot merupakan pemukiman ilegal Israel. Dibagian baratnya terdapat kota Ramallah Palestina. Sedangkan posisi Masjid Al-Birr wa al-Ehsan terletak di pinggir kota.
Adanya serangan tersebut dikutuk oleh Husam Abu al-Rub, wakil Dinas Wakaf dan Agama Otoritas Palestina. Menurutnya, insiden itu adalah tindakan rasis dan kriminal kelompok teroris yang didukung oleh pemerintah pendudukan Israel.
Demikian pula Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengecam pembakaran masjid sebagai “serangan rasis” oleh para pemukim Yahudi. Sedangkan Menteri Ekonomi Israel Amir Peretz menyerukan agar mereka yang menyalakan kebencian di balik serangan itu dibawa ke pengadilan.
Pembakaran masjid palestina bukan hanya sekali dilakukan oleh orang-orang Israel. Sebuah masjid di kota Sharafat, Yerusalem Timur pada bulan Januari dibakar dan dindingnya dikotori dengan coretan anti arab.
Serangan-serangan tersebut sengaja dilakukan oleh orang-orang Israel yang bermukim sebagai bentuk intimidasi dan penegasan supremasi Yahudi kepada penduduk Palestina setelah militer Israel menduduki wilayah Tepi Barat tahun 1967.
Intimidasi pembakaran dan vandalisme terhadap properti Palestina oleh para ekstremis Israel dikenal sebagai ‘serangan harga’, sebagai sebuah ungkapan halus untuk kejahatan dan kebencian fundamentalis, tetapi para pelaku jarang ditangkap.
Serangan tersebut dilakukan untuk merusak asset milik warga Palestina seperti membakar tempat suci, properti milik warga dan pemerintah Palestina, menebang pohon seenaknya, merusak mobil dan mengobarkan slogan-slogan rasis anti Arab.
Para pejabat tinggi Israel dan para pemimpin pemukim berkilah dan menolak serangan semacam itu. Mereka menyebutnya sebagai ‘tidak bermoral’.
Namun otoritas Palestina menganggap Israel yang menduduki dan menangani keamanan di Tepi Barat pada akhirnya harus bertanggung jawab atas kejahatan dan kebencian yang merajalela.
Menurut Kelompok Hak Asasi Manusia Btselem, kekerasan yang dilakukan pemukim Israel telah lama menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari Palestina di bawah pendudukan.
Pasukan keamanan Israel turut memungkinkan untuk mendukung tindakan itu, yang mengakibatkan warga Palestina menjadi korban, baik cedera hingga meninggal dunia.
Antara 500.000 hingga 600.000 warga Israel telah menghuni permukiman khusus Yahudi di seluruh Yerusalem Timur dan Tepi Barat. Pendudukan Israel wilayah tersebut banyak dikecam karena melanggar hukum internasional. [*]