Sebut Pengadilan International ‘Binatang’, Presiden Duterte Menolak Hadir di Sidang HAM Den Haag
- Sejak menjadi presiden Filipina, Duterte menggelar perang melawan narkoba.
- Ratusan bandar terbunuh di jalan-jalan dan permukiman kumuh.
- Muncul kritik dari dalam dan luar negeri bahwa Duterte melakukan pembunuhan di luar hukum.
- Pengadilan Internasional berusaha menyidangkan Duterte dengan tuduhan melanggara HAM.
- Duterte bilang Pengadilan Internasional hanya peduli pada hak asasi para penjahat.
Leyte, REQNews.com — Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan tidak akan menghadiri sidang Pengadilan Internasional di Den Haag, belanda, dengan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam perang melawan bandar narkoba.
“Mereka menuntut saya di Mahkamah Internasional di Den Haag,” kata Duterte dalam pidato di Leyte, Kamis 19 Maret lalu.
“Apa menurut kalian saya bodoh,” lanjutnya. “Saya tidak bodoh dengan membiarkan ‘binatang’ pengadilan internasional mengadili saya.”
Duterte membuat pernyataan itu setelah Mahkamah Agung membatalkan petisi untuk menarik kembali keputusan keluar dari Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) taun 2019.
Mahkamah Agung mengatakan Presiden Duterte adalah arsitek utama kebijakan luar negeri Filipina.
Manila memutuskan hubungan dengan ICC, setelah jaksa Fatou Bensouda memulai pemeriksaan awal atas dugaan pelangaran HAM dalam perang melawan narkoba yang dikobarkan Duterte.
Duterte menolak untuk mengakui yurisdiksi pengadilan internasional, dengan mengatakan hanya akan menghadapi persidangan di negaranya.
“Saya hanya akan menghadapi persidangan jika hakimnya orang Filipina,” kata Duterte. “Saya tidak akan menghadapi binatang itu. Tidak untuk satu juta tahun lagi.”
Ia juga mengatakan ICC seolah hanya mementingkan hak-hak penjahat, bukan korbannya. “Itu masalah dengan HAM. ICC tidak melihat orang-orang yang tewas akibat narkoba, perempuan-perempuan yang diperkosa,” ujarnya.
Duterte memulai perang melawan narkoba sejak hari pertama menjadi presiden Filipina pada tahun 2016. Ia membersihkan kepolisian Filipina, mengejar para bandar, dan membunuhnya di jalan-jalan.
Tindakan keras Duterte menukai kritik berbagai kelompok dan dan luar negeri. Duterte dituduh melakukan pembunuhan di luar hukum.
Desember 2020, Jaksa Bensouda dari ICC merilis laporan yang menyebutkan ada dasar masuk akal untuk meyakini bahwa Duterte dan bawahannya melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam perang melawan narkoba.
Duterte membela diri dengan mengatakan; “Saya dipilih rakyat Filipina karena berjanji menghilangkan perdagangan narkoba. Saya memenuhi janji kampanye saya.”