Crispy

Setelah Diuji di Suriah, Rusia Produksi Besar-besaran Robot Perang Otonom

  • Robot perang otonom dilengkapi kecerdasan buatan.
  • Robot mampu mengakses situasi perang, menentukan sasaran, dan melepas tembakan.
  • Yang paling rahasia adalah Rusia mengembangkan meriam laser yang mampu merontokan pesawat.

JERNIH — Rusia memproduksi massal robot perang otonom, atau yang mampu bertindak independen di medan perang, dan siap beroperasi di semua pertempuran.

“Ini bukan produksi beberapa prototipe eksperimental tapi robot yang mampu bertarung sendiri seperti dalam film-film sci-fi,” kata Menteri Pertahanan Rusia Sergy Shoigu kepada penyiar Zvezda Russia dalam forum Pertahanan Baru.

Forum, digelar di beberapa kota di Rusia, 20-22 Mei, merupakan rangkaian acara pendidikan yang menampilkan spesialis terbaik di berbagai bidang.

Menurut Menhan Shoigu, upaya besar telah dilakukan untuk mengembangkan senjata masa depan. Robot perang yang sedang diproduksi dilengkapi kecerdasan buatan (AI), sehingga mampu mengakses situasi pertempuran secara mandiri.

Namun, Menhan Shoigu tidak menyebut sistem senjata tertentu ketika berbicara tentang robot. Yang pasti, Rusia telah meluncurkan berbagai mesin otonom dan semi otonom. Beberapa di antaranya telah melakukan debut tempur.

Salah satunya adalah Uran-9 System, senjata robotik multiguna yang terlihat seperti tank kecil dilengkapi meriam 30mm, penyembur api, dan empat peluru kendali anti-tank berpemandu.

Sistem ini dirancang untuk pengintaian dan dukungan tembakan, yang dapat membantu tentara di medan perang meminimalkan potensi korban.

Model lain dalam seri Uran adalah unit ranjau otonom yang disebut Uran-6. Robot seperti buldoser dengan berat enam ton ini dirancang untuk membuat jalur aman bagi tentara yang berjalan di ladang ranjau.

Kedua seri Uran ini berhasil digunakan miltier Rusia selama perang anti-teroris di Suriah.

Angkatan Darat Rusia mungkin yang paling pertama menurunkan mesin perang robotik lebih kuat. Insinyur Rusia saat ini masih mengerjakan sistem otonom beradasarkan tank T-72 dan T-14 Armata, yang mampu membawa senjata berat.

Musim panas 2020, T-14 Armata menjalani tes, dan kecerdasan buatannya mampu mendeteksi berbagai target di medan sulit saat beroperasi tanpa awak.

Robot Maritim

Angkatan Laut Rusia akan diperkuat drone Poseidon, kapal selam mini berkemampuan nuklir robotik besar dengan reaktor nuklir kecil. Poseidon mampu membawa hulu ledak nuklir. Tes pertama drone bawah air dilakukan tahun 2019.

Kapal selam otonom dapat mendekati wilayah musuh dari bawah air dengan kecepatan rendah. Jika terdeteksi, kapal dapat meningkatkan kecepatan dan melesat lebih cepat dari pengejar sebelum kembali ke mode siluman.

Pengungkapan Poseidon mendorong pejabat Departemen Pertahanan AS mengungkapkan keprihatinan akan kemampuan kapal selam ini melepas tsunami radioaktif di pantai Amerika.

Namun, robot bukan satu-satunya teknologi mutakhir yang digunakan militer Rusia. Menurut Menhan Shoigu, Moskwa berencana mengembangkan persenjataan Laser.

“Dua dekade lalu senjata Laser hanya fiksi,” kata Menhan Shoigu. “Sekarang senjata Laser adalah kenyataan.”

Meski kita tidak mungkin melihat prajurit Rusia menggunakan lightsaber seperti Ksatria Jedi dalam Star Wars, Angkatan Darat Rusia punya senjata Laser di gundang-nya.

Peresvet, meriam laser yang sangat rahasia, adalah senjata yang diluncurkan Presiden Vladimir Putin tahun 2018. Sangat sedikit yang diketahui tentang senjata ini, tapi banyak yang bilang meriam mampu menembak jatuh pesawat dan rudal.

Menhan Shoigu mengkonfirmasi bahwa tentara Rusia telah menerima meriam itu, meski senjata itu masih harus mengalami perbaikan lanjutan.

Uji Senjata

Keterlibatan Rusia di Suriah untuk membantu Presiden Bashar Assad membuat Moskwa memperoleh wawasan tentang perang modern, dan menyesuaikan kebutuhannya dengan tantangan kontemporer.

Suriah menjadi arena uji senjata bagi Rusia. “Kami menurunkan selusin setengah sistem senjata dari gudang kami, dan tidak memproduksinya lagi,” kata Menhan Shoigu.

Meski mencatat kemajuan dalam digitalisasi perang, tentara masih menjadi bagian utama Rusia. Saat ini Rusia membutuhkan calon rekrutan sebagai cadangan.

“Tentara modern membutuhkan profesionalitas. Tentara modern bukan tenaga kerja,” kata Menhan Shoigu.

Back to top button