Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memperkirakan dibutuhkan waktu hingga 2024 bagi lalu lintas penumpang global untuk kembali ke tingkat sebelum pandemi.
JERNIH–Singapore Airlines pada Kamis (10/9) lalu merilis pernyataan bahwa mereka akan memangkas 4.300 posisi, atau sekitar 20 persen dari stafnya, karena dampak pandemi virus Corona. Mereka mengatakan, pandemi telah melemahkan permintaan dan memaksa mereka melakukan PHK terbesar sepanjang sejarah keberadaan maskapai besar tersebut.
Maskapai tersebut mengatakan, setelah memperhitungkan pembekuan perekrutan, pengurangan alamiah, dan skema keberangkatan sukarela, jumlah staf potensial yang terkena dampak akan berkurang menjadi sekitar 2.400, baik di Singapura dan luar negeri. Perusahaan juga menegaskan kembali perkiraan untuk beroperasi kurang dari 50 persen dari kapasitas normalnya pada akhir tahun keuangan, yakni per 31 Maret 2021.
SIA selama ini tidak memiliki jaringan domestic, dan sepenuhnya bergantung pada permintaan internasional yang pada saat ini menemukan fakta penutupan di banyak negara. Mereka mengatakan, untuk tetap bertahan dalam era ketidakpastian ini, mereka akan mengoperasikan armada yang lebih kecil dan mengurangi jaringan di tahun-tahun mendatang. Mereka juga telah mengumumkan peninjauan terhadap pesawat Airbus SE A380, untuk kemungkinan penurunan nilai senilai 1 miliar dolar Sin atau sekitar 731,21 juta dolar AS.
PHK yang diumumkan akan dilakukan itu adalah berita pertama yang diumumkan SIA sejak dimulainya pandemi, yang telah meningkatkan ekuitas dan utang senilai 11 miliar dolar Sin untuk menopang likuiditasnya.
“Beberapa minggu ke depan akan menjadi pekan-pekan terberat dalam sejarah SIA Group karena beberapa teman dan kolega kami meninggalkan perusahaan,” kata Kepala Eksekutif Singapore Airlines Goh Choon Phong dalam sebuah pernyataan. “Ini bukan cerminan dari kekuatan dan kemampuan mereka, tetapi hasil dari krisis global yang belum pernah terjadi sebelumnya yang melanda industri penerbangan.”
Pemerintah Singapura melalui Temasek Holdings dan lainnya mengumpulkan paket penyelamatan senilai 13,3 miliar dolar AS untuk Singapore Airlines pada bulan Maret, termasuk pinjaman talangan yang telah dilunasi dan uang konversi senilai 9,7 miliar dolar Sin yang belum digunakan.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memperkirakan dibutuhkan waktu hingga 2024 bagi lalu lintas penumpang global untuk kembali ke tingkat sebelum pandemi. Saingan SIA, Qantas Airways, telah mengumumkan rencana untuk memangkas hampir 30 persen dari staf pra-pandemi, sementara Cathay Pacific Airways sedang meninjau operasinya, yang akan diumumkan pada kuartal keempat. [South China Morning Post]