Crispy

Suku Pribumi Kanada Korban Asimiliasi Paksa Tuntut Ratu Inggris Minta Maaf, Bayar Kompensasi

  • Tuntutan akan disampaikan saat Pangeran Charles dan Camilla mengunjungi Kanada.
  • Gereja Anglikan, yang diketuai Ratu Inggris, juga bertanggung jawab atas korban tewas asimilasi paksa.

JERNIH — Sejumlah pemimpin adat dan penyintas sistem sekolah asrama berencana menuntut Ratu Elizabeth II meminta maaf dan membayar ganti rugi saat Pangeran Charles dan Camilla mengunjungi Kanada akhir pekan ini.

Cassidy Caron, presiden Dewan Metis — badan perwakilan suku Metis di barat laut Kanada — mengatakan tuntutan akan disampaikan saat Pangeran Charles dan Camilla, Duchess of Cornwall, hadir dalam pertemuan di Rieau Hall.

“Kami memerlukan kebutuhan dasar manusia di komunitas kami, dan itu berasal dari kolonisasi,” kata Caron. “Itu juga berasal dari asimiliasi dan reparasi finansial sangat membantu kami bergerak maju.”

Paul Adrew, yang menghadiri sekolah asrama Grollier di kota Inuvik, mengatakan masyarakat adat percaya Kerajaan Inggris melanggar perjanjian yang ditanda-tangani dengan banyak First Nation — sebutan penduduk asli Kanada — yang mencakup sumpah berbagi sumber daya.

“Ratu adalah anggota perjanjian. Dia memiliki kewajiban memenuhi perjanjian itu,” kata mantan ketua adat Tulita di barat laut Kanada.

Permintaan maaf, lanjut Paul Andrew, akan bagus. Namun, yang jauh lebih penting adalah melihat jenis tindakan yang diperlukan. “Ratu Elizabeth II harus memastikan tidak ada lagi tanah yang diambil dari First Nation, dan menghormati hak-hak masyarakat adat,” katanya.

Laporan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi tahun 2015 tentang sekolah asrama mengidentifikasi 4.00 anak yang tewas akibat asimilasi paksa. Jumlah pastinya belum diketahui.

Dalam dua tahun terakhir, sejumlah komunitas menemukan kuburan tak bertanda yang diklaim sebagai anak-anak masyarakat adat yang tewas saat mengikuti sekolah asrama yang dikelola gereja.

Gereja Anglikan, yang secara resmi dipimpin Ratu Inggris, mengelola 36 sekolah asrama — jumlah kedua terbesar setelah sekolah asrama yang dikelola Gereja Katolik Roma — antara 1820-1969. Selain itu, Gereja Anglikan juga mengelola 150 sekolah biasa bagi masyarakat adat.

Penduduk asli Kanada menyebut diri First Nation, atau bangsa pertama. Mereka menolak disebut Indian, kata yang digunakan AS untuk menyebut penduduk asli.

Piita Irniq, mantan komisaris Nunavut dan penyintas sekolah asrama, mengatakan sangat ingin Pangeran Charles dan Camilla menyampaikan permintaan maaf dan berbagi apa yang mereka pelajari tentang perjalanan mereka dengan ratu.

“Keduanya juga harus minta maaf dengan tulus atas hilangnya keberadaan kami yang sangat Pribumi,” katanya. “Ini sangat penting untuk penyembuhan dan rekonsiliasi antara Gereja Anglikan, Kerajaan Inggris, dan Masyarakat Adat.”

Menurutnya, Gereja Anglikan melakukan hal sama seperti yang dilakukan Gereja Roma, yaitu menghilangkan budaya, bahasa, dan spiritualitas tradisional First Nation.

Pangeran Charles dan Camilla akan tiba di Kanada besok, dan melakukan tur tiga hari. Keduanya akan menghadiri momen refleksi dan doa di Taman Hati, yang ditanam untuk mengenang anak-anak adat yang meninggal di sekolah asrama.

Kunjungan itu, menurut media setempat, akan mencakup doa dalam Inuktikut, musik Mi’kmaq, dan upacara pemberian makan api, serta kunjungan ke komunitas adat.

Kanada masih belum pulih dari penemuan kuburan tak bertanda di berbagai lokasi bekas sekolah asrama. Penemuan ini mendorong Kanada menjanjikan pemulihan bersejarah kepada para penyintas.

Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma, juga meminta maaf kepada First Nation, April lalu, saat bertemu delegasi pribumi Kanada.

Back to top button