Taiwan Uji Tembak Dua Rudal untuk Hadapi Serangan Cina
![](https://jernih.co/wp-content/uploads/rudal-5.jpg)
- Tien Kung-3, rudal yang diuji tembak, berhasil mencegat rudal balistik.
- Pengamat militer mengatakan uji tembak Tien Kung-3 tidak membahayakan karena rudal yang ditembak berkecepatan 4 Mach.
- Rudal balistik Cina yang harus dicegat Taiwan berkecepatan 10 Mach.
Pingtung –– Taiwan menguji rudal di lepas pantai timur dan selatan, sebagai bagian pengembangan misil dan memperkuat pertahanan dari kemungkinan serangan Cina.
Uji coba berlangsung di timur Taitung, dan pangkalan militer Jiupeng — kawasan paling selatan Pingtung — pada Kamis malam. Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan uji coba masih akan berlangsung beberapa hari mendatang.
Badan Perikanan Taiwan memberi tahu publik, terutama nelayan, tentang tanggal dan lokasi uji coba. Saat uji coba berlangsung, nelayan diharapkan menahan diri untuk tidak melaut.
Kementerian Pertahanan Taiwan menolak menyebut jenis rudal yang diuji Kamis malam. Mereka juga tidak akan mengkonfirmasi, atau menyangkal, akan ada lebih banyak uji coba antara Jumat sampai Selasa pekan depan, seperti dipublikasikan Badan Perikanan Taiwan.
Institut Sains dan Teknologi Chung-shan, pengembang rudal yang menguji tembak rudal itu, juga menolak menyebut nama rudal. Mereka mengatakan uji coba sejalan dengan rencana Kementerian Pertahanan mengembangkan senjata secara mandiri.
Media lokal, mengutip pakar militer yang tidak disebut nama, memberitakan rudal yang diuji dari Pingtung adalah Tien Kung-3 atau Sky Bow-3, jenis rudal darat ke udara berjarak 200 kilometer. Rdual dirancang untuk mencegat rudal berpemandu yang datang dari daratan Cina.
Tien Kung-3 berhasil mencegat rudal yang ditembakan dari Taitung dalam uji coba itu.
Beijing menganggap Taiwan sebagai propinsi yang membangkang, ingin berdiri sendiri, dan harus dipersatukan — secara damai atau militer. Cina mengintimidasi Taiwan dengan menggelar latihan di sekitar Taiwan.
Taiwan kini diperintah Presiden Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokratik yang pro-kemerdekaan. Terakhir, Presiden Tsai secara terbuka mengatakan Taiwan tidak akan menjadi bagian Republik Rakyat Cina. Nama resmi Tawian adalah Republik of China, atau Republik Cina.
Dua bulan sebelumnya, Taiwan juga menguji Tien Kung-3 dan rudal jelajah jarak menengah Yun Feng (Cloud Peak) pada 5 dan 23 April. Uji tembak dilakukan di pangkalan militer Jiupeng.
Jika Tien Kung-3 dapat mencegat rudal, Yun Feng — yang memiliki jangkauan 1.500 kilometer — dapat menyerang sasaran di Cina bagian dalam, termasuk Beijing, Tianjin di utara Cina, Nanjing di Propinsi Jiangsu, Shanghai, Wuhan, Changsha, dan Bendungan Tiga Ngarai di Cina tengah.
Rudal Yun Feng dikembangkan Institut Chung-shan, dan menjadi senjata sangat rahasia. AS memperkirakan jika kemampuan Yun Feng terungkap, Beijing akan sangat marah.
Laporan mengenai pengembangan Yun Feng kali pertama terungkap Desember 2012, tapi program ini sebenarnya telah berjalan sejak 1996 — ketika Beijing melakukan uji rudal dekat Taiwan untuk mengintimidasi Presiden Lee Teng-hui yang mempromosikan kemerdekaan Taiwan.
Tien Kung-3 adalah sistem pertahanan generasi ketiga, yan dikembangkan untuk mencegat rudal balistik taktis. Menurut lembaga pengembangnya, Tien Kung adalah sistem senjata tabung dan unit kontrol tembakan.
Komentator militer Song Zhongpin mengatakan uji tembak semalam mungkin tidak akan dilihat Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Cina sebagai ancaman signiikan. Karena, targetnya adalah Tien Kung-2, yang memiliki kecepatan rata-rata 4,3 Mach. Sedangkan rudal balistik, pada tahap terminal, bergerak dengan kecepatan 10 Mach.
“Itu tidak membuktikan Tien Kung-3 mampu mencegat rudal balistik,” katanya. “Jadi, uji tembak itu tidak banyak mempengaruhi keseimbangan militer.”
Li Da-jung, profesor studi strategis Universitas Tamkang di Taipei, mengatakan dengan anggaran terbatas Taiwan tidak mungkin berlomba senjata dengan Cina daratan. Terutama untuk mengembangkan rudal sendiri sesuai skenario perang asimetris menghadapi Beijing.
Menurut Li, Institut Sains dan Teknologi Chung-shan diberi tugas mengembangkan rudal sendiri selama beberapa dekade, dan memiliki pencapaian penting yang menarik perhatian Beijing, AS dan negara-negara lain.
“Jadi, uji tembak semalam hanya bagian dari program pengembangan jangka panjang, yang seharusnya tidak merisaukan pesawat tempur Cina,” kata Li.