Taliban – AS akan Saling Serangan jika Perjanjian Damai Dilanggar
ISLAMABAD – Pada hari Minggu, (5/5/2020) Taliban mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya akan melakukan lebih banyak kekerasan jika AS dan pemerintah Afghanistan melanjutkan dugaan bahwa taliban melanggar perjanjian damai dengan Amerika Serikat.
Taliban menyatakan bahwa sWashington telah melakukan pelanggaran serangan pesawat tak berawak terhadap warga sipil saat kesepakan damai akan terjadi. Namun Taliban dituduh menyerang pemerintah Afghanistan karena menunda pembebasan 5.000 tahanan Taliban yang dijanjikan dalam persetujuan.
Taliban menuduh pemerintah Afghanistan memberikan argumen lemah untuk menjelaskan penundaan yang berulang-ulang dalam melepaskan 5.000 tahanan Taliban sebagai ganti 1.000 personel pemerintah.
Taliban mengatakan bahwa mereka telah membatasi serangan kepada pasukan keamanan Afghanistan di pos-pos pedesaan, tidak menyerang pasukan internasional dan pasukan Afghanistan di kota-kota atau instalasi militer.
Batas-batas serangan yang dilakukan Taliban itu, belum secara khusus ditetapkan dalam perjanjian dengan AS yang ditandatangani pada 29 Februari.
Juru bicara militer AS Kolonel Sonny Leggett dalam tweet semalam membantah tuduhan Taliban, dia mengatakan pasukan AS di Afghanistan telah menjunjung tinggi dan terus menjunjung tinggi persyaratan militer dari perjanjian AS-TB (Taliban).
Dalam tweetnya, Leggett menyerukan agar Taliban mengurangi kekerasan. Jika terus diserang, militer AS akan terus datang untuk membantu pasukan keamanan Afghanistan, sesuai dengan perjanjian.
Pihak militan mengatakan telah mengurangi serangan mereka dibandingkan tahun lalu. Tetapi apabila pelanggaran terus terjadi maka akan menciptakan suasana ketidakpercayaan yang merusak perjanjian dan memaksa para mujahiddin meningkatkan serangan.
Sementara itu, di ibukota Afghanistan, Presiden Ashraf Ghani mengumumkan Kabinet barunya disaat perselisihan hasil pemilu tahun lalu dengan rivalnya, Abdullah Abdullah belum selesai.
Komisi Pemilihan Umum Independen Afganistan telah menyatakan Ghani sebagai pemenang, tetapi Abdullah dan Electoral Complaints Commission (ECC) menuduh Ghani melakukan penyimpangan yang meluas. Hal itu mendorong Abdullah menyatakan dirinya sebagai presiden Afghanistan.
Upaya untuk mengakhiri kekacauan politik di Kabul membuat AS frustasi. Washington telah mengancam akan menahan bantuan $ 1 miliar tahun ini jika Ghani dan Abdullah tidak dapat mencapai kompromi.
Pemerintahan Trump selama ini menginginkan percepatan dalam negosiasi intra-Afghanistan untuk melaksanakan perjanjian damai yang ditandatangani bulan Februari. Hal itu mulai menemukan titik cerah ketika Ghani mengumumkan tim negosiasinya minggu lalu, tetapi respons Abdullah terlihat ‘santuy’. Dan Taliban pun menolaknya.
AS dan NATO sudah mulai menarik pasukan dari Afghanistan. Penarikan penuh diharapkan akan selesai dalam 14 bulan. Dan sesuai perjanjian, Taliban diharapkan memiliki komitmen untuk memerangi kelompok-kelompok teroris dan membantu dalam pertempuran melawan kelompok Negara Islam.
Penarikan pasukan itu tidak terkait dengan keberhasilan negosiasi intra-Afghanistan. Misi Sekretaris Negara AS Mike Pompeo ke Afghanistan pada bulan lalu untuk mencoba memecahkan kebuntuan antara Ghani dan Abdullah namun berakhir tanpa solusi
Minggu lalu dia menyambut baik bahwa pemerintah Afghanistan telah membentuk tim negosiasi dan membuat kemajuan menuju pembebasan tahanan. Namun rencana itu gagal walau utusan Taliban telah datang ke Kabul. Alasan itulah yang membuat Taliban menghukum Pemerintah Afganistan. (AP)