Crispy

Tampilkan Tari Katumbu dan Gambus di Tabligh Akbar, Pegiat Seni Muna Puji Komitmen Tina-Ihsan

  • Gambus sering digunakan dalam acara adat atau keagamaan untuk menyampaikan nilai-nilai moral.
  • Dalam setiap langkah Tari Katumbu terkandung simbol keharmonisan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

RAHA – Pegiat seni Kabupaten Muna mengatakan penampilan Tari Katumbu dan musik gambus sebagai pemuka tabligh akbar Tina-Ihsan di Alun Alun Kota Raya, Kamis 21 November, menjadikan acara itu tidak sekedar ajang politik tapi juga penghormatan terhadap budaya lokal.

Wa Hermin, anggota kelompok seni budaya Muna, bangga bisa menampilkan Tari Katumbu di acara sebesar ini. “Kami mengapresiasi perhatian Ibu Tina terhadap budaya Muna. Ini adalah wujud komitmen yang kami harapkan dari pemimpin,” ujarnya.

Senada dengan Wa Hermin, sejumlah pegiat seni dan budaya Muna mengapresiasi komitemen Tina-Ihsan dalam melestarikan seni tradisional. Penampilan dua kesenian khas Muna ini, menurut mereka, menunjukkan penghargaan mendalam terhadap budaya daerah.

Tari Katumbu — yang ditampilkan oleh kelompok seni asal Kelurahan Danagoa, Kecamatan Tongkuno — membawa makna filosofis yang dalam. Tarian ini merupakan ekspresi rasa syukur masyarakat Muna atas berkah kehidupan, disampaikan melalui gerakan yang anggun dan ritmis. Dalam setiap langkah, terkandung simbol keharmonisan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Musik Gambus, yang dimainkan La Ode Ontoe dari Desa Laiba, adalah seni tradisional yang memadukan keindahan nada dengan pesan religius. Gambus sering digunakan dalam acara adat atau keagamaan untuk menyampaikan nilai-nilai moral kepada masyarakat, menjadikannya simbol harmoni antara seni dan spiritualitas.

Arti, salah satu penari, berharap kesempatan ini membuka jalan bagi pelestarian budaya lokal. “Tari Katumbu adalah warisan yang harus terus dijaga, terutama di tengah arus budaya pop modern,” kata Arti, yang mengenakan pakaian khas kabhantapi.

La Ode Ontoe, maestro Gambus, juga menyampaikan harapannya agar pemerintah lebih memperhatikan pelestarian budaya. “Anak muda sekarang mulai melupakan budaya kita. Harapan saya, seni seperti Gambus ini tidak hilang,” ujar Ontoe.

Tina-Ihsan menunjukkan bahwa budaya bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga pijakan untuk membangun masa depan. Komitmen mereka dalam memajukan budaya Sultra mendapat dukungan luas dari masyarakat dan seniman lokal, sebagai langkah nyata untuk menjaga identitas daerah di tengah arus globalisasi.

Back to top button