Crispy

Tentara Myanmar Respon Strategi Misogini, Tembak Mati Tiga Pengibar Pakaian Perempuan

  • Ada dua sarung yang digunakan penduduk Myanmar; paso dan htamein.
  • Paso untuk laki-laki, htamein untuk perempuan. Bedanya pada aksesoris dan pola.
  • Htamein dikenakan di bawah pusar. Mitos lama menyebutkan tentara lewat di bawah htamein akan kehilangan kekuatan dan kejantanan.

JERNIH — Tentara Myanmar menembak mati tiga pengunjuk rasa di kota Sanchaung, yang mengibarkan pakaian wanita (htamein).

Sepajang Senin 8 Maret, sekujur Sanchaung bergerak turun ke jalan. Unjuk rasa kali ini, sesuai Hari Perempuan Internasional, dipimpin wanita.

Pengunjuk rasa menggunakan htamein sebagai bendera. Ada pula yang membentangkan tali di ata dua sisi jalan, untuk menggantung htamein.

Pakaian nasional Myanmar adalah sarung panjang. Sarung dikenakan laki-laki disebut paso, yang digunakan perempuan disebut htamein, atau htamain.

Sarung bukan pakaian uniseks, karena ada perbedaan cara penggunaan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan lain adalah pada pola dan aksesoris.

Tentara Myanmar, dari etnis apa pun, percaya berjalan di bawah pakaian wanita — yang dikenakan di bawah pinggung — bisa mengurangi ‘kejantanan’ dan kekuatan.

Strategi misogini militer ini telah beberapa hari dijalankan di hampir semua kota. Mitos itu masih sedemikian kuat, yang membuat tentara menahan diri untuk lewat di bawah pakaian wanita yang menggantung.

Di Sanchaung, strategi ini relatif berhasil menahan gerakan tentara dan polisi. Namun polisi membubarkan aksi dengan cara melepas tembakan ke kerumunan pengunjuk rasa.

Korban tewas di tempat tak terhindarkan. Tiga pengunjuk rasa tumbang di jalan.

Di Yangon, pasukan keamanan menggunakan gas air mata dan granat kejut untuk membubarkan massa. Di sini, untuk menghindari konfrontasi langsung, pengunjuk rasa menggunakan strategi kucing dan tikus.

Di Myitkyina, negara bagian Kachin, dua pengunjuk rasa tewas di depan Gereja Katolik St Francis Xavier — tempat Suster Ann Roza mengabdikan seluruh hidupnya.

“Mereka tewas di tempat kejadian. Kedua kepala mereka tertembus peluru,” kata seorang pengunjuk rasa kepada Myanmar Now.

Penduduk Myitkyina menghindari serangan dengan mengorganisir berbagai kolom protes di sekitar kota, ketika pasukan keamanan menyerang pengunjuk rasa di depan gereja.

Di Mandalay, truk tentara menabrak pengunuuk rasa yang melarikan diri dan melukai enam orang. Dua pengunjuk rasa’ Mya Thway Chel (22) dan Han Lin Aung (15) dalam kondisi kritis.

Korban tewas juga berjatuhan di Pyapon dan Magway, dengan korban tewas akibat tembakan di kepala dan tubuh.

Back to top button