Tentara Myanmar Tembak Mati Bocah Usia Tujuh Tahun di Pangkuan Ayahnya

- Tentara berniat menembak sang ayah, tapi laras peluru bergerak ke perut sang bocah.
- Khin Myo Chit sekarat, tentara melanjutkan keganasan dengan memukul kakaknya.
- Seorang tentara bertanya; “Anda ingin kami menembak lagi.”
JERNIH — Tentara Myanmar, Selasa 23 Maret malam, menembak bocah usia tujuh tahun yang duduk di pangkuan ayahnya saat menyerbu permukiman Chanmyathazi di Mandalay.
Khin Myo Chit, bocah perempuan itu, ditembak di bagian perut oleh seorang tentara. Aye Chan San, kakak Myo Chit, menyaksikan kebrutalan itu.
“Ayah duduk di dalam rumah, dan Myo Chit di pangkuannya, ketika tentara masuk dan menembak,” ujar Aye Chan San kepada Myanmar Now.
Tentara datang dengan sepeda motor sekitar pukul 16:00. Mereka masuk dengan menendang pintu, dan memaksa seluruh orang di dalam rumah duduk di bawah.
“Seorang tentara bertanya apakah semua orang ada rumah ini, dan ayah saya menjawab ya,” tutur Aye Chan San. “Tentara lain mengatakan ayah saya berbohong.”
Keluarga itu terdiri dari enam orang. Semua ada di dalam rumah saat tentara datang, tapi tentara tak percaya.
“Seorang tentara menembak ayah, tapi Myo Chit yang kena,” lanjut Aye Chan San. “Tentara itu berkata lagi; Anda ingin kami menembak Anda lagi.”
Tidak ada yang bisa dilakukan keluarga itu. Namun ketika seorang tentara meminta jenasah Myo Chit, ayah anak itu berkeras tidak memberikannya.
Tentara lain melanjutkan kebrutalan dengan memukul kakak Myo Chit yang berusia 19 tahun dengan gagang senapan. Darah membasahi wajah remaja itu.
Myo Chit masih hidup ketika tentara pergi. Keluarga itu membawanya ke dokter, tapi dokter tak bisa menyelamatkannya.
Di rumah lain, tentara menembak dua orang lagi; Tin Soe Oo dan Chan Than Htwe yang berusia 30 dan 20 tahun.
Warga mengatakan mereka tidak tahu mengapa militer menggrebek Aung Pin Le. Sebab tidak ada warga yang keluar ikut aksi protes sepanjang Selasa.
Serangan ini bukan yang pertama. Hari Minggu, tentara menembaki permukiman itu, menewaskan seorang penduduk berusia 53 tahun bernama Tut Kyi.
Malam hari, polisi dan tentara datang lagi untuk membunuh enam orang. Beberapa mayat korban diambil sebagai upaya rejim militer menghilangkan barang bukti.
Rejim militer diperkirakan akan terus membunuh rakyatnya sendiri sampai mereka benar-benar mampu menegakan benang basah kekuasaan.