The Moscow Times: Banyak Jenderal Tewas, Moral Pasukan Rusia Terpukul
- Ketika seorang jenderal terbunuh, perlu berminggu-minggu mencari penggantinya.
- Di Rusia, perwira senior harus lebih sering ke garis depan. Akibatnya, tingkat kemaian jenderal sangat tinggi.
JERNIH — Bulan lalu, dua kali dalam sepekan Gubernur St Petersburg Alexander Beglov harus menghadiri pemakaman perwira senior Rusia yang tewas di Ukraina. Ia bosan karena harus mengulang pidato yang sama.
Terakhir, ketika menghadiri pemakaman Mayor Jenderal Vladimir Frolov di Pemakaman Serafimovskoe — tempat puluhan ribu korban Perang Dunia II dimakamkan — Gubernur Beglov berpidato.
“Hari ini kita mengucapkan selamat tinggal kepada pahlawan sejati; Vladimir Petrovich Frolov, yang tewas secara heroik dalam pertempuran dengan nasionalis Ukraina,” kata Beglov.
“Dia mengorbankan hidup agar anak-anak, wanita, dan orang tua di Donbas tidak lagi harus mendengar ledakan bom,” lanjutnya.
Berikutnya adalah foto-foto tumpukan tinggi mawar dan anyelir di atas kubuan Frolov.
Empat hari kemudian Gubernur Beglov menghadiri pemakaman Letkol Miras Basakov di tempat yang sama. Kali ini dia tidak berpidato, tapi meletakan karangan bunga di makam, yang diikuti pejabat lain.
Begitulah Gubernur Beglov melewati pekan-pekan tugasnya selama Perang di Ukraina. Ia kerap mendengar kabar perwira senior Rusia tewas, dan menunggu perintah dari Moskwa agar menggelar upacara.
Kepada The Moscow Times, seorang analis mengatakan setiap kematian perwira senior di medan tempur akan mengurangi kapasitas Rusia dalam perencanaan dan pelaksanaan operasi militer, serta memberi pukulan moral pasukan garis depan.
“Setiap kematian seorang jenderal membuat militer Rusia kurang efektif,” kata analis militer independen Pavel Luzhin kepada The Moscow Times.
New York Times melaporkan Frolov adalah satu dari 12 jenderal yang tewas dalam dua bulan pertempuran di Ukraina. Itu dua kali lipat dari jumlah jenderal yang tewas dalam sepuluh tahun kampanye militer Uni Soviet di Afghanistan.
Biasanya, dibutuhkan lebih 15 thun dalam dinas militer untuk menjadi seorang jenderal. Mereka yang memegang pangkat itu dapat memimpin puluhan ribu pasukan.
Kerugian Rusia lainnya adalah kematian Mayjen Andrei Sukhovetsky, yang kematiannya dilaprkan media Rusia bulan lalu, serta dua letnan jenderal; Yakov Rezantsev dan Andrei Mordvichev, yang diklaim pejabat Rusia tewas dalam serangan di pangkalan udara Chornobaivka di dekat Kherson.
Moskwa membantah klaim ini, dan Channel One — televisi pemerintah Rusia — menyebut kematian Mordvichev sebagai ‘kepalsuan lain’. Untuk menutupi kabar ini Channel One menyiarkan pertemuan Mordvichev dan pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov di Mariupol.
Konsekuensi bagi Kremlin akan lebih serius karena Rusia berjuang membuat kemajuan di Ukraina timur, menyusul upaya ceroboh merebut ibu kota Ukraina.
“Dibutuhkan berhari-hari, atau bahkan berminggu-minggu, untuk mengganti perwira senior yang tewas,” kata Luzhin, tentang apa yang terjadi ketika seorang jenderal terbunuh.
Pejabat Barat menggambarkan pertempuran Rusia di Ukraina sebagai hati-hati, dan tidak merata. Salah satu alasan penting tingginya angka kematian adalah perwira Rusia diwajibkan melakukan perjalanan lebih sering ke garis depan. Di Barat, jenderal tak perlu sering-sering melihat parit pertahanan.
“Di Rusia, jika tidak mendapat informasi dan petugas tidak memberi kabar, seorang jenderal akan semakin dekat dengan medan tempur,” kata Sam Cranny-Evans, analis militer di Royal United Services Institute.
Contoh paling menarik adalah bagaimana Jenderal Valery Gerasimov nyaris terbunuh selama misi pencarian fakta ke kota strategis Izyum akhir pekan lalu.