Crispy

The Tower of Champions: Menara Sejarah Juara MotoGP

Trofi Tower of Champions / Champions Tower adalah inovasi estetis dan simbolik dalam dunia MotoGP: bukan sekadar trofi biasa, melainkan struktur yang tumbuh dan menyimpan sejarah di setiap sisinya.

JERNIH – Selebrasi juara dunia MotoGP 2025 oleh Marc Marquez ditingkahi dengan proses pemasangan plat ke sebuah trofi. Cukup unik dan ternyata Dorna telah menyiapkan trofi berbentuk menara itu.

Dalam sejarah olahraga, trofi selalu lebih dari sekadar benda logam yang dipajang di podium. Ia adalah simbol, sebuah medium yang mengikat masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dalam dunia MotoGP, simbol itu menjelma dalam bentuk yang unik: The Tower of Champions, sebuah menara yang setiap tahunnya tumbuh setinggi nama juara baru yang menambahkannya. Trofi ini bukan hanya penghargaan tahunan, melainkan arsip fisik dari perjalanan panjang kejuaraan dunia balap motor paling bergengsi di planet ini.

Hingga pertengahan 2000-an, juara dunia MotoGP menerima piala bergaya klasik—indah, tetapi berhenti fungsinya pada momen selebrasi. Lalu pada tahun 2007, diperkenalkanlah sebuah konsep revolusioner: trofi yang tidak statis, melainkan tumbuh. Ide itu diwujudkan melalui desain berbentuk menara, di mana setiap juara baru menambahkan plakat berisi namanya.

Desain ini bukan kebetulan. Marc Garcia Rojals, desainer asal Barcelona, terinspirasi dari Menara Babel, simbol kebersamaan manusia yang berasal dari berbagai bangsa. MotoGP, dengan pembalap dari seluruh dunia, menemukan resonansi dalam simbol ini: bahasa berbeda, budaya berbeda, tetapi semua bersatu dalam satu lintasan dan satu sejarah.

Trofi ini dijuluki Champions Tower. Filosofinya sederhana namun kuat: sejarah MotoGP adalah bangunan yang terus menjulang, dan setiap juara menambahkan satu lapisan baru. Dari sini lahir simbolisme yang kaya makna. Di antaranya:

  • Ada Kontinuitas – menara tumbuh tahun demi tahun, mencatat nama juara tanpa putus.
  • Kebersamaan global – plakat dari berbagai negara, menegaskan MotoGP sebagai kompetisi dunia.
  • Aspirasi – setiap pembalap bermimpi suatu hari menempelkan namanya di menara itu.

Rojals menyebutkan bahwa trofi ini juga didesain untuk mencerminkan DNA MotoGP: inovasi, dinamika, dan keberanian teknis. Maka tidak heran, bentuk menara dibuat tidak kaku, melainkan menyiratkan gerak—terutama pada versi terbaru di mana setiap plakat didesain miring, menyerupai sudut “lean angle” motor saat menikung.

Seperti motor MotoGP itu sendiri, trofi ini merupakan karya teknik tingkat tinggi. Basis untuk versi awal menggunakan serat karbon (carbon fiber), material ikonik dunia balap. Pada versi terbaru (2025, era Hall of Fame), basis menggunakan aluminium berlapis keramik, menghadirkan kesan futuristik sekaligus tangguh.

Bahan plakat awalnya dibuat dari perak atau baja tahan karat, kini menggunakan stainless steel dengan dua finishing berbeda. Sisi matte menampilkan nama pembalap, sementara sisi glossy menampilkan tahun, pabrikan, dan nomor start.

Ada replika untuk sang juara. Jadi juara dunia tidak membawa pulang menara asli. Sebagai gantinya, mereka menerima replika yang terbuat dari kuningan berlapis nikel dengan basis serat karbon, versi mini yang tetap menjaga aura eksklusif.

Dimensinya meskipun detail ukuran resmi jarang dipublikasikan, setiap plakat memiliki proporsi presisi agar menara dapat tumbuh stabil tanpa kehilangan estetika.

Saban tahun, saat malam penghargaan MotoGP Awards, juara dunia hadir dan secara simbolis menempelkan plakatnya ke menara. Momen ini bukan sekadar formalitas, melainkan ritual yang menandai masuknya sang pembalap ke dalam sejarah abadi MotoGP.

Apa yang membuat Tower of Champions begitu istimewa adalah fungsinya sebagai arsip visual MotoGP. Di dunia olahraga lain, daftar juara dicetak dalam buku atau situs resmi. Tetapi di MotoGP, sejarah itu diwujudkan secara fisik, dalam sebuah menara yang bisa disentuh, dilihat, dan dirasakan. Setiap nama di sana adalah lapisan cerita: dari Giacomo Agostini, Mick Doohan, Valentino Rossi, Jorge Lorenzo, Marc Márquez, hingga Francesco Bagnaia dan Jorge Martin—semuanya berdiri dalam satu struktur, sejajar, tanpa hierarki selain urutan waktu.

Setiap kali plakat baru ditambahkan, menara ini seolah bernafas, bertambah usia, bertambah makna. Ia adalah living monument, monumen hidup yang tumbuh bersama kejuaraan.

Sejak diperkenalkan pada 2007, trofi ini telah mengalami beberapa penyempurnaan desain. Versi awal relatif sederhana: basis karbon, plakat perak, bentuk menara vertikal. Namun seiring berkembangnya identitas visual MotoGP, desainnya ikut berevolusi.

Pada 2025, MotoGP meluncurkan Hall of Fame sekaligus memperkenalkan versi terbaru Tower of Champions. Perubahan besar antara lain basis keramik-aluminium yang lebih modern. Plakat dibuat miring menyerupai sudut motor menikung. Finishing matte dan glossy untuk menegaskan kontras informasi.

Selain itu ada ruang tambahan agar menara tetap bisa tumbuh dalam dekade-dekade mendatang. Perubahan ini tidak hanya soal estetika, tetapi juga pesan: MotoGP selalu bergerak maju, namun tetap setia menyimpan jejak masa lalunya.

Menara ini memang unik, tapi juga menghadapi tantangan teknis dan filosofi. Sebut saja soal ketinggiannya dan stabilitas.  Seiring semakin banyak juara, menara akan semakin tinggi. Sampai titik mana ia bisa tumbuh tanpa mengorbankan stabilitas. Ini bisa jadi persoalan.

Kemudian tentang bahan dan ketahanan waktu dimana logam bisa teroksidasi, serat karbon bisa rapuh. Perawatan jangka panjang mutlak diperlukan.

Apa yang terjadi jika MotoGP masih berlangsung 50 tahun lagi? Apakah desain modular akan memungkinkan perpanjangan tanpa kehilangan bentuk aslinya?

Boleh jadi sudah terdigitalisasi. Di masa depan, mungkin menara fisik ini akan dilengkapi elemen digital atau augmented reality, menampilkan profil juara secara interaktif. (*)

BACA JUGA: Marc Marquez Juara Dunia MotoGP 2025, dari Alien ke Strategist

Back to top button