Tidak Ada Terorisme di AS, tapi 131 Penembakan Massal Terjadi Sepanjang 2023
- Jumlah korban tewas penembakan massal 4.245. Korban luka-luka 7.487.
- Presiden Joe Biden mengatakan kekerasan senjata kini menjadi wabah.
JERNIH — AS tidak punya masalah dengan terorisme di dalam negeri, tapi meneror diri sendiri dengan 131 penembakan massal — termasuk 13 pembunuhan massal — antara 1 Januari sampai 28 Maret 2023.
Arsip Kekerasan Senjata (GVA), organisasi nirlaba di AS, melaporkan seluruh dari 131 penembakan dan pembunuhan massal merenggut 4.245 nyawa. Penembakan terakhir terjadi di sebuah sekolah dasar The Covenant School di Nashville, Tennessee.
Penembak adalah Audrey Hale, mantan siswa sekolah itu yang berusia 28 tahun. Korbannya dua staf, kepala sekolah, dan tiga siswa. Polisi merespon dengan menembak mati tersangka agar jumlah korban tak bertambah.
Secara keseluruhan, menurut GVA, korban tewas penembakan dan pembunuhan massal berjumlah 4.245. Sebanyak 59 adalah anak-anak di bawah usia 12 tahun.
Jumlah kasus bunuh diri sejak 1 Januari sampai 28 Maret mencapai 5.742. Sejak awal tahun, sebanyak 7.487 orang terluka akibat kekerasan senjata, termasuk 129 anak-anak usia 0-11 tahun.
Sebagai perbandingan, tahun 2022 terjadi 647 penembakan massal di AS. Jadi, jumlah penembakan dan pembunuhan massal diperkirakan akan meningkat sampai akhir 2023.
Bulan lalu, Presiden Joe Biden mengalokasikan 231 juta dolar untuk Departemen Kehakiman untuk memerangi kekerasan senjata dan pencegahan insiden. Menyusul penembakan massal di Mississippi yang menewaskan enam orang, Joe Biden mengatakan kekerasan senjata adalah wabah dan mendesak Kongres mengambil tindakan.