Tiga Perempuan ini Melawan Presiden Belarus yang Berkuasa 26 Tahun
Misi bereka bertiga adalah memenangkan pemilihan 9 Agustus dan mengakhiri 26 tahun kekuasaan Alexander Lukashenko.
JAKARTA-Tiga perempuan Belarus, Svetlana Tikhanovskaya, Veronika Tsepkalo, dan Maria Kolesnikova bersama-sama memimpin kampanye oposisi untuk memangkan pemilihan presiden Belarus, yang akan digelar bulan depan. Jika mereka berhasil, Tikhanovskaya akan menjadi presiden.
Mereka bertiga meskipun berbeda partai, secara bahu membahu berjuang memangkan pemilihan presiden sekaligus melawan dominasi laki-laki yang telah berkuasa di negara mereka selama 26 tahun terakhir. Presiden Belarus, Alexander Lukashenko selama ini dikenal menjebloskan hampir semua saingannya di penjara.
“Hal yang membuat inisiatif ketiga perempuan ini semakin luar biasa ialah politik Belarusia yang patriarkat,” kata Yana Lyushnevskaya, seorang analis Belarus di BBC Monitoring.
Yana mengatakan, selama hampir tiga dasawarsa berkuasa, Presiden Lukashenko telah menekankan pesan bahwa peran perempuan di Belarus adalah “istri, ibu, dan pembantu rumah tangga”.
Tikhanovskaya, memutuskan maju dalam pemilu menggantikan suaminya Sergei Tikhanovsky, yang dipenjara dan dilarang mencalonkan diri. Perjuangan Tikhanoskaya tak mudah. Ia beberapa kali mendapat ancaman dari pihak berwenang di Belarus termasuk ancaman anak-anaknya yang masih kecil akan diambil jika ia terus berkampanye. Namun ia tak goyah.
Tikhanovskaya bergabung dengan Veronika Tsepkalo, istri Valery, yang juga dilarang ikut dalam pemilihan presiden. Sementara wanita ketiga Maria Kolesnikova, adalah juru bicara kandidat yang dipenjara Viktor Babaryko.
Lukashenko mulai berkuasa tahun 1994 dan kini tengah mempersiapkan diri memenangkan masa jabatan keenamnya. Dalam kampanyenya ia nyatakan warga Belarusia “belum siap memilih seorang perempuan” dan bahwa “konstitusi bukan untuk perempuan”.
Namun pernyataannya menuai komentar dan kemarahan. Sehingga ia harus meralat dan menjelaskan bahwa pernyataannya tersebut tidak bermaksud menimbulkan kesan misoginis atau tidak sopan.
“Konstitusi kita ditulis sedemikian rupa sehingga sulit bahkan bagi seorang laki-laki untuk memikul beban ini. Dan jika kita menaruhnya di pundak seorang perempuan, ia akan jatuh, kasihan dia,” Presiden Lukashenko menjelaskan.
Menjelang pemungutan suara pemilihan presiden Belarus, digelar pawai bersama-sama oleh Svetlana Tikhanovskaya, Veronika Tsepkalo dan Maria Kolesnikova yang dinilai telah mengukir sejarah di Belarus.
Foto mereka bertiga yang berkampanye bersama disebut sebagai “simbol harapan baru untuk menantang Presiden Alexander Lukashenko,” kata analis Lyushnevskaya.
“Suami saya, Sergei Tsikhanovsky, menyatukan orang-orang, jadi kami juga memutuskan untuk bersatu demi mencapai tujuan bersama,” kata Tikhanovskaya dalam penampilan perdananya.
Sergei, seorang blogger berpengaruh, dilarang mengikuti pemilihan presiden dan dipenjara setelah dituduh merencanakan kerusuhan massal.
Tikhanovskaya berjanji ingin mengadakan pemilu yang baru dan “adil”, membebaskan “tahanan politik”, dan mengembalikan konstitusi tahun 1994, yang mengurangi kekuatan presiden dan membatasi masa jabatannya.
Kampanye yang diprakarsai tiga perempuan ini menunjukkan tingkat persatuan yang jarang terlihat dalam politik Belarusia.
Menurut Analis Lyushnevskaya, kampanye tiga perempuan tersebut membangkitkan antusiasme di negara yang biasanya terkesan tidak tertarik pada politik, barangkali karena dugaan kecurangan suara dan kecurangan pemilu selama puluhan tahun.
Meskipun ketiga perempuan tersebut berasal dari partai yang berbeda, mereka semua mengangkat kebijakan kunci yang sama seperti reformasi politik, anti korupsi, dan mempromosikan kebebasan berekspresi.
(tvl)