Tim Dokter Laporkan Anak-anak Gaza Menjadi Target dengan Tembakan di Kepala dan Dada

Dari tenaga medis yang diwawancarai, lima belas orang melaporkan kepada de Volkskrant bahwa mereka telah merawat setidaknya 114 anak, semuanya berusia 15 tahun ke bawah, masing-masing dengan satu luka tembak di kepala atau dada, luka yang berakibat fatal bagi sebagian besar anak-anak.
JERNIH – Sebuah tim dokter internasional yang bekerja di Gaza melaporkan pola luka tembak mengkhawatirkan pada anak-anak, banyak yang berakibat fatal, sehingga menimbulkan kekhawatiran penargetan disengaja oleh penembak jitu atau pesawat tak berawak.
Menurut sebuah investigasi yang diterbitkan Sabtu (13/9/3035) oleh harian Belanda de Volkskrant dan dilaporkan Anadolu, surat kabar tersebut berbicara dengan 17 dokter dan seorang perawat dari AS, Inggris, Australia, Kanada, dan Belanda, yang semuanya telah bekerja di enam rumah sakit dan empat klinik di Gaza sejak Oktober 2023. Banyak di antaranya memiliki pengalaman panjang di zona krisis, seperti Sudan, Afghanistan, dan Ukraina.
Dari tenaga medis yang diwawancarai, lima belas orang melaporkan kepada de Volkskrant bahwa mereka telah merawat setidaknya 114 anak, semuanya berusia 15 tahun ke bawah, masing-masing dengan satu luka tembak di kepala atau dada, luka yang berakibat fatal bagi sebagian besar anak-anak. Kasus-kasus spesifik ini telah didokumentasikan di 10 fasilitas medis berbeda antara akhir tahun 2023 dan pertengahan tahun 2025.
Menurut laporan tersebut, salah seorang dokter, ahli bedah trauma AS Feroze Sidhwa, mengenang hari pertamanya di Rumah Sakit Eropa di Gaza pada Maret 2024, sebuah pengalaman di mana ia bertemu dengan empat anak laki-laki semuanya berusia di bawah 10 tahun yang dirawat dengan luka di kepala identik dalam waktu 48 jam.
“Bagaimana mungkin di rumah sakit kecil ini, dalam waktu 48 jam, empat anak datang dengan luka tembak di kepala?” ujar Sidhwa kepada surat kabar tersebut, seraya menambahkan bahwa selama 13 hari berikutnya, ia menemukan sembilan anak dengan luka serupa.
Sidhwa kemudian bertemu dengan seorang kolega mengonfirmasi melihat cedera yang sama “hampir setiap hari” di rumah sakit lain, yang membuatnya berkata, “Saat itulah saya memutuskan: Saya harus mencari tahu apa yang terjadi di sini.”
Sangat tidak Mungkin Terjadi Secara Tidak Sengaja
Para dokter yang diwawancarai menekankan bahwa cedera seperti itu sangat kecil kemungkinannya terjadi karena kecelakaan. Pernyataan ini didukung para ahli forensik yang dimintai pendapatnya oleh surat kabar tersebut, yang menyatakan bahwa pola luka seragam menunjukkan penggunaan tembakan terarah, mungkin oleh penembak jitu atau pesawat tanpa awak.
Hal ini terjadi saat Israel melancarkan perang brutalnya di Gaza, dengan kejam membunuh puluhan warga Palestina setiap hari sambil secara paksa memindahkan mereka dari satu zona perang ke zona perang lainnya.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 68 martir dan 346 korban luka baru tiba pada hari Minggu (14/9/2025) di rumah sakit di Jalur Gaza dalam 24 jam. Dengan demikian, jumlah total korban jiwa akibat agresi Israel sejak 7 Oktober 2023 hingga 14 September 2025 adalah 64.871 orang syahid dan 164.610 orang luka-luka, dengan 12.321 orang syahid dan 52.569 orang luka-luka tercatat sejak 18 Maret 2025.
Sementara itu, jumlah pencari bantuan yang tewas dan jenazahnya diterima di rumah sakit dalam 24 jam terakhir telah mencapai 10 orang, dengan 18 orang terluka. Dengan demikian, jumlah total warga Palestina yang tewas di lokasi penyaluran bantuan menjadi 2.494 orang, ditambah lebih dari 18.135 orang terluka.