Crispy

Tokoh Khmer Merah Terakhir Khieu Samphan Bantah Membantai Muslim Champa

  • Khieu Samphan tahu nasibnya telah ditentukan, jadi dia tidak perlu keputusan pengadilan.
  • Dia menolak tuduhan membunuh hampir dua juta rakyatnya.
  • Ia yakin akan dinilai secara simbolis, bukan atas dasar perilaku individu.

JERNIH — Khieu Samphan, satu dari sedikit pemimpin Khmer Merah yang masih hidup, membantah tuduhan bertanggung jawab atas genosida Muslim Champa dan etnis Vietnam di Kambola 40 tahun lalu.

“Saya tidak pernah melakukan itu,” kata Samphan, kini berusia 90 tahun, dalam penutupan nota pembelaannya di pengadilan internasional.

“Tugas saya sebagai presiden adalah memastikan kedaulatan dan kemerdekaan nasional dari Vietnam,” lanjutnya.

Di bawah rejim Khmer Merah pimpinan Brother No 1 Pol Pot, sekitar dua juta orang Kamboja tewas akibat eksekusi massal, kelaparan, penyakit, dan kelelahan, sepanjang 1975-1979.

Invasi Vietnam mengakhir kekejaman itu. Setelah itu Khmer Merah dan rezim Heng Samrin bentukan Vietnam terlibat perang nyaris tak berkesudahan.

Samphan adalah satu dari sedikit wajah populer Khmer Merah. Ia arsitek Tahun Nol, yang berusaha membangun kembali Kamboja dari tahun awal, dengan ruralisasi paksa.

Ia juga satu dari tiga pendiri Khmer Merah. Dua lainnya adalah Hu Youn dan Hu Nim.

Ketiganya membangun Khmer Merah, dari kelompok komunis kecil berkekuatan puluhan senjata menjadi mesin pembunuh raksasa setelah penggulingan Norodom Sihanouk oleh Jenderal Lon Nol.

Bersama sejumlah tokoh Khmer Merah lainnya; Nuon Chea, Ieng Sary, Ieng Thirith (istri Ieng Sary), Samphan diajukan ke pengadilan internasional yang dibentuk PBB.

Samphan mengklaim bukan bagian mesin pembunuh yang memusnahkan seperempat penduduk Kamboja saat itu. Dalam pidato penutupnya, ia secara tegas menolak kata ‘pembunuh’ disematkan ke dirinya.

Tahun 2009, dalam perbincangan dengan wartawan usai ibadah haji, Tun Him — salah satu saksi kekejian Khmer Merah — bercerita tentang peran Samphan.

Ibrahim, nama asli Tun Him, mengatakan; “Khieu Samphan dan pasukannya beberapa kali datang ke permukiman Muslim Champa di pinggiran Phnom Penh. Dia memerintahkan pembantaian orang-orang tua kami.”

“Dia pula yang memaksa kami makan daging babi, dan tidak boleh menyimpan air lebih ari satu ember,” lanjut Tun Him.

Samphan tahu air adalah kebutuhan ibadah umat Islam. Air lebih dari satu ember digunakan untuk wudlu. Khmer Merah menghancurkan hampir semua masjid dan musholla di desa-desa Muslim Champa.

Kini, Samphan adalah satu-satunya pentolan Khmer Merah tersisa. Pol Pot meninggal 1998, dan tak sempat diajukan ke pengadilan. Nuon Chea, atau Brother No 2, meninggal 2019.

Suami istri Ieng Sary dan Ieng Thirith meninggal 2013 dan 2015. Khieu Ponnary, istri pertama Pol Pot, meninggal 2003.

Menurut Samphan, ia tidak berharap pengadilan mendengar pembelaannya. “Saya tidak peduli dengan apa yang Anda putuskan. Saya akan mati di penjara,” kata Samphan.

“Saya dinilai secara simbolis, bukan berdasarkan perbuatan saya secara individu,” lanjut Samphan, yang di masa mudanya sering main wayang orang — kesenian khas Kamboja.

Di atas panggung wayang orang, Samphan selalu berperan sebagai wanita. Ia adalah gay.

Back to top button